part 24

3.7K 182 5
                                    

Dior terpaksa mengemudikan laju kendaraannya dengan sangat lambat, bahkan nyaris tak bergerak. Malam ini cuaca nampak tidak bersahabat, hujan badai menerpa sejak dua jam lalu, menjadikan jalanan yang biasanya senggang menjadi macet, terlebih baru saja terjadi kecelakaan di depan sana, yang semakin memperparah keadaan.

BRENGSEK!

Umpat Dior kesal dalam hati, dia sudah terjebak di jalan ini lebih dari tiga jam, rasa letih dan bosan semakin menggerogoti perasaannya, benar-benar situasi yang menyenangkan, fikirnya kesal. Dan sekarang waktu di tangannya sudah hampir mendekati angka dua belas, entah sampai kapan dirinya akan terus berada di tempat super menyebalkan ini.

Setengah jam kemudian alat berat datang, untuk memindahkan truk yang terguling di tengah jalan, lelaki itu akhirnya dapat bernapas lega, saat mobil didepannya mulai bergerak, menandakan kemacetan telah dapat terurai.

Oh finally, thanks God.

+++

Jarum jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul satu lebih sepuluh, ketika mobil Dior baru saja memasuki halaman mansion, tubuhnya sudah sangat letih dan lengket, ingin rasanya mengguyur habis tubuh ini dengan shower agar kembali segar, dan langsung merebahkan dirinya dalam kasur empuk miliknya yang nyaman, membayangkan semua itu, tanpa sadar membuat laju langkah Dior semakin cepat, menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.

Cahaya remang yang muncul di kejauhan, disusul derit pintu yang dibuka lebar menghentikan langkah kaki Dior yang akan menuju ke arah tangga, lelaki itu memicingkan matanya, saat melihat keadaan seseorang didepan sana, yang masih belum menyadari kehadiran pemuda itu.

Dior terus memperhatikan sosok didepannya yang melangkah pelan menuju dapur, sebelum ikut melangkah mengikuti gadis itu.

"Ada apa dengan tanganmu!" ucap suara di belakangnya, membuat gadis itu terkejut  dan secara repleks menjatuhkan gelas kaca bening di tangan kirinya.

Prang pyar...

Gelaspun terjatuh dan berserakan di lantai, serpihannya yang cukup besar langsung menancap di telapak kaki Kethrin yang bergerak panik, membuatnya menjerit nyeri dan hampir terjatuh membentur sudut meja, jika Dior tidak segera menahannya.

Dior segara mengangkat tubuh Kethrin dan langsung mendudukkannya di atas counter dapur, setelah membersihkan pecahan kaca, Dior kembali menatap Kethrin.

"Aku akan mengambil kotak P3K," ucap Dior tenang, dia nampak tidak terganggu oleh darah yang merembes dari luka di telapak kaki Kethrin yang cukup dalam, tidak lama pemuda itu kembali dengan membawa kotak putih berlambang tanda plus berwarna merah terang, yang sangat mencolok.

Lelaki itu mengambil salahsatu kursi, dan langsung duduk dengan memangku  kaki Kethrin yang terluka, tidak memperdulikan darah gadis itu yang menetes dan mengotori celana bahan yang Dior pakai.

Mencabut pecahan kaca berukuran lumayan besar yang menancap, hingga cairan pekat dan kental itu mengalir lebih banyak, lelaki itu segera menempelkan sebongkah esbatu di tengah luka, untuk menghentikan pendarahan, tangan lelaki itu bergerak  gesit, dan dalam beberapa menit kaki kethrin telah terbungkus rapi dengan perban putih.

Dior menatap puas hasil kerjanya, sebelum mendongak dan beradu pandang dengan Kethrin
yang kini sedang memperhatikan dirinya.

"Aku akan membuatkanmu teh hangat," ucap Dior, memutus kontak diantara mereka, lelaki itu berdiri dan membiarkan kedua kaki Kethrin menggantung di udara.

Mengambil cangkir baru di rak, dengan teh celup beraroma vanila, posisi lelaki itu membelakangi Kethrin yang menatapnya sendu, pemuda itu masih sibuk dengan kegiatannya, sampai Kethrin melihat asap putih yang mengepul dari cangkir yang di pegang Dior saat ia berbalik.

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang