21

15 2 4
                                    

Park Goon angkat kepalanya daripada posisi tadi kepada posisi menegak . Dia tersenyum nipis kepada aku sebelum menjarakkan ruang kami yang terlalu hampir tadi . Telefon pintarnya di dalam poket seluar , Park Goon ambil . Aku tak tahu apa yang dia buat dengan telefon pintarnya itu tapi dapat aku rasakan yang sebenarnya , Park Goon sedang mengelakkan dirinya daripada bercakap dengan aku . Mungkin dia malu dengan pengakuannya sebentar tadi .

Manakala aku di sini , masih tetap di posisi aku yang tadi . Diam membatu walhal hati aku sudah berdegup dengan menggila . Bila - bila masa saja boleh meletup . Terkebil - kebil mata aku bila Park Goon lafazkan tiga perkataan keramat tadi di telinga aku . Ia bagaikan mimpi di mana aku ialah heroinnya manakala Park Goon adalah hero dalam cerita ini . Ia bagaikan magis . Aku benar - benar tak sangka Park Goon akan lafazkan ayat itu pada aku . Jujur aku terlampau gembira dan teruja sehinggakan aku tak boleh bergerak walhal otak aku sudah menghantar impuls - impuls kepada semua saraf aku untuk bergerak .

Tangan aku yang menggigil , aku sembunyikan di belakang badan . Aku tak mahu Park Goon nampak keadaan diri aku yang tampak memalukan . Mesti dia fikir aku ini senang cair dengan kata - kata manisnya bila nampak keadaan aku seperti ini . Kalau dia tahu aku seperti itu , sudah pasti selepas ini , Park Goon akan sentiasa mengusik aku supaya berterusan jatuh hati dengan dirinya .

" Syazlin . Kita dah sampai . " Tegur Park Goon dan itu membuatkan aku tersentak kerana Park Goon tiba - tiba menepuk peha aku yang sedang mengelamun . Seperti mahu gugur jantung aku . Wah . Nasib baik aku tak ada penyakit sakit jantung . Kalau tidak , mesti aku dah dikejarkan ke hospital sekarang .

" H-Haa ya . Kejap . " Tergopoh - gapah aku mengambil tas tangan aku yang terselit antara kaki kiri aku dan pintu bila nampak Park Goon sudah melangkah keluar dari teksi . Aku mula keluar dari perut teksi itu setelah memastikan tiada barang milik aku atau Park Goon yang tertinggal . Pintu teksi aku tutup dengan cermat .

Sementara menunggu Park Goon bayar tambang teksi , aku perhatikan Menara Namsan yang terkenal dengan menara cinta itu dari bawah . Wah . Ia memang benar - benar tinggi . Aku rasa seperti aku tak dapat lihat puncaknya . Mungkin terselindung antara awan dan flora yang tumbuh meliar di kawasan ini .

" Jom . " Park Goon yang sedang memasukkan duit kertas baki tambang teksi tadi di dalam dompetnya , aku pandang sekilas . Kemudian , pandangan aku halakan semula pada Menara Namsan di hadapan kami .

" Kenapalah awak nak pergi sini ? Bosanlah sini . " Kutuk Park Goon . Wajah dia aku cerlung tajam .

" Apa ? " Muka tidak bersalah dia tunjukkan pada aku . Tch . Sakit hati aku . Ingin sahaja aku tarik bulu mata dia yang lentik itu . Biar padan mukanya .

" Bagi awak memanglah bosan . Awak dah biasa tengok . Tapi bagi saya , inilah tempat yang saya nak pergi sangat . Lagi - lagi dengan teman lelaki saya . " Bidas aku . Anak mata putih Park Goon julingkan ke atas , tanda dia menyampah dengan kenyataan yang baru aku sebut .

" Dah cepatlah . Nanti penuh pula kereta kabel itu . " Park Goon mula melangkah ke lobi Menara Namsan yang menempatkan kaunter tiket untuk kereta kabel . Aku yang masih ketinggalan di belakang , menghentakkan kaki tanda geram seraya mengorak langkah mengejar Park Goon yang makin menjauh ke hadapan .

" Tunggulah saya . " Belakang kot Park Goon , aku tarik . Nasib baik Park Goon masih dapat seimbangkan badannya , sebab itu dia tak terdorong ke belakang . Hanya kedua kakinya yang terhenti berjalan . Wajah aku , Park Goon pandang .

" Saya takutlah . Dahlah sini ramai orang . Kalau saya kena culik macam mana ? " Duga aku sambil tayangkan muka simpati pada Park Goon .

" Siapa nak culik awak ? Kalau awak itu cantik macam Yoona , tak apalah juga . " Perli Park Goon . Wajah dia yang bersahaja aku pandang geram . Wah . Tak rasa serba salah langsung .

Si Cik PemimpiWhere stories live. Discover now