#34 - apa?

23.9K 5K 1K
                                    

"Wow," mata Rae membulat lebar ketika melihat pemandangan pesisir pantai di depan matanya. Asli. Ini tuh indah banget. Rae sampe nganga gitu soalnya. Kalo lalat masuk keselek tuh bocah, sumpah.

"Kamu mau turun?" tanya Kai menoleh Rae.

Rae langsung mengangguk senang. Lalu dia turun tanpa aba-aba meninggalkan Kai di belakang. Kai menelan salivanya melihat Rae tertawa bahagia sambil berlari ke arah pantai itu.

Rae lucu banget gila ah.

Kai menyusul Rae. Pantai ini memang sepi pengunjung. Sengaja Kai ngebawa Rae kesini, soalnya Kai ngerasa pantai ini bawaannya tenang banget gitu kalo dikunjungi.

Tapi kalo kalian punya pikiran mesum pasti mikirnya langsung Kai sama Rae pasti mau enaena nih disini. Ngaku lo semua!

Kai merangkul pundak Rae. "Cantik ya?"

Rae yang berada di ketekan Kai mengangguk. "Banget. Kenapa bawa gue kesini?"

"Pengen aja." kata Kai.

Pengen berduaan sama lo maksudnya. Lanjut Kai dalam hati.

"Duduk disana ayo," ajak Kai menarik tangan Rae untuk duduk di bebatuan dekat pantai.

"Nanti seragam kita basah gimana?"

"Santai, masih banyak dirumah. Kalo kotor, beli aja yang baru, hehehe," sahut Kai songong. Dih. Rakjel gitu juga belagu amat tong.

Rae mendengus geli dan mengikuti langkah Kai. Mereka lalu duduk di tepi pantai, diatas bebatuan besar sambil memandang lurus ke depan. Ombaknya kecil. Angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka lembut.

"Tenang gitu ya, Kai. Ajak gue sering-sering kesini dong," kata Rae membuat Kai menoleh.

"Asal sama kamu berdua mah aku oke-oke aja," jawab Kai. Kesannya bagi Rae emang becanda, tapi Kai beneran serius. Sumpil. Ga boong.

Rae menyenderkan kepalanya di bahu Kai. Dia nggak ngomong apa-apa. Memang cuma butuh sandaran aja karena Rae masih mikirin kata-kata Kris kemarin. Dan Kai adalah tempat yang cocok untuk bersandar. Selama ini Kai jadi lebih dekat dengan Kai. Rae bersama Kai kemana-mana. Di rumah juga Rae dan Kai selalu keliatan akrab. Makanya Rae merasa lebih nyaman sama Kai, ketimbang saudara-saudaranya yang lain.

Ya walaupun Kai ngeselin banget kalau ngomong. Buat jijik. Manggilnya pake aku-kamu. Meskipun begitu, Rae mencoba mengerti, memang sudah seharusnya saudara saling menyayangi satu sama lain.

Kai tercengang. Ini serius Rae nyender-nyender gini ke gue?

"Ra-"

"Biarin gini dulu, Kai. Gue lagi capek." kata Rae menyela Kai. Kai menghela nafas. Tangannya terulur lagi, merangkul saudara tirinya itu.

"Kai," panggil Rae pelan. Matanya masih lurus memandang pantai tak berpenghuni itu.

"Hm?" gumam Kai menoleh Rae teduh.

"Gue mau curhat,"

Kai jadi deg-degan dengar Rae ngomong kayak gini. Mencoba tegar memdengar ucapan Rae selanjutnya , Kai mengangguk. "Curhat aja, sayang."

"Kai, gue serius." Rae menarik kepalanya dari bahu Kai dan memandang cowok itu sebal.

"Hehehe, sayang adek maksudnya. kamu kan adekan," ucap Kai ketawa. "Sini nyender sama abang lagi sini, ulululu," Kai menarik badan Rae mendekat lagi.

Rae menghela nafas dan menyenderkan kepalanya di bahu Kai lagi. "Gue bingung deh Kai,"

Kai menautkan alisnya. "Bingung kenapa?"

Brother Conflict × Exo12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang