28 - Run Like An Idiot

5.1K 400 62
                                    

▶️Soundtrack: Taylor Swift - Ready For It?


-Happy Reading-

-----

Terdengar suara cairan dituangkan ke dalam gelas, aku melirik ke arah datangnya suara tersebut dan segera menyambar segelas martini yang aku pesan.

"More," Aku menghabiskannya dengan sekali teguk, "Give me, more." Perintahku kepada sang bartender dengan menyodorkan gelas yang sudah kosong kepadanya.

Laki-laki tersebut menatapku dengan belas kasih pada tatapannya, namun aku tidak mempedulikannya sama sekali. Aku mulai bernyanyi tidak jelas, "I hope that I can turn back the time..."

"To make it all alright, all alright for us." Suaraku terdengar lirih, "I'll promise to build a new world, for us two..."

"With her!!!" Aku menyipitkan kedua mataku dan menatap bartender itu dengan tatapan mengancam, "With her in the middle!" Aku berteriak, satu telunjukku menunjuk ke arahnya seperti sedang mengecam bartender tersebut. Tapi sungguh, aku tidak bermaksud seperti itu.

Bartender tersebut sedikit terkejut ketika aku tiba-tiba berteriak dan menunjuk-nunjuk ke arahnya, mungkin dia berpikiran aku sedang mabuk sekarang. Tidak, aku tidak mabuk. Hanya sedang sinting saja.

Dadaku masih terasa berdenyut, aku memukul-mukulkan sendok di kepalaku secara terus-menerus, sesekali aku bahkan merintih dan mengucapkan kata-kata yang aku sendiri bahkan tidak mengerti.

"That's it!" teriak seseorang di sampingku, aku menengok ke arahnya sejenak, kemudian membuang muka dan melanjutkan aksi menyakiti diriku sendiri dengan sebuah sendok.

"Aku muak melihatmu seperti ini, kau harus pulang." Lizzie melayang-melayang memutariku dengan tatapan tajamnya, namun itu tidak memberikan efek apa pun untukku jadi percuma saja. Aku hanya meliriknya sesaat lalu mengabaikannya lagi.

Entah seberapa kuat aku mencoba untuk tidak mengingat kejadian tadi tapi semuanya berujung membuatku kesal dan itu sangat mengganggu. Aku terus mengingatnya, ingatan itu terus berputar di dalam benakku seperti komedi putar yang sedang koslet.

"Kau tahu Lizzie? Gadis itu..." Aku menyangga kepalaku dengan kedua tanganku, "Gadis itu tidak asing untukku."

Lizzie nampak penasaran dan mendekatkan kepalanya ke arahku dengan jarak yang terlalu dekat, "Dimana kau pernah bertemu dengannya? Kau mengenalnya? Siapa namanya?"

"Errrr.." Aku menggaruk-garuk kepalaku dengan asal, "Aku tidak tahu."

"Jahh!!!" Lizzie kembali melayang-layang dengan tidak beraturan, "Percuma aku mengintrogasi orang mabuk, sama sekali tidak berfaedah."

"Pfftt...." Aku tertawa, "Aku belum mabuk, benar begitu bukan?" tanyaku kepada sang bartender yang berdiri menatapku dengan wajahnya yang kini menjadi pucat pasi.

Aku mengerutkan kedua alisku, "Errr..." Sepertinya aku tahu kenapa wajahnya pucat seperti itu, "Sorry, aku belum gila. Hanya saja aku spesial, jangan takut." Aku mencoba tersenyum ramah padanya, namun yang ada dia malah bertambah pucat.

Jika saja aku bisa melepas kedua mataku untuk sesaat lalu ketempelkan pada mata bartender bodoh itu mungkin saja dia akan mengerti kalau aku tidak gila. Jelas-jelas ada Lizzie yang mengajakku bicara. Aku memutarkan kedua bola mataku dengan malas, percuma mencoba meyakinkan orang sepertinya itu tidak akan menghasilkan apa pun. Aku meninggalkan beberapa dollar dan segera keluar dari bar elit yang membosankan itu.

DIFFERENT [HIATUS🙏🏻]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang