#42 - itu siapa

19.6K 4.6K 373
                                    

Rae sama Justin berakhir di taman kota. Kalo boleh jujur, kaki Rae udah pegal banget karena sedari tadi mereka jalan. Sambil duduk, Rae ngelurusin kakinya, sambil mijit-mijit betisnya.

"Bangke emang lo. Capek nih gue," gerutu Rae sebal.

Justin di sebelahnya cuma cengengesan. "Biar sehat, kak. Anggap aja olahraga,"

"Olahraga apa pake baju sekolah kayak gini,"

Justin membungkuk, lalu tangannya terjulur ke depan megang kaki Rae.

"Eh, lo mau ngapain?!" panik Rae mencoba menepis tangan Justin dari kakinya.

"Kaki kak Zella kan pegal. Sini aku pijitin,"

Monyet.

Rae mengusap wajahnya. Kenapa bocah ini tengik banget? "Gausah, Just. Gue bisa sendiri,"

"Eh eh, nggak baik loh nolak kebaikan orang,"

Babi.

"Gausah, Justin. Gak sakit-sakit amat kok,"

"Kak," Justin natap tajem mata Rae. Rae terhenyak sambil nelan salivanya. "Sini aku pijitin,"

Kalo boleh, Rae pengen banget ngejambak rambut Justin sampe botak. Masih bocah, udah ngalus. Mau jadi apa besarnya?

Ponsel Rae berbunyi. Cewek itu ngerogoh sakunya, dan ngeliat nama pemanggil. Ternyata panggilan dari Chanyeol, jodohnya author.

Rae menggeser layar dan telepon tersambung.

"Rae, kamu dateng kan?"

Rae menyerngit. Maksudnya apa ya?

"Lo nggak lupa kan, kalo mau dateng ke pertandingan basket kampus gue?"

OH EM JI!

Rae nepok jidatnya. "Eh eh, iya bang. Ini gue lagi otw, kok. Sabar ya. Sabar. Gue pasti dateng. Pasti."

"Yaudah. Gue tunggu."

"Iy-"

Pip.

"Aaaaaaaaah," Rae mendesah berat. "Kok gue bisa lupa, sih?!" kata Rae pada dirinya sendiri sambil nyimpan HP ke saku kemejanya lagi.

"Kenapa?" tanya Justin mendongak ke arah Rae.

Rae menarik tangan Justin berdiri. "Ayo, temenin gue ke kampus abang gue."

"Lah, lah, ngapain?" Justin bertanya sambil ngikutin Rae karena tangannya di tarik-tarik gini.

"Liat basket."

"Lah, bola basket kok diliatin?"

Rae memutar tubuhnya, natep Justin garang. "Pertandingan basket, tulul! Udah diem, ayo,"

Justin ngacak-ngacakin rambutnya. Rae memberhentikan satu angkot, dan menarik Justin ke dalam angkot itu bersamanya.

Alhasil, mereka duduk dempetan, diantara ibu-ibu yang baru pulang dari pasar. Di lantai angkot, banyak barang belanjaan. Dan ada bau menyengat, dari seekor ayam di dalam keranjang plastik yang kakinya diikat.

Justin menggerutu karena hal ini membuat dia gegana. Gelisah galau merana. Demi apa dia naik angkot begini? Ini kali pertama dia naik angkutan umum, plis. Mana bau lagi. Justin kan ga like.

"Kak, turun... pengap," keluh Justin seperti anak kecil ke Rae. Justin ngipas-ngipas lehernya pake tangannya.

Rae mendengus. "Bentar lagi nyampe, sabar dong."

Brother Conflict × Exo12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang