Dior menghisap rokoknya di sudut taman yang sedikit sunyi, manik tajamnya nampak serius memperhatikan sepasang anak kecil yang bermain bola dengan riangnya ditemani oleh sang ayah, sedang sang ibu tampak asyik merekam moments membahagiakan itu dengan handycam di tangannya. Keluarga kecil itu tampak harmonis dan bahagia, membuatnya tanpa sadar ikut tersenyum, terlarut dalam kebahagiaan mereka.
Dior terus memperhatikan kebersamaan keluarga bahagia tersebut, seolah mereka merupakan pemandangan yang sangat menarik dimata Dior, dibanding segerombol gadis muda yang sejak tadi mencuri pandang ke arahnya.
Hingga tanpa terduga sebuah bola menggelinding ke arahnya dan berhenti tepat dibawah kaki Dior.
Seorang anak lelaki menatap polos padanya, membuat Dior secara refleks langsung tersenyum. Dior lalu membungkuk untuk meraih bola tersebut kemudian menyerahkannya ke tangan sang anak yang diterimanya dengan senang.
"Terimakasih Om," ucap anak berusia lima tahun itu dengan wajah ceria.
"Sama-sama dek," ucap Dior sambil mengusap rambutnya gemas.
Dari kejauhan sang ayah tersenyum ramah padanya yang dengan segera dibalas Dior.
Anak kecil itu kembali tersenyum manis padanya, sebelum berlari kecil menghampiri ayahnya, meninggalkan Dior yang menatap mereka dengan senyum getir.
+++
Teriknya sang surya diluar sana, tidak terasa sama sekali di salah satu pusat perbelanjaan mewah yang kini tengah dijelajahi dengan penuh semangat oleh gadis berambut coklat gelap itu.
Sepasang tangan mungilnya tampak penuh dengan kantong belanjaan aneka merk.
Berjalan dengan anggun dan lincah dengan high heels setinggi sepuluh senti itu tanpa kesulitan, seolah benda dikakinya tersebut hanyalah sebuah flat shoes sederhana tanpa penopang.
Wajah angkuh dan tatapan penuh percaya diri tergambar dengan sangat jelas diparas cantiknya tersebut.
Sebuah tepukan lumayan keras dibahunya, membuat Kethrin secara refleks berhenti dengan mimik geram, sebelum berbalik untuk mendamprat orang yang dengan begitu kurang ajarnya telah berani menyentuh anggota tubuhnya.
Tapi suaranya seolah hilang ditelan bumi, berganti dengan mimik bodoh, saat mendapati sebentuk mahluk rupawan ciptaan Tuhan, yang sering menganggu fikirannya belakangan ini.
Dior membalas tatapan shock gadis itu dengan malas.
"Ini... " ucap pemuda itu sambil menyerahkan sekantung papper bag berwarna merah gelap ke tangan Kethrin.
Gadis itu nampak bingung, hingga satu pemikiran membuatnya senang.
"Ini untukku!? terimakasih ya," ucapnya kelewat riang karena terlalu senang.
"Inikan memang milikmu," jawab Dior kelewat datar, yang masih memegang benda itu karna Kethrin belum juga mengambilnya.
"Kau benar sekali, sekarang barang ini telah menjadi milikku karna kau telah memberikannya padaku," balasnya dengan kerling menggoda, "apa isinya sebuah gaun?" Tanya gadis itu, yang justru terlihat makin bodoh dihadapan Dior.
"Mana aku tahu, kau sendirikan yang membelinya," balas Dior kesal.
"Maksudmu apa?" tanya Kethrin gagal paham, membuat Dior semakin kesal.
"Dengar Nona, aku tidak tahu apa yang menyebabkan daya kerja otakmu bisa melambat seperti ini. Niatku hanya ingin menyerahkan kantong belanjaanmu yang sempat terjatuh tanpa kau sadari," ucapnya dengan tatapan meremehkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!