Aku dan Noor Razlin menyusuri kaki lima kawasan cheongdam-dong dengan perasaan yang teruja yang tidak dapat ditahan-tahan . Walaupun matahari sudah mula melabuhkan tirai , namun manusia tidak kira jantina atau bangsa masih sibuk berjual beli di setiap kedai .
Disebabkan barang-barang di situ terlampau mahal dan hanya mampu dibeli oleh golongan yang kaya , jadi kami berdua hanya bersiar-siar menikmati waktu malam kami sambil mencuci mata dengan barang -barang yang cantik .
" Wei Syaz . " Panggilnya setelah lama kami mendiamkan diri , menikmati pandangan bandaraya itu yang penuh dengan pelbagai cahaya .
" Apa ? " Jawab aku manakala tangan dan mata aku difokuskan pada kamera digital yang memang dibawa setiap masa . Alin berdecit . Lalu tangannya menampar lengan aku laju-laju . Aku mengaduh kecil , seiring wajahnya dipandang sebal . " Kau kenapa ? "
" Kau tengok itu . Lawa gila . " Jarinya dihalakan ke arah sepasang baju yang dipamerkan di dalam sebuah kedai yang dihadang oleh bingkai cermin yang besar ; sebuah gaun labuh berwarna merah jambu yang tidak terlalu terang , kemudian dihiaskan dengan sulaman yang teliti di bahagian leher .
Gaun itu dipandang sekilas , lalu kembali menatap wajahnya dengan riak wajah yang kosong . " Wei mahal tak ? " Tanya Alin tiba-tiba . Aku mengangkat bahu , tidak tahu . Kemudian , aku kembali menatap kamera digital aku .
" Ala . Check kanlah dekat google . Cepatlah wei . Mana tahu murah . Boleh aku beli . " Beria-ria alin menyuruh aku . Lenganku digoyangkan ke depan belakang .
Lengan aku direntap daripada pegangannya . Rimas dengan kelakuannya yang acah manja itu . " Ish , iyalah . Aku check google . " Pantas , aku memeriksa harganya dalam Ringgit Malaysia melalui telefon pintarku .
" Berapa wei ? " Soalnya tidak sabar . Mukanya bercahaya , seakan berharap harga gaun itu seperti yang disangkanya .
" 50,000 won . Dalam erm area RM150 begitu . " Terang aku . Telefon pintar disimpan semula ke dalam tas tangan .
Riaknya bertukar kelat . " Bapaklah mahal . Cekik darah namanya itu . Dia ingat aku ini anak Donald Trump ke apa ? " Bebelnya . Tampak dia sungguh bengang dengan harga gaun idamannya yang sememangnya terlampau mahal dari kemampuan kami .
" Kalau kau anak Donald Trump , tak ada maknanya kau nak beli gaun macam ini . Aku rasa , gaun ini dikira murah untuk kau nanti . Entah-entah , kau pakai gaun yang lagi mahal 5 kali ganda daripada gaun ini " Usik aku sambil tertawa kecil .
" Eh kau . Perli ke apa ini ? Kau jangan . Nanti aku kunci pintu hotel malam ini , haa padan muka kau kena tidur luar . " Ugutnya sambil menghalakan jari telunjuknya tepat ke muka aku . Aku tidak takut , malah tertawa mendengar ugutannya . Lucu mungkin .
Tawaku perlahan-lahan mengendur . Ibu jari mengesat hujung mata yang basah dengan air mata dek ketawakan Alin . " Kau jangan . Nanti aku suruh Park Goon cekik kau nanti . " Bilang aku bersama kedua tangan dililitkan pada lehernya ; pura-pura seakan mencekik .
" Eleh setakat cekik aku dalam mimpi , bolehlah . " Tangannya dihayunkan ke hadapan .
" Eh kau ini . Mana kau tahu Park Goon aku tak wujud dalam bumi ini ? Manalah tahu tiba -tiba nanti kita jumpa dia dekat sini . " Ucap aku bersungguh-sungguh . Yakin bahawa lelaki idaman aku itu wujud .
" Eh hello cik siti wan kembang oi . Park Goon kau itu hanya wujud di dunia mimpi sahaja . Atau lebih spesifik , dia itu cuma lelaki ciptaan kau . Dia takkan wujudlah dalam dunia ini . " Bidas Alin lagi . Benar-benar nampak yang dia seperti ingin mematahkan harapan aku untuk berjumpa Park Goon .
" Hello . Untuk pengetahuan kau , disebabkan dialah aku tak bercouple - couple ini tahu tak ! Aku nak setia hujung nyawa dengan dia tahu . "
Matanya dijulingkan ke atas . " Haa setialah . Aku doa nanti dia keluar dari alam mimpi kau , then dia propose kau and korang kahwin . "
" Oh babe . Terharu I . " Sengaja aku membuat suara gedik sambil memeluk tubuhnya .
" Euww . Gelilah bangang . Pergi kau sana . " Tubuh aku dia tolak dengan kuat . Kurang ajar . Baru nak manja -manja . " Wei dah jomlah balik hotel . Kaki aku dah nak terputus 12 dah ini . " Ajaknya . Kakinya yang lenguh ditayangkan pada aku .
" Kalau boleh nak gempak lagi cerita kau . " Perli aku . Bibir aku diherot ke kiri kanan .
" Ala bukan selalu aku gebang . Dahlah . Cepatlah balik . Dah 2 jam kita kat sini tahu . Kau nak jalan kat sini berapa jam lagi ? Kalau nak beli barang , tak apalah juga . Ni haram jadah tak ada benda nak beli . "
" Window shoppinglah . Kau apa tahu ? "
" Usus anda window shopping . Dah jom balik . Aku dah tak tahan "
" Eh kejaplah . Belum puas lagi "
" Kau kalau boleh , 2 tahun akan datang pun masih tak puas . " Ujarnya sambil menarik lenganku untuk beredar dari situ . Tubuh badan aku yang sememangnya agak kecil dan ringan makin memudahkan kerja Alin untuk menarikku . Jadi , kerana terpaksa aku relakan jua kakiku melangkah meninggalkan kawasan itu . Selamat tinggal cheongdam-dong ku .
*********
" Wei . Tengok itu . Lawa wei " Cenderamata yang lebih dikenali sebagai penangkap mimpi itu mula menangkap perhatian aku . Kaki aku aturkan ke arah kedai yang menjual cenderamata tersebut . Sebuah penangkap mimpi yang berwarna hitam ungu aku sentuh . Cantik .
" Kau nak beli ke ? " Tanya Alin sambil meninjau -ninjau penangkap mimpi yang lain . Sesekali , dia mengambil beberapa penangkap mimpi yang menarik minatnya .
" Boleh saja . Aku nak hadiahkan dekat Park Goon . " Jawab aku tanpa melihat wajahnya . Melalui ekor mataku , dapat aku lihat wajah Noor Razlin yang tampak redha .
Dia mengeluh kecil . " Aku tak tahulah nak cakap apa dengan kau ini . Nak cakap gila , tak pula . Tapi kau punya cara itu , macam Park Goon tu tengah tunggu kau dekat Malaysia saja . "
" Eh biarlah . Mana tahu dia tiba - tiba memang tengah tunggu aku dekat Malaysia . "
" Syaz . Jangan jadi bangang boleh ? Cuba kau fikirlah . Mana ada orang yang direka dalam khayalan tiba -tiba wujud dalam dunia ini ? "
" Dah diamlah kau . Selagi aku tak jumpa dia dalam dunia sebenar , selagi itu aku akan anggap dia wujud . Full stop "
" Dasar manusia degil . Suka hati kaulah . Janji kau bahagia . Haa nak beli ke tak ini ? "
" Naklah . Dekat dalam ada lagi tak ? "
" Aku rasa macam ada saja . Lagipun , aku tengok dekat dalam itu macam ada banyak benda lain . "
" Serius meh ? Jom masuk "
" Buat apa ? "
" Masak . Dah nama kedai jual cenderamata , aku nak belilah . " Perli aku . Wajah Alin yang sedang tersengih malu aku jeling tajam .
" Kau nak bagi siapa saja ? "
" Erm . Family aku dengan geng Tun Habab akulah . Yang Leha semua , kau wakilkan untuk aku tahu . " Lengan kirinya aku peluk . Sengaja aku menayangkan senyuman aku yang manis ini kepadanya . Cubaan memujuk Alin .
" Iyalah . Memang aku nak beli pun untuk dorang "
" Heee . Sayang kau "
" Sekarang sajalah sayang aku ? " Duga Alin . Wajah aku yang sedang tersengih dia pandang .
" Taklah . Dari dulu sayang kau . " Jawab aku . Pelukan aku di lengannya makin aku eratkan .
" Eceh . Nak aku chia chia kan ke ini ? "
" Boleh juga . Tapi kalau kau tak tahu malulah . Ramai orang kat sini . " Bisik aku di telinganya .
" Aku rasa sejak aku kawan dengan kau , aku dah tak ada perasaan malu kot . " Perlinya untuk kesekian kali . Aduh . Aku rasa , hari ini saja sudah masuk 30 kali aku diperli oleh alin .
" Hamboi nak perli akulah itu . Tidak guna anda wahai manusia . " Pelukan aku pada lengannya , aku lepaskan . Wajahnya aku pandang geram . Kurang ajar nak kutuk aku depan - depan .
Noor Razlin langsung tidak terasa dengan kata-kata aku . Malah dia makin galak mentertawakan aku . Tak apa . Tak apa . Ada lori ada bas , ada hari aku balas .
YOU ARE READING
Si Cik Pemimpi
Teen FictionTiada siapa yang menyangka , bahawa watak imaginasi itu juga adalah hidup . Begitu juga dia . Tak pernah dibayangkan seumur hidupnya lelaki ciptaannya akan benar-benar muncul di hadapan matanya . " Selama ini , saya percayakan yang awak memang wuju...