part 22

3.6K 169 6
                                    

Hansen berjalan mondar mandir dengan gelisah, sesekali mata tuanya menatap ke arah jam dinding yang tergantung di ruang tamu apartment putrinya dengan perasaan cemas.

Sudah lewat pukul sebelas malam, mengapa Kethrin belum pulang juga, biasanya pukul sepuluh tepat anak itu sudah sampai.

Hansen mencoba kembali menghubungi nomer putrinya, namun tetap sama, dirinya kembali terhubung dengan kotak suara.

Sementara itu di lain tempat Kethrin juga tak kalah cemasnya, dia gelisah memikirkan sang daddy yang pasti saat ini tengah mencemaskan dirinya.

Sial! Kenapa tasnya harus tertinggal di mobil Dior.

Kethrin tidak bisa melakukan apa-apa, karna dirinya juga terkurung di ruangan sialan ini, yang dengan sengaja di kunci lelaki brengsek itu dari luar, tanpa sepengetahuan dirinya.

Dior...  Aku bersumpah akan mencincangmu, kalau sampai daddy-ku kenapa-napa.

Daddy-nya memiliki riwayat jantung,  dan ia sangat khawatir akan hal itu.  Kethrin pernah kehilangan momy-nya saat dia berusia lima tahun karna serangan penyakit yang sama, dan dia tidak ingin kejadian buruk itu terulang lagi.

Suara kunci yang dibuka dari luar membuat Kethrin bersikap waspada. Tidak lama terlihat seorang perempuan muda berseragam pelayan memasuki kamarnya, dengan  beberapa stel pakaian yang sama, dengan yang dikenakan wanita itu. Otak Kethrin berfikir cepat, saat wanita muda itu selesai meletakkan seragam tadi di atas tempat tidur, dan akan beranjak pergi, Kethrin segera mencekal sebelah tangannya di belakan punggung gadis itu dan meletakkan lengan satunya lagi, untuk melingkari leher pelayan itu, hingga dia tidak dapat berkutik.

"Dimana tuanmu?" tanya Kethrin dingin di belakang punggung gadis muda itu.

"Sa... Saya tidak tahu," jawab pelayan itu sedikit bergetar.

"Cepat katakan, atau aku akan merobek lehermu dengan benda ini," ancam Kethrin dingin, tusuk rambut miliknya telah menempel ketat di leher wanita itu, dengan ujung runcingnya yang sedikit menekan.

"Tuan muda a...  Ada dikamar," jawabnya pasrah.

"Antarkan aku kesana," perintah Kethrin sambil sedikit mendorong tubuh si pelayan agar segera melangkah.

Kethrin berjalan mengikuti pelayan itu dengan sikap waspada, manik matanya bergerak liar menatap seluruh area yang di selimuti kegelapan, hanya ada sedikit cahaya samar, dari kisi-kisi jendela besar yang berada diruangan luas tersebut.

Mereka terus melangkah hingga menaiki tangga berliku yang di lapisi karpet bermotif, hingga pelayan itu berhenti tepat di depan sebuah kamar bercat putih dengan dua pintu.

Kethrin memberikan kode kepada sang pelayan, untuk memanggil tuannya. Pelayan itu menggeleng takut dengan paras pucat, namun ujung tusuk rambut yang semakin menekan lehernya, memaksa gadis muda itu untuk patuh. Dengan tangan gemetar ia mengentuk pintu kamar tuannya sambil memanggil lelaki itu.

Tidak lama terdengar suara 'KLIK ' bersamaan dengan pintu yang terbuka.

"Ada ap..." suara Dior tergantung di udara, dengan cepat Kethrin mendorong tubuh si pelayan menjauh dan segera masuk ke kamar Dior dengan tusuk rambut yang masih berada di genggaman tangannya. Dior menatap Kethrin datar, lelaki itu menutup pintu kamarnya dengan santai, dan melangkah tenang menghampiri Kethrin yang terlihat waspada.

"Ja...  Jangan mendekat!" teriaknya sedikit panik, saat dilihatnya lelaki itu melangkah semakin dekat ke arahnya.

Dior tersenyum lembut, tapi bagi Kethrin senyuman itu terlihat lebih berbahaya dari tatapan tajamnya.

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang