33 - I'm Dead

5.9K 410 49
                                    

Sesuai janji, double update untuk hari ini.
Maaf kalau update-nya lama:)
________________________

-Happy Reading-
-----

Satu hal yang perlu diingat selalu, bahwa Draco bukanlah orang yang sabar. Pantas dia gampang sekali naik pitam, namun bila harus berhadapan dengan masalah sepele pun dia juga susah untuk bersabar.

Tidak mungkin bila aku harus berpergian ke negera orang lain tanpa berganti baju atau berdandan. Oh jangankan berdandan, mandi saja tidak.

Ketika kedua mataku terbuka, itu adalah saat yang Draco tunggu untuk membawaku pergi kemana pun yang dia inginkan. Termasuk yang telah terjadi pagi ini.

Dia—si mafia sinting dari negeri pizza itu menculikku ke bandara entah mau kemana tidak bilang padaku destinasinya. Aku hanya harus menurut dan duduk diam hingga tiba, namun ketika pesawat sudah mendarat ia juga tidak menjawab satu dari puluhan pertanyaan yang sudah aku lontarkan.

Hanya ada satu hal yang aku pasti sangat yakin. Saat ini aku berada di kampung halamannya. Italy.

"Draco kau tahu kan aku paling benci kalau pertanyaanku tidak dijawab?" Aku melirik wajahnya yang masih fokus mengetik pada ponselnya. Oh yang benar saja.

Aku sedikit berdeham dan menyikutnya perlahan, namun tidak ada respon darinya. Alright! That's it!

Apakah aku harus menggelinding keluar dari mobil saat kendaraan ini melaju dengan pesat sehingga Draco mau membuka mulutnya atau memberikan sedikit perhatiannya padaku? Aku rasa itu salah satu pilihan yang menarik, mungkin patut dicoba.

Disisi lain, Draco bila sudah terfokus pada sesuatu maka tidak ada yang bisa mengganggunya, termasuk aku.

Sungguh mengenaskan nasib istrinya kelak, siapa pula yang mau menikah dengan seorang laki-laki super sibuk seperti dia, apalagi bila diingat kembali dia tidak seharusnya berlagak seperti pengusaha terkenal yang harus menatap layar ponsel atau laptopnya selama dua belas jam.

Aku tidak mengucapkan kata-kata lagi, hanya duduk terdiam dan menatap setiap bangunan dan tempat yang nampak di kaca jendela mobil saat melaju dengan pesat menyusuri jalanan kampung halaman Dracola sialan ini.

Sesekali muncul beberapa gagasan di otakku, salah satunya tentang apa yang Draco inginkan sehingga harus membawaku ke Italy? Apa aku harus mengekor dengannya selama seumur hidupku setelah ia menyatakan perasaannya padaku? Woah, itu adalah suatu ide yang tidak bisa aku bayangkan.

Butuh waktu lumayan lama agar kita sampai di tempat tujuan, walau sebenarnya aku tidak tahu pasti mau dibawa kemana. Namun setelah penantian panjangku, mobil yang aku tumpangi berhenti di depan sebuah deretan pertokoan mewah.

Tanpa mengajakku bicara, Draco langsung keluar dari mobil begitu saja. Sedangkan sopir membukakan pintu untukku dan menyuruhku untuk berjalan mengekor. Karena tidak memiliki pilihan lain, aku terpaksa berjalan mengekor dan tidak melontarkan pertanyaan sama sekali.

Draco memasuki salah satu toko yang berada tiga blok dari tempatku berdiri sekarang. Dengan sigap aku langsung berjalan mengikutinya, ketika sudah berada di dalam, aku mendapati Draco sudah duduk di sofa dengan tatapannya yang masih sibuk dengan ponselnya.

Aku memutar kedua bola mataku dengan malas. Beberapa petugas toko menawarkanku berbagai macam model pakian keluaran terbaru, namun aku hanya menatap ke arah baju-baju indah tersebut dengan bingung karena aku tidak paham sebenarnya kemari untuk apa? Membelikanku pakian? Tapi Draco bahkan tidak memberi arahan, tidak mungkin aku langsung bergerak semauku. Setelah beberapa menit kemudian akhirnya Draco bersuara, walau singkat namun setidaknya dia mau berbicara.

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang