26

20 2 0
                                    

" Jadi , macam mana ? " Lamunan aku berkenaan perbualan aku dan Park Goon sebentar tadi , terus terhenti bila peha kanan aku ditepuk mengejut . Hampir - hampir sahaja aku melatah carutan - carutan yang mampu tambahkan dosa aku .

" Macam itulah . " Acuh tak acuh aku jawab soalan Alin . Wajahnya aku pandang sekilas sebelum halakan semula pada televisyen .

" Macam itulah ? Apa kena dengan kau ini ? "

" Apa ? "

" Kau dah baik dengan dia belum ? " Aku berdecit kecil . Rimas dengan kelakuan Alin yang bertanya itu ini dengan aku .

" Belum . " Selamba aku balas soalannya .

" Kau ini dah kenapa ? Aku suruh kau call dia sebab nak suruh korang berdua berbaik . Bukan makin nak semarakkan api kemarahan kau itu . " Mata aku julingkan ke atas sambil mengeluh kecil .

" Kau faham tak aku tak boleh maafkan dia . Bukan . Aku dah maafkan dia . Cuma aku tak boleh lupakan salah dia . Itu saja . " Bidas aku untuk pertahankan diri . Telefon pintar di atas meja , aku ambil lalu kaki aku orakkan ke dalam bilik . Malas nak jawab soalan Alin yang berkemungkinan akan menyakitkan hati aku lagi .

" Haa merajuklah itu . Cakap sikit , sentap . Otak apa entah kau ini ? Nak cakap bodoh , graduate dari sekolah pandai . Tapi perangai , Ya Allah tak matang langsung . " Perli Alin dari luar . Kedua tapak tangan aku tekup ke telinga . Malas nak dengar perlian Alin .

Rimas !

*********************

Telefon pintar aku campak ke atas katil . Anak rambut aku yang sedikit panjang di bahagian depan , aku kuak ke belakang . Aku berjalan mundar - mandir sambil bercekak pinggang . Buntu nak fikirkan cara untuk pujuk syazlin lagi .

Aku tahu semua ini salah aku . Mungkin aku agak emosional malam semalam . Sebab itu aku cakap perkara yang aku sendiri tak faham . Entah kenapa , ayat tersebut yang keluar dari mulut aku . Aku tak maksudkannya . Jujur aku tak pernah maksudkannya . Tapi sebab aku tak dapat kawal marah aku yang membuak - buak , sebab itu ayat - ayat yang tak masuk dek akal itu keluar .

Aku bukannya terlampau marah dengannya . Aku cuma terkilan . Aku ini siapa bagi dia ? Kenapa dia tak beritahu aku sendiri tentang pekerjaannya yang satu itu ? Kenapa dia perlu tipu aku sedangkan dia tahu yang aku ini tidak suka seorang penipu ?

Kenapa dan kenapa . Hanya itu yang terlintas di fikiran aku sejak semalam . Aku tak marahkannya kalau dia nak jadi model . Jadi pelakon pun boleh kalau dia memang ada bakat dalam bidang itu . Aku takkan halang kalau memang itu minat dia . Siapa aku untuk halang ? Itu hak dia . Jadi dia berhak untuk lakukan apa yang dia suka . Tapi sekurang - kurangnya , jujur tentang segala - galanya dengan aku . Susah sangat ke ?

Punggung aku hempaskan ke atas katil . Kepala aku yang terasa berat , aku picit beberapa kali . Sungguh , aku terlampau tertekan fikirkan hal ini . Aku tepis semua malu aku untuk minta maaf dengan Syazlin . Tapi gadis itu langsung tidak terima maaf aku walaupun sudah berpuluh kali aku ucapkan perkataan maaf itu sehinggakan aku terasa muak bila terpaksa ulang ayat yang sama . Ini semua bukan salah aku seorang . Ini salah dirinya juga . Siapa suruh dia tak beritahu aku awal - awal ? Kalau dia beritahu aku pada awal hubungan kami , sudah pasti perkara seperti ini tidak terjadi .

Argh . Tak boleh jadi ini . Aku memang betul - betul tertekan sekarang . Kepala aku terasa sakit yang amat . Aku rasa kepala aku seakan seperti hendak pecah . Penat bercampur tertekan . Semua masalah bercampur satu . Dan aku amat bencikan keadaan aku sekarang .

Tekak aku yang terasa haus mematikan lamunan aku daripada berterusan fikirkan masalah yang aku hadapi sekarang . Kaki aku langkahkan ke dapur untuk lunaskan hajat tekak aku dulu . Peti ais aku buka , lalu aku ambil sebotol air mineral . Bila tutup botol sudah aku buka , aku teguk air itu beberapa kali untuk hilangkan kehausan aku . Wuh lega .

Si Cik PemimpiWhere stories live. Discover now