40

10 0 0
                                    

" Sayang . Bangunlah . Dah pagi ini . "

Ya Tuhan .

Betapa indahnya dengar suara lelaki yang aku teramat rindu ini mengucapkan kata-kata yang indah ketika aku baru bangun dari tidur . Pasti hari ini adalah hari yang bertuah untuk aku .

" Bangunlah tuan puteri . Tuan putera awak dah datang ini . "

Oh Tuhan .

Jangan kejutkan aku dari mimpi ini . Aku mahu mimpi ini berterusan . Aku mahu merasai semula detik-detik kemanisan ketika aku masih bergelar teman wanitanya . Aku masih mahu merasai kasih sayangnya saat aku masih mempunyai hubungan dengannya . Walaupun hanya sekadar di alam mimpi .

" Sayang . Kenapa awak masih baring ini ? Bangunlah . "

Tuhan .

Kenapa semua ini bagaikan benar-benar berlaku ? Ini bukan mimpikah ? Mustahil kalau semua ini bukan mimpi . Lelaki itu sedang berada di Seoul ; menjalani kehidupannya sebagai rakyat Korea yang biasa . Bukannya di sini , sedang mengejutkan aku dari lena aku .

" Sayang . Kenapa awak menangis ini ? Awak okey ? "

Aku menangis ? Apa benar aku menangis ? Haha lawaklah kau ini Syazlin . Dalam mimpi pun boleh menangis .

Dengan langkah drastik , aku buka mata aku , bersama air mata aku yang masih tidak berhenti mengalir . Tak mahu aku berterusan mimpikan lelaki itu . Apa gunanya aku ingatkan dia setiap hari ? Bukannya hubungan aku dan dia akan berubah seperti dulu .

Sebaik sahaja penglihatan aku sudah baik , pandangan aku terus sahaja menangkap bayangan lelaki di sebelah aku yang sedang asyik melihat ke arah aku sambil bibirnya terukir senyuman manis . Tapi malangnya aku tidak dapat menangkap wajahnya , jadi aku tidak dapat mentafsirkan siapa lelaki yang sedang duduk di atas katil aku .

Dari dagunya , aku beralih ke bibirnya , lalu ke hidungnya , sebelum aku perlahan - lahan alihkan pandangan aku ke matanya ; dan sekarang jelaslah wajahnya yang sebenar .

Terus aku pejamkan semula mata bila melihat wajahnya . Badan aku mula menggigil . Air mata aku makin galak mengalir seakan sungai di pipi . Aku menggengam selimut yang menyelimuti tubuh aku sepanjang malam tadi dengan tangan aku yang masih belum berhenti menggigil .

" Sayang . Awak okey ? " Soalnya sambil mengusap pipi aku dengan tangan kasarnya itu .

Aku menggeleng beberapa kali . " Tolong . Katakan semua ini mimpi . Aku seorang diri dalam bilik ini . Tiada Goon . Tiada Raziq . Tiada Alin . Tiada sesiapa pun dalam bilik ini kecuali aku . " Monolog aku perlahan .

Si dia tertawa kecil . " Awak tak mimpilah sayang . Kan awak dengan saya ini . Bangun sayang . Dah pagi ini . "

Pada akhirnya , perlahan-lahan aku buka mata bila yakin apa yang sedang berlaku kini bukanlah sekadar mimpi , lebih-lebih lagi aku dapat rasakan segala apa yang aku lakukan itu seperti realiti  . " Ini semua bukan mimpi ? Awak pasti ini bukan mimpi ? " Ujar aku ragu-ragu .

Bibirnya masih kekal dengan senyumannya yang manis itu . Wajahnya dirapatkan ke wajah aku . " Iya sayang . Semua ini bukan mimpi . "

Aku termangu sendirian , fikirkan tentang status diri aku sekarang . Masih waraskah aku ?

" Nanti mandi , lepas itu siap-siap . Saya tunggu dekat bawah . Semua beg saya dah letak dalam kereta . Jangan lambat tau ! Kalau tak , saya cium awak . " Ugutnya dalam niat bercanda sambil mencuit hidung aku . Punggungnya diangkat dari katil , lalu langkahnya diaturkan ke pintu bilik .

" Goon , nanti . " Namanya aku panggil , seraya menghentikan langkahnya yang baru hendak memegang tombol pintu .

Pergerakannya terhenti seraya badannya dipusingkan ke arah aku . " Iya sayang . "

Si Cik PemimpiWhere stories live. Discover now