Dior kembali mengemudikan mobilnya melewati jalan beraspal yang sepi, sebatang rokok menghiasi bibirnya yang nampak kaku, mengepulkan asap putih kecil yang membumbung dan lenyap terbawa angin.
Mobil terus melaju hingga melewati jalan satu arah yang semakin sunyi, menuju ke perbukitan dengan jalanan curam di depannya, dan kembali berhenti tepat di depan gerbang tua yang masih berdiri kokoh, meski nampak kusam.
Pelayan tua itu berjalan sedikit tergopoh, untuk menghampiri Dior yang baru saja memarkirkan kendaraaannya di tempat biasa.
"Bagaimana keadaan mama?" tanya Dior, pemuda itu melangkah pelan, mengimbangi langkah lelaki tua yang berjalan di sampingnya.
"Beberapa minggu ini, nyonya terlihat lebih tenang tuan, hanya sesekali nyonya mengamuk, tapi itu tidak separah waktu dulu, nyonya bahkan mulai melakukan interaksi dengan kami berdua," jawabnya bersahaja.
"Syukurlah, aku harap kondisi mama semakin membaik lagi kedepannya."
"Saya juga berharap begitu tuan, dokter itu telah melakukan tuganya dengan baik," jawab Damar sopan.
"Siapa nama dokter itu?" tanya Dior lagi.
"Namanya dokter Haikal tuan, dia menyelesaikan gelar dokternya sekitar dua tahun lalu."
Dior hanya mengangguk pelan menanggapi ucapan pelayannya.
"Sekarang mama berada dimana?" tanya Dior lagi, mereka berdua kini tengah memasuki area rumah, dari bangunan tua menyerupai kastil tersebut.
"Mama anda berada di halaman belakang bersama istri saya tuan Dior," jawabnya lagi sopan.
Dior mengernyit, lelaki itu lalu menoleh ke arah lelaki tua disampingnya.
"Apa tidak apa-apa membiarkan mamaku berada diluar rumah," ucapnya khawatir.
"Tidak apa-apa tuan muda, tuan dapat melihat sendiri perkembangan mama anda yang semakin membaik selama beberapa minggu ini, oh Iya dimana tas pakaian tuan, apa anda tidak akan menginap malam ini?" tanyanya heran, ketika tidak didapatinya Dior membawa tas pakaian yang biasa pemuda itu bawa, saat mengunjungi nyonya Arisha mamanya.
"Aku memang sengaja tidak membawanya, aku berniat membawa mama untuk tinggal bersamaku di mansion lama kami," ucapnya tenang.
Sang pelayan nampak terkejut mendengarnya, sampai langkah kakinya terhenti begitu saja.
"Maksud tuan tempat tinggal kalian dulu, sebelum terusir dari sana?" tanyanya penasaran.
"Ya, aku telah berhasil merebutnya kembali, walau harus menggunakan cara licik," ucapnya datar.
"Apa tidak terlalu berbahaya tuan, menempatkan orangtua anda kembali ke tempat itu, saya takut orang yang dulu mengincar nyawa mama anda akan kembali muncul dan menyakiti nyonya, kita bahkan belum mengetahui siapa pelaku dan apa motifnya melakukan semua ini," ucapnya khawatir.
"Justru meninggalkannya disini membuatku semakin khawatir, aku tahu Kalian berdua sangat setia, dan akan melakukan apapun untuk melindungi mamaku, tapi jelas kalian bukan tandingan dari para penjahat itu, lambat laun orang-orang itu pasti akan mengetahui tempat persembunyian ini, dan aku tidak mau mengambil resiko kehilangan kalian juga," jawab Dior sedih.
"Baiklah jika menurut tuan Dior itu lebih baik, kami akan selalu mendukung semua keputusan tuan muda, yang jelas kami berdua pasti akan sangat merindukan anda dan nyonya," ucap Damar sedih.
"Kalian bisa datang mengunjungi kami kapan saja pak Damar, telponlah aku jika Kalian ingin berkunjung, dan aku akan mengirimkan salah satu pegawaiku untuk menjemput kalian," jawab Dior sambil kembali melangkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!