Kethrin baru saja hendak terlelap saat seseorang mengetuk pintu kamarnya sedikit keras.
Sambil menahan kantuk, dengan perasaan malas Kethrin beranjak dari pembaringan, manik beningnya sejenak menatap ke arah jam dinding berbentuk lingkaran yang menunjukkan pukul 10 malam, saat gadis itu melangkah menuju pintu.
Siapa sih malam-malam begini, menganggu tidur orang saja."
"Tuan?!" Seru Kethrin heran bercampur kaget, rasa kantuknya langsung hilang begitu saja akibat kedatangan lelaki itu.
Dior menatap gadis itu datar, sebelum menyingkirkannya, dengan menggeser pelan tubuh Kethrin dari ambang pintu, agar lelaki itu bisa lewat.
Kethrin masih berdiri kaku disamping pintu kamarnya yang tidak tertutup rapat, terlebih saat Kethrin menyadari penampilan dirinya yang hanya mengenakan baju tidur tipis yang cukup pendek hingga menampakkan kaki jenjangnya, dia tidak tahu mengapa rasa malu kini menderanya, padahal dulu dirinya sudah seringkali berpenampilan sedikit terbuka dihadapan lelaki itu.
Gadis itu memberanikan diri menghampiri Dior yang menatap tajam padanya dari pinggir tempat tidur.
Oh pancaran mata itu seakan ingin mengulitinya.
"A.. Ada apa tuan?" tanya Kethrin yang mulai gugup, terlebih Dior tidak sedikitpun mengalihkan tatapan matanya dari Kethrin.
Dior mengalihkan tatapannya, terdengar tarikan napas yang cukup berat saat lelaki itu menyadari sesuatu.
Sial! Apa yang telah terjadi padaku, mengapa aku malah mendatangi kamar gadis ini.
"Kau punya aspirin?" tanya Dior asal, karna tidak tahu apalagi yang ingin dikatakannya.
"Apa anda sakit tuan?" tanya Kethrin cemas.
Dior menghela napas pelan, mendengar pertanyaan bernada khawatir dari Kethrin.
Padahal bukan itu yang ingin kuucapkan.
"Tentu saja aku sakit, kalau bukan karna obat sialan itu, untuk apa aku membuang waktuku dengan datang ke kamarmu," jawab Dior kesal.
"Tapi kenapa anda harus mendatangi kamarku tuan, anda bisa mencarinya di kotak obat milik anda," balas Kethrin bingung.
Wajah Dior memerah seketika, namun segera berubah tenang. Setenang suaranya, saat memberi sebuah alasan yang baru saja mampir di dikepalanya.
"Emmm ... Kepalaku sakit sekali Kethrin, dan kurasa sekarang makin tambah parah, sialnya aku kehabisan stock obat itu di kamarku, jadi apa kau memilikinya?" tanya Dior sambil merutuki dirinya sendiri dalam hati.
Semoga saja dia percaya.
"Sepertinya aku punya sisa merek obat itu dilemariku, minggu lalu aku sempat nitip sama Maria, semoga saja masih ada" jawab Kethrin tidak yakin.
"Kalau begitu aku lihat dulu ya, tunggu sebentar," ucapnya lagi.
Kethrin kemudian melangkah menuju lemari dua pintu di sebrang tempat tidur, dan membuka salah satu sisi pintu, disana terdapat empak rak. Tiga rak diantaranya terisi penuh dengan celana dan pakaiannya, sedang rak paling bawah didominasi oleh berbagai tas dan kotak sepatu.Kethrin terpaksa menjinjitkan kakinya, agar dapat menggapai rak tertinggi dari lemari kayu setinggi dua meter tersebut untuk mengambil kaplet obat yang terselip diantara tumpukan pakaian berlemek kertas tersebut. Tanpa sengaja, perbuatannya itu telah mengakibatkan ujung bajunya secara otomatis tertatrik keatas, sehingga semakin memperlihatkan keindahan dari sepasang kaki putih dan mulus Kethrin. Dior yang melihat itu segera memalingkan wajahnya dengan muka yang kembali memerah, jantungnya langsung berdegup kencang. Oh jangan ditanya apa yang Dior rasakan saat ini, gadis itu sudah beberapa kali membuatnya tidak fokus karna ulah tidak sengajanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!