55 - The Truth (3)

2.2K 171 5
                                    

-Happy Reading-

-----

"Apa kau serius?" Draco membuang semua berkas yang Rugov berikan diatas meja, "Kau gila!"

"Draco, yang ingin aku lakukan hanyalah menegakkan kebenaran. Aku tidak sudi harus bekerja sama dengan orang-orang pengkhianat yang merahasiakan alasan kematian Ibuku sendiri!" bentaknya pada Draco.

Draco menggeleng, dia tidak habis pikir bahwa alasan seperti ini lah yang membuat Rugov kehilangan kewarasannya. Bahwa Ivankov menipunya dengan berkas-berkas palsu dan cerita konyol yang tidak masuk akal hanya untuk menghasutnya.

"Rugov, kembalikan akal sehatmu, apa kau sebegitu bodohnya untuk dimanipulasi penjahat seperti Ivankov?"

"Tutup mulutmu! Kau tidak ada bedanya!"

Draco mencoba mengatur napasnya, dia menatap Rugov dengan setenang mungkin untuk menjelaskan situasinya, "Dengarkan aku. Kematian Ibumu tidak ada sangkut pautnya dengan aku, pada masa pembunuhan itu terjadi aku jauh dari jangkuan kelompok. Saat itu Ayahku yang masih menjabat dan dia tidak akan melakukan hal sekeji ini. Dengar, aku bahkan tidak habis pikir bahwa Ivankov akan berkhianat pada kelompok dan kau....." Draco menghela napasnya, "Kau membantunya, Demi Tuhan! Kau harus sadar akan hal itu!"

"Buktinya sudah jelas, dokumen dan foto-foto itu benar. Tidak ada rekayasa dan seluruh kelompok hanya bungkam ketika Ibuku dibunuh. Mereka tahu mengenai rencana itu tetapi mereka tidak mengambil tindakan apa-apa. Dan Ayahku? Dia hanya takut kehilangan kekuasaan dan rekan, itu sebabnya dia tidak mempermasalahkan hal ini."

"Kau pikir Rufus itu tolol?" bentaknya geram, "Kau pikir Ayahmu akan diam saja bila dia tahu kelompok melakukan hal semacam ini kepada istrinya sendiri?"

"Kau tidak tahu situasinya!"

"Kau yang tidak tahu situasinya!" Draco menggebrak meja dan menatap lawan bicaranya dengan tajam, "Rugov, aku memang tidak tahu rasanya bagaimana kehilangan seorang Ibu tetapi tidak peduli betapa rindunya kau dan betapa bencinya kau karena tragedi naas itu, kau tidak boleh mengorbankan apa yang kau miliki saat ini hanya untuk masa lalu kelammu yang bahkan tidak bisa diperbaiki!"

Sebuah tinjuan telak langsung dilontarkan pada Draco. Membuatnya terjatuh namun perlahan dia bangkit kembali. Rugov benar-benar kehilangan akal sehatnya.

"Kau tahu apa? Aku hanya ingin melindungi Shura dan membalaskan dendam atas kematian Ibuku! Kau tidak tahu apa-apa!"

"Dengan mencoba membunuh Ayah dari istrimu sendiri? Begitu kah!" bentaknya, "Kau sinting!" Draco berdiri dan menatapnya nanar, "Kau melukai hati wanita yang pernah kau sumpah untuk kau jaga hidupnya ketika kau memilih untuk menikah dengannya. Dan sekarang kau bilang kau berpikir untuk menlindungi Shura? Dari Apa? Kau sendiri yang membantu adikmu untuk cepat mati!" Draco melayangkan kepalannya dan menatapnya geram, "Kau mau tahu sesuatu? Kau benar-benar kakak yang brengsek!"

"Tutup mulutmu bajingan!" Rugov mengeluarkan sebuah revoler dari balik jasnya dan mengacungkannya pada Draco, namun Draco hanya menyambutnya dengan sebuah senyuman singkat.

"Ya, kau mau membunuhku sekarang? Kau sendiri yang menitipkan adik perempuanmu padaku, kau mempercayai aku seperti Ayahmu mempercayaiku untuk melindungi Shura. Sekarang kau mau membunuh seorang pelindung itu? Lakukan!" ucapnya lantang, "Aku memang melakukan kesalahan dengan belum bisa melindunginya saat itu, membiarkannya kesakitan dan disiksa, tapi aku sudah bersumpah untuk melindunginya sejak saat itu bahwa aku benar-benar tidak akan membiarkan siapapun melukainya untuk kedepannya."

"Rugov, pikirkan baik-baik, kau sungguh mau membuyarkan kelompok yang sudah seperti keluargamu? Baik, kita memang bekerja dengan cara saling membunuh tetapi untuk membunuh musuh bukan keluarga."

Rugov terdiam. Tiba-tiba saja dia merasa benar-benar terpojokkan bahwa yang dia lakukan tidak lebih dari sekedar tindakan gegabah yang terlalu membawa dendam masa lalu. Bahwa yang dia lakukan sekarang hanya akan menimbulkan luka baru.

"Jika aku memang salah...." Rugov menurunkan senjatanya, "Jika aku memang salah, apa yang menjadi dasar Ivankov melakukan semua ini? Aku mempercayai dirinya karena selama ini dia juga membimbingku dengan baik. Dia tidak mungkin mengkhianatiku."

"Kenapa kau tidak bertanya pada si pirang?"

"Chiara?"

"Aku yakin dia lebih dari sekedar tahu mengenai alasannya. Kalian tidak lebih dari sekedar boneka untuk Ivankov." Tutur Draco.

***

"Dad?" tanyanya dengan ragu, melihat sosok yang sedang duduk di sofa ruang tamunya itu dengan samar-samar. Shura mendekat ke arahnya dan melihat senyuman yang khas dari sosok yang tidak asing itu.

"Kau tidak merindukanku?"

Hampir terkejut dia dibuat olehnya, omong kosong apa yang sedang Ayahnya tanyakan. Tentu saja putrinya sangat merindukannya, "Kau tidak tahu seberapa khawatirnya aku padamu. Kau membuatku seperti orang tolol disini."

Rufus terkekeh, kemudian menarik pergelangan tangan putrinya mendekat, "Kau dari mana?"

"Aku baru saja bertemu Draco tapi kemudian Rugov muncul dan...." Shura berhenti sejenak, "Entahlah, mereka seperti sedang sangat serius? Kau tahu Rugov seperti sangat benar-benar marah..."

"Oh," Rufus tampak tidak terkejut, "Tentu saja dia marah."

"Apa maksudmu?"

Rufus mengela napasnya dengan berat, "Maafkan aku."

"Untuk apa?"

Ditatapnya kedua bola mata indah berwarna biru itu dengan tatapan rindu, wajahnya memang benar-benar mirip dengan Ibunya dahulu. Rufus ingat betapa Ibunya sangat mencintai gadis cilik ini dan bagaimana Ibunya memohon kepada dirinya untuk melindunginya sekuat tenaga.

"Ibumu selalu bilang padaku bahwa bila dia memiliki anak perempuan maka nama yang cocok untuknya adalah Shura. Dia ingin memiliki anak perempuan yang sangat cantik dengan senyuman yang menenangkan dan mata yang indah sejernih air laut. Aku rasa Tuhan mendengarkan doa Ibumu," tuturnya dengan senyuman di wajahnya ketika mengingat masa lalunya, "Aku telah berjanji pada Layla, bahwa aku akan membesarkanmu dan melindungimu dari duniaku. Ibumu tahu bahwa dunia yang Ayah jalani saat ini bukanlah jalan untukmu. Itu terlalu berisiko."

"Dad," Shura menatapnya dengan sayu, "Kau tahu kau tidak bisa menyalahkan dirimu atas semua kejadian ini."

"Tidak, tentu saja tidak. Hanya saja aku merasa gagal sebagai Ayah yang baik. Aku pikir dengan menyembunyikanmu dari dunia Ayah akan menjadi pilihan yang paling aman dan Ayah pikir untuk menjaga jarak denganmu selama ini akan membuat dirimu lebih aman. Tapi..." Rufus tersenyum pada putrinya itu, "Aku rasa itu semakin memperburuk situasi."

"Aku menjalani kehidupan yang seperti ini karena kau bilang Ibuku yang menginginkan hal ini," Shura menggenggam erat kedua tangan Ayahnya, "Namun aku juga sadar, bahwa ini hidupku dan aku berhak menentukan pilihan atas hidupku sendiri."

"Shura....." mohon Ayahnya dengan lirih, "Kau tidak perlu seperti ini..."

"Aku yang menginginkannya." jawabnya tegas, "Aku lelah untuk tidak mengetahui apa pun. Aku ingin tahu semuanya, aku ingin ikut serta menghadapi hal ini. Aku juga seorang Croft, Rugov tidak perlu sendirian."

Rufus memejamkan kedua matanya, perkataan Shura membuatnya teringat mengenai anak laki-lakinya yang saat ini pasti sedang sangat kebingungan itu, "Aku rasa kau memang harus membantu kakakmu itu."

"Apa yang terjadi pada Rugov?" tanyanya bingung.

"Ini salahku, tidak seharusnya aku membiarkannya sendirian. Dia sedang kebingungan."

"Maksudmu?"

"Rugov," ucapnya tegas, "Dia sedang menyalahkan kelompok atas kematian Ibumu."

TBC

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang