Tok . Tok . Tok . Tok .
" Sekejap . " Jerit Alin sambil berlari - lari anak ke arah pintu . Tombol pintu dipulas , kemudian terpancul wajah Park Goon yang sedang tersengih di hadapan pintu .
" Oh Goon . Masuklah . Syazlin tengah bersiap . " Pelawa Alin sambil membuka pintu hotel itu supaya lebih luas . Nasib baik dia pakai tudung . Kalau tak , wah mesti Park Goon sudah nampak auratnya .
" Terima kasih . " Ucap Park Goon sambil melangkah masuk ke dalam bilik hotel yang menjadi tempat tinggal Alin dan aku selama 2 minggu di Kota Seoul . Punggungnya dilabuhkan pada sofa sambil matanya ralit memerhatikan segenap ruang bilik itu .
" Syaz . Goon dah datang ini . Cepat sikit . " Pintu bilik tidur , Alin ketuk beberapa kali .
" Iya . Tunggu sekejap . Dah nak siap ini . " Sahut aku dari dalam . Alin hanya menggumam , lalu memgorak langkah ke dapur .
" Hai Goon . " Tegur aku pada Park Goon yang ralit menonton televisyen . Aku tersenyum malu bila Park Goon tidak berkelip pandang aku . Keadaan diri aku dari atas sampai ke bawah , aku tilik . Biasa saja pakaian yang aku pakai . Hanya berseluar jeans gelap , kemeja lengan panjang berwarna coklat tua , dan selendang berwarna merah jambu yang terang . Sama seperti hari - hari yang sebelumnya . Tak ada beza pun .
" Kenapa awak pandang saya macam itu ? " Mungkin dia sedar kelakuannya yang tidak disengajakan itu amat memalukan , cepat - cepat Park Goon alihkan pandangannya daripada wajah aku . Park Goon berdehem kecil untuk tutup segannya .
" Awak pakai alat solek ? " Tanya Park Goon dan itu membuatkan aku tersengih malu . Kepala aku yang tidak gatal , aku garu .
" Adalah sikit . " Jari telunjuk dan ibu jari aku rapatkan untuk menunjukkan tanda sedikit .
" Awak cantik . " Puji Park Goon sambil pandang ke tempat lain . Mungkin selama ini dia tak pernah tengok aku pakai alat solek . Lagipun , aku memang tak sukakan pakai alat - alat solek walaupun aku ialah seorang model . Aku akui aku akan pakai alat solek jika jadi diri Syazlin yang " model " , tapi jujur aku cakap , aku akan keluar ke mana - mana dengan wajah aku yang semula jadi .
" Terima kasih . " Ucap aku dan dibalas anggukan oleh Park Goon .
" Dah jomlah pergi . " Sambung aku semula sambil mengorak langkah ke pintu keluar dan diikuti oleh Park Goon .
" Alin . Aku pergi dulu . " Pamit aku pada Alin di dapur .
" Iya . Jangan balik lambat . "
" Okey . Jom Goon . " Pintu bilik aku buka , lalu aku melangkah keluar dari perut bilik hotel itu . Pintu tadi aku tahan sementara tumggu Park Goon yang sedang mengikat tali kasutnya . Pintu bilik aku tutup selepas Park Goon sepenuhnya berada di koridor tingkat hotel itu .
" Mari . "
*************
" Kenapa kita naik teksi ? Awak bawa motorkan ? Kenapa tak naik motor ? " Tanya aku pada Park Goon yang sedang mencari - cari teksi di kawasan hotel itu . Wajah aku Park Goon pandang .
" Awak nak peluk saya ke nanti ? " Soal Park Goon dalam nada dingin walhal aku tahu dia sedang usik aku . Tak guna . Pipi aku dah mula panas . Mesti Park Goon sedang ketawakan aku dalam hati .
" Perasan . Siapa yang nak peluk awak ? Boleh saja naik motor tapi tak peluk - peluk . " Bidas aku sambil cerlung tajam wajah Park Goon .
" Iya ? Wah macam menarik . Jomlah naik motor . Nak tengok juga awak peluk ke tak saya nanti . Kalau awak peluk saya , awak kena belanja saya barang - barang yang saya nak . Berani ? " Sebelah keningnya , Park Goon angkat . Aku mencebik geram . Meluat dengan kerenahnya . Gedik . Mestilah aku yang kalah . Bukannya aku tak tahu perangai Park Goon ini macam mana . Mesti dia akan bawa laju nanti supaya aku peluk pinggangnya . Tahu sangat muslihat licik dia itu .
" Tak apalah . Terima kasih banyak - banyak . Saya lebih rela naik bas daripada peluk awak . " Kebetulan ada sebuah teksi yang berhenti di hadapan kami . Tahu sahaja yang aku memang dalam kesusahan sekarang . Tak mahu lagi aku kena usik dengan Park Goon . Berdebar aku dibuatnya .
Pintu belakang teksi itu aku buka , lalu aku melangkah masuk ke dalam perut kereta . Aku mengesot ke hujung sedikit untuk beri ruang kepada Park Goon untuk masuk ke dalam teksi itu .
" Namsan tower-euloga juseyo "
* Bawa kami ke Menara Namsan .
" Nae . " Pemandu teksi itu mula bergerak menuju ke destinasi yang Park Goon cakap .
* Baiklah
Mereka berbual - bual tentang sesuatu perkara yang tak difahami oleh aku memandangkan mereka bercakap dalam bahasa ibunda mereka . Sesekali , terdengar mereka berdua tertawa pada topik yang mereka bualkan . Aku yang tak tahu apa - apa ini mula dilanda kebosanan disebabkan Park Goon langsung tak bercakap dengan aku . Fokusnya seratus peratus pada pakcik pemandu tadi .
Jadi , pandangan aku halakan ke luar tingkap , memerhatikan gelagat setiap kenderaan yang sedang lalu lalang di jalan raya yang teramatlah sibuk itu . Mungkin kerana sekarang ialah boleh dikategorikan masih dalam waktu awal pagi , jadi penduduk di sini berlumba - lumba untuk sampai awal di tempat kerja mahupun sekolah mereka .
" Syazlin . " Lamunan aku terhenti bila Park Goon cuit bahu aku . Wajah polos Park Goon , aku pandang .
" Iya . "
" Awak kenapa ? Dah dekat 5 kali saya panggil awak . Mengelamun tentang apa ? Lelaki simpanan awak ? " Wajah dia aku cerlung tajam .
" It's not funny Goon . " Tegas aku bersuara . Aku tak suka cara dia bergurau macam itu . Aku tak kisah kalau dia nak cakap aku hodoh ke apa , tapi kalau bab yang berkenaan dengan seks , sungguh aku tak sukakannya . Aku bukannya macam itu . Simpan lelaki lain untuk puaskan nafsu aku . Aku masih ada maruah .
" Okey . Bertenang Syazlin . Kenapa dengan awak ? Awak okey ? " Hati aku mula luluh bila Park Goon bercakap dengan lembut pada aku . Habis hilang semua ego dan amarah aku tadi . Wajah dia aku pandang . Pandangan redupnya menyapa anak mata aku . Terus sejuk hati aku .
" Saya bosanlah Park Goon . "
" Iya ? Takkanlah sebab ini saja ? Mesti ada sebab lain kan ? " Duga Park Goon dan itu semakin membuatkan hati aku resah . Ya . Memang benar ada sebab lain . Tapi takkanlah aku nak cakap dekat Park Goon yang sebenarnya aku perlukan perhatiannya ?
" M-Mana ada . Itu sajalah sebabnya . " Dalih aku seraya alihkan pandangan aku ke luar tingkap . Tak betah aku daripada berterusan ditenung Park Goon .
" Syazlin . " Panggil Park Goon dalam nada yang boleh aku katakan seperti nada yang memujuk . Mata aku pejam erat . Ah lantaklah apa yang jadi . Aku dah tak tahan dah ini .
" Awak itulah . Fokus sangat berbual dengan pakcik itu sampai abaikan saya . Awak fikir saya ini apa ? Tunggul ? Batu ? Saya ini manusia . Dan manusia ini teman wanita awak . " Senafas aku utarakan isi hati aku . Tercungap - cungap aku dibuatnya akibat nafas aku seperti sudah hilang . Tergamam Park Goon . Terkebil - kebil kelopak matanya memandang ke wajah aku .
" Wah . Awak memang wah . " Park Goon tertawa sambil menepuk - nepuk tangannya . Wajah dia aku pandang hairan . Apa kena dengan lelaki ini ?
" Kenapa dengan awak ini ? Saya marah , awak boleh ketawa pula . "
" Bukan . Saya cuma terkejut . Tak sangka perangai awak macam ini . "
" Apa ?! Tak tahu malu ?! " Anak mata aku menjeling tajam Park Goon yang sedang tersengih .
" Bukan . Awak macam satu dalam seribu . Bukan . Satu dalam berpuluh ribu . Kebanyakan perempuan yang saya jumpa , semuanya jenis yang tak suka berterus - terang . Semuanya percakapannya , kelakuannya , lelaki sendiri yang kena tafsir . Tapi awak jenis yang berterus - terang dan saya sukakan itu . " Jarak antara aku dan dia , Park Goon rapatkan . Terlalu rapat sehinggakan bahu kami tersentuh . Kemudian , kepala dia sengetkan dan rapat ke telinga aku seperti mahu berbisik .
" Thanks for making me laugh when I don't even want to smile . I love you . "
YOU ARE READING
Si Cik Pemimpi
Novela JuvenilTiada siapa yang menyangka , bahawa watak imaginasi itu juga adalah hidup . Begitu juga dia . Tak pernah dibayangkan seumur hidupnya lelaki ciptaannya akan benar-benar muncul di hadapan matanya . " Selama ini , saya percayakan yang awak memang wuju...