ARGH...
PYAR...
Dior membanting botol minumannya ke lantai hingga hancur berantakan. Lelaki itu merunduk dengan tatapan nanar, wajah tampannya terlihat sangat kacau, pucat dan murung.
Amarah dan sesal kembali menyeruak menyalahkan diri. Terlebih saat menyadari dialah penyebab dirinya kehilangan gadis itu. Mengapa dia begitu bodoh mengajukan permintaan tak masuk akal seperti itu. Menunggunya bersama wanita lain? Cih, tentu saja Kethrin akan menolak keras.
Tidak, ia tidak mau kehilangan. Sudah cukup ia merasakan sakit dan penderitaan karna berpisah cukup lama dengan gadis itu. Dan ia jelas tidak akan pernah sanggup untuk melepaskan gadis itu di sisa kehidupannya kelak.
Dia harus menemui Ayahnya, ia harus bicara dengan lelaki itu. Kalau perlu Dior akan memohon dan merendahkan dirinya untuk membatalkan pernikahan itu. Ya, itu yang harus Dior lakukan saat ini, jika tidak mau kehilangan Kethrin.
Dengan tekad yang kuat Dior mengambil kunci mobilnya, dan bergegas pergi meninggalkan apartment.
Melajukan kendaraan dengan kecepatan tinggi jelas sangat berbahaya untuknya, apalagi dalam keadaan dirinya yang tengah mabuk. Tapi Dior tidak memperdulikan semua itu. Keinginannya saat ini hanya satu, menemui ayahnya sesegera mungkin untuk menyelesaikan semua masalah, agar ia dapat memiliki Kethrin kembali di sisinya. Ya, itulah yang harus di lakukannya saat ini.
Dior memakirkan kendaraannya secara sembarangan saat pintu gerbang itu terbuka, dengan langkah sempoyongan Dior memasuki rumah mewah bercat putih tersebut, tak mengacuhkan sedikitpun beberapa pelayan yang berusaha untuk membantunya.
"Ayah di mana kau, aku ingin bicara!" teriak Dior dari bawah tangga. Lelaki itu terus memanggil ayahnya, namun hanya keheningan yang ia dapatkan, sampai seorang pelayan memberanikan diri menghampiri Dior walau agak ragu.
"Tuan besar tidak ada di rumah tuan muda," jelasnya canggung.
Dior menoleh dan menatap pelayan lelaki itu tajam.
"Tu.. Tuan besar sekarang berada di rumah sakit dengan yang lainnya tuan muda," lapornya lagi takut-takut.
"Rumah sakit?" ulang Dior bingung.
"Nona Sera sedang berada di rumah sakit Tuan, saat ini keadaannya sedang kritis, saya tidak tahu mengapa Nona mencoba mengakhiri hidupnya, hanya saja dia sempat terlihat kacau dan murung saat pulang ke rumah beberapa jam lalu," lapornya lagi panjang lebar.
Dior tertegun mendengar semua itu, wajah pucatnya semakin terlihat pucat saja saat mendengar penjelasan lebih rinci dari pelayan berusia 35 tahun tersebut.
Ya Tuhan, apakah dia melihatnya, terkutuklah aku kalau apa yang kupikirkan ini benar.
"Di mana Sera di rawat?"
"Saya akan mengantarkan anda Tuan Dior, kondisi Tuan tidak terlihat baik untuk menyetir sendiri."
Dior hanya dapat mengangguk pasrah, lelaki itu langsung mengikuti sang pelayan dengan masih memgenakan kemeja yang sama.
+++
Wajah-wajah dengan tatapan murung dan gelisah, langsung menyoroti Dior saat lelaki itu baru sampai di depan ruang tunggu ICU tersebut.
Dior menghampiri mereka dengan tenang, pengaruh Alkohol dalam tubuhnya kini telah jauh berkurang, hanya kepalanya saja yang kini terasa berat dan pusing, sisa-sisa dari mabuknya semalam.
Sang ayah langsung bangkit, bermaksud untuk menarik Dior ke tempat yang lebih privasi. Pada saat menoleh, tanpa sengaja pandangan Dior mendapati Hera yang tengah tertunduk sedih dengan bersimbah airmata. Dior sedikit heran menyaksikan wanita paruh baya itu terlihat begitu sedih dan terpukul atas kejadian yang tengah menimpa tunangannya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!