39

9 1 0
                                    

Dengan langkah pantas , aku menghampiri Raziq Darwish yang sedang berbual dengan rakan-rakan sekuliahnya . " Raziq . Saya nak cakap sesuatu dengan awak . " Tegur aku perlahan .

Wajahnya diangkat memandang sekilas ke arah aku dengan pandangan mata redupnya . Kemudian dihalakan semula pada rakan-rakannya yang sedari tadi perhatikan gelagat kami berdua . " Geng . Aku pergi dululah . Nanti kita lepak lagi . " Pamitnya sambil berbalas lagaan buku limanya dengan rakannya yang lain .

" Iyalah . Ingat orang lain masa dating itu . Jangan tahu nak mengayat girlfriend kau je . " Sakat salah seorang rakan baiknya , tak silap aku namanya Firdaus Hilmi . Pelajar jurusan Psikologi di Universiti ini .

Bahu kanannya ditumbuk perlahan Raziq . " Sibuk sajalah kau ini . Lain kali cari girlfriend . Baru kau tahu perasaan dia macam mana . Ini tak . Belajar je kerjanya . Tahulah bakal - bakal Counselor . " Puji Raziq berbaur perlian .

" Maaf sikit eh . Aku tak ada masa nak bercinta ini . Banyak lagi kerja aku kena siapkan . Habis belajar baru nak fikir pasal bercinta ini . " Jawabnya pantas dengan nada tegas tapi terselit sedikit gurauan .

" Kalau dah habis belajar , tak payah bercinta . Kahwin terus . Senang . " Mendengarkan balasan yang keluar dari mulut Raziq , terus sahaja tawa mereka semua meletus di situ .

Aku turut tertawa kecil . Jujur aku katakan , aku tak faham dengan lawak mereka . Tapi disebabkan aku tak nak ketinggalan , jadi aku ketawa bila mereka ketawa .

" Eh dahlah . Kalau layan kau orang ini , sampai ke esok tak habis . Jom sayang . Kita pergi kafe depan itu . " Ajak Raziq sambil tangannya menarik lengan aku . Lambaian diberikan kepada rakan - rakannya di belakang sebelum perjalanan kami ke kafeteria Universiti itu disambung semula .

***************************

" Terima kasih . " Ucap Raziq sambil menghulurkan menu yang diberikan oleh pelayan kafe itu .

Aku pula dari tadi perhatikan tingkah laku lelaki di hadapan aku ini . Mungkin ada gerak - gerinya yang aneh mampu menjadi petunjuk dalam kes siasatan yang sedang giat dilakukan aku sekarang .

" Jadi , apa yang awak nak bincangkan dengan saya ? " Soalnya bila pelayan tadi sudah pergi . Aku terlalu leka perhatikannya sehinggakan tidak sedar yang dia turut perhatikan aku . Dalam 2-3 saat begitu .

" I-Iya . Awak tanya apa tadi ? "

Bibirnya tersungging senyuman nipis . " Awak berangankan apa tadi sampai tak dengar soalan saya ? "

Mendengarkan perliannya , spontan aku tersenyum malu . " Tak ada apa - apa . Awak tanya apa tadi ? " Soal aku lagi untuk dapatkan kepastian .

" Saya tanya awak nak bincang apa tadi ? Dah boleh rasanya kita bincang sekarang . " Balas Raziq terperinci .

Aku mengangguk faham . Wajah aku terus diseriuskan bila berbincang tentang topik ini . " Awak ada buat sesuatu yang saya tak tahu ke ? " Selindung aku persoalkan soalan aku yang sebenarnya .

Lelaki itu menggeleng beberapa kali , tanda tidak kepada soalan aku tadi . " Maksud awak ? Buat apa contohnya ? "

Aku memerhatikan sekeliling kafe itu , merangka ayat yang sesuai untuk diutarakan kepadanya . " Contohnya macam pasang penyiasat ke , intip saya ke . Macam itulah . " Wajah kosong Raziq , aku jeling sekilas untuk perhatikan reaksinya .

Aku bayangkan , reaksi lelaki itu akan kelihatan sedikit gabra memandangkan yang aku sudah tahu perangkapnya . Tapi realitinya , Raziq langsung tidak gabra , malah boleh ketawa pula itu . Dan yang peliknya , bunyi tawanya langsung tidak kekok . Seakan dia benar - benar fikirkan yang apa yang aku katakan sebentar tadi adalah lawak yang menakjubkan .

Si Cik PemimpiWhere stories live. Discover now