36

9 0 0
                                    

Langkah tergesa-gesa Raziq Darwish , aku perhatikan dengan kedua tangan aku disilangkan ke dada . Bila jejaka itu terlihat wajah mencuka aku , terus sahaja dia memperlahankan langkahnya . Mulutnya menggumam sesuatu yang aku tak dapat tangkap di sebalik pergerakan bibirnya disebabkan dari tadi wajahnya ditundukkan ke lantai .

Bila kakinya sudah mencecah di kawasan meja yang menjadi pilihan aku untuk isi perut aku yang lapar , segera lelaki itu mengambil tempat di hadapan aku . Wajahnya masih berterusan menunduk , langsung tak pandang wajah aku .

" M-Maaf . Saya lambat . " Ujar Raziq memecahkan kesunyian . Matanya memandang sekilas wajah aku sebelum tundukkan semula ke bawah .

Manakala aku , masih sama seperti tadi . Bersandar di kerusi , kedua tangan disilangkan ke dada dan dalam masa yang sama , memerhatikan setiap gerak gerinya . " Kenapa lambat ? " Soal aku dingin .

" Saya tad- "

" Pandang muka saya bila awak cakap . " Tegas aku beri arahan bila Raziq menjawab soalan aku dalam keadaan yang menunduk .

Lelaki itu mengeluh kecil , lalu wajahnya diangkat dan difokuskan pada aku . " Saya boleh jelaskan . "

" Silakan . Saya akan dengar penjelasan awak . "

Nafas ditarik lalu dihembus perlahan . " Saya tadi ada kuliah . Lepas itu , saya ada meeting untuk pertandingan futsal peringkat Universiti dekat Jakarta nanti . Habis je mesyuarat , saya terus datang ke sini . " Jelasnya dengan terperinci .

Aku tersengih sinis . " Saya tahu semua itu . Awak ada beritahu saya semalam . Meeting awak habis pukul 2 petang . Tapi tengoklah jam berapa awak sampai . 3.30 petang Raziq . Mana awak pergi satu jam setengah itu ? " Aku merapatkan badan aku ke meja . Wajahnya yang dalam ketakutan , aku cerlung tajam .

" Okey . Okey . Saya jujur . " Alahnya bila terus diasak soalan oleh aku .

" Saya pergi keluar pergi Danga Bay dengan Fakrul and Nazmi . " Jujurnya setelah 2 minit mendiamkan diri .

" Oh god , finally . " Reaksi pertama aku bila dengar jawapannya . Silangan tangan di dada , aku jatuhkan ke peha .

" Susah sangat ke awak nak jujur , Raziq ? Setakat itu je . Bukannya susah sangat . Bukannya saya suruh awak jawab soalan 2x+x-5 . Awak hanya perlu jujur . " Sesekali jari aku mengetuk-ngetuk permukaan meja .

Raziq menunduk ke lantai , setia mendengar bebelan aku . Wajahnya ketika itu persis kanak-kanak yang sedang dimarahi oleh ibunya kerana bajunya comot dengan lumpur . " Saya takut awak marah . " Jawabnya perlahan .

Aku menggeleng perlahan . Boleh naik gila aku dengan sikap Raziq yang terlampau menjaga perasaan aku ini . " Raziq . Awak itu lelaki . Saya ini perempuan . Sepatutnya awak yang kawal hidup saya , marah saya . Tapi sekarang , terbalik . Saya yang kawal awak , marah awak . Awak tak boleh macam ini Raziq . Awak buat macam saya ini teman wanita yang kejam . "

Pantas , wajahnya diangkat dan pandang tepat ke muka aku dengan wajah terkejutnya . " Tak . Tak . Saya langsung tak ada niat nak buat awak macam itu . Sumpah . Langsung tak pernah . " Kedua tangannya digoyangkan beberapa kali .

" Jadi , kenapa awak buat macam ini ? "

" Saya takut awak akan bencikan saya . Iyalah . Hubungan kita tak sampai sebulan pun lagi . Mungkin sebab itu saya terlalu jaga perasaan awak . " Jawabnya sambil menggaru lehernya yang tidak gatal . Bibirnya mengukir sengihan malu , tapi terus mati bila pandangannya jatuh pada wajah aku yang masam mencuka .

" Jangan terlalu baik dengan saya . S-Saya bencikannya . " Pinta aku setelah lama kami berdiam diri . Wajah aku ditundukkan ke lantai . Air mata aku yang hampir menitis pantas aku seka tanpa pengetahuan Raziq .

Si Cik PemimpiWhere stories live. Discover now