38

8 0 0
                                    

" Aku dah balik . " Ucap aku sambil menutup pintu . Kasut aku buka , lalu aku simpan di dalam rak .

Leher aku yang sedikit lenguh , aku urut perlahan . Ini semua gara - gara lelaki - lelaki tak berpelajaran itu . Kalau mereka semua tak kacau aku hari ini , sudah pasti urat - urat badan aku tidak sesakit ini . Urgh . Dasar lelaki tak siuman .

Aku baru sahaja memegang tombol pintu bilik aku , tapi tingkah laku Alin yang tergopoh - gapah berlari ke arah aku lebih menarik perhatian . " Syaz . Syaz . Kau okey ? Kau ada sakit dekat mana - mana tak ? " Soalnya tanpa henti sambil tangan dan matanya lincah memeriksa tubuh badan aku .

Kening aku bertaut rapat . " Macam mana kau tahu ada something jadi dekat aku tadi ? " Soal aku , pelik .

Wajahnya mula berubah . Mungkin tak sangka yang soalan itu yang akan keluar dari mulut aku . " A-Aku erm firasat aku macam tak sedap hati . Sebab itu aku ingat ada something jadi dekat kau . Tak sangka betul - betul jadi . " Jawabnya tidak pasti .

" Kau pasti ? " Soal aku lagi sambil mata aku mencari - cari anak matanya tapi bila gadis itu seakan cuba mengelak daripada berbalas pandangan aku , hati aku semakin ragu - ragu dengan jawapannya .

" Iya . Aku pasti . " Pantas dia menjawab .

Aku hanya mengangguk faham , tidak mahu meneruskan perbincangan kami yang satu ini . " Aku okeylah . Kau jangan risau . Aku kena kacau sikit saja . Jangan risaulah . " Jawab aku pada soalannya yang awal tadi .

" Macam mana aku tak risau ? Kau itu dahlah lemah . Nak tumbuk orang pun takut - takut . " Balasnya bercampur perlian .

" Aku okeylah . Ada lelaki tolong aku tadi . "

Pergerakannya yang dari tadi menilik tubuh aku segera terhenti . " Ada lelaki tolong kau ? Siapa ? Kau kenal ? Macam mana muka dia ? Putih ke hitam ? Tinggi ke pendek ? " Tanyanya bertubi - tubi tanpa sempat aku menjawab walau satu soalan .

Aku menarik nafas lega bila Alin berhenti bertanyakan soalan , beri peluang kepada aku untuk menjawab . " Tak . Aku tak kenal dia . Muka dia pun aku tak nampak . Tapi yang aku tahu , dia lagi tinggi daripada akulah . " Jawab aku sambil membayangkan lelaki yang bantu aku tadi .

" O-Oh . Aku ingatkan kau kenal dia . "

" Tapi ada something yang buatkan aku musykil . " Balas aku lagi .

Wajahnya yang tadi tenang mula bertukar gelisah . " K-Kenapa ? Kau ternampak apa - apa yang mencurigakan pasal dia ke ? "

" Taklah . Aku cuma pernah rasa macam aku dengan dia pernah jumpa . Macam kitaorang ada chemistry yang kuat . Aku pernah kenal dia ke haa ? Ke dia kawan lama aku yang aku tak kenal ? " Dagu aku usap persis gaya detektif yang sedang berfikir cara untuk menyelesaikan sesuatu kes .

" Perasaan kau saja kot . Kau sendiri cakap kau tak nampak muka dia . "

Aku mengangguk beberapa kali . " Betul juga cakap kau . Aku manalah ada banyak kawan lelaki . Lagi - lagi yang tinggi macam itu . Kalau nak cakap Park Goon , mustahillah kan sebab dia dekat Seoul sekarang . " Pergerakan aku tiba - tiba terhenti bila otak aku sudah mula menangkap kelancangan mulut aku . Aduh . Kenapa boleh tersebut nama dia pula ?

" Kau okey ? " Soal Alin dengan anak matanya tepat ke arah aku yang mendiamkan diri secara drastik .

Pandangannya aku balas . " Okey . Aku okey . Dahlah . Aku nak masuk bilik dulu . Sakitlah kaki aku berjalan jauh tadi . Selamat malam . " Cepat - cepat aku menerobos masuk ke dalam bilik tidur aku . Tak sanggup aku untuk bersoal jawab dengan Alin . Mesti gadis itu sudah buat spekulasi dia sendiri .

Si Cik PemimpiWhere stories live. Discover now