part 29

3.8K 218 13
                                    

Lelaki itu menatap layar monitor di hadapannya dengan mimik geram.

"Brengsek, untuk apa dia menemui Dior!" umpatnya kasar.

"Apa kita akan melenyapkannya sekarang?" ucap yang satunya datar.

"Jangan dulu, lagipula dia belum terlalu membahayakan kita, lelaki tua itu tidak akan berani macam-macam, karna nyawa putrinya ada ditangan ku," ucapnya lagi dengan menyeringai senang.

+++

Kethrin baru saja keluar dari kamarnya ketika mendengar suara langkah kaki memasuki ruangan.

Dikejauhan tampak Dior bersama seorang lelaki seusianya berjalan bersama memasuki ruang tamu.

"Kau mau pergi kemana?" tanya Dior dengan tatapan datar, sedang seseorang disebelahnya tersenyum ramah pada Kethrin.

"Kerumah teman," jawab Kethrin sedikit kaku.

"Dia siapa, adikmukah?" tanya lelaki disebelah Dior ramah.

"Dia salahsatu pelayan disini," jawab Dior acuh.

"Kethrin, kenalkan ini adalah dr.Haikal, dia akan tinggal disini untuk merawat mamaku, apa kau sudah merapikan kamar yang aku minta kemarin sore?" tanya Dior lagi.

"Sudah tuan," jawab Kethrin pelan.

"Bagus, kau boleh pergi sekarang," jawab Dior tenang, ia kembali melangkah bersama dr. Haikal yang sempat melemparkan senyum ramahnya kembali ke arah Kethrin.

"Terimakasih dokter bersedia kembali merawat mama saya, sampai anda harus meninggalkan rumah sakit tempat anda bekerja," ucap Dior, saat mereka melangkah menuju tangga.

"Tidak apa-apa, lagipula saya sudah melimpahkan tugas di rumah sakit pada wakil saya," jawab Haikal sopan.

"Jadi rumah sakit itu milik anda," tanya Dior kagum.

"Tidak bisa dibilang begitu juga, karna papah saya ikut andil dalam menyokong pembangunan rumah sakit tersebut," jawab Haikal lagi.

"Ini adalah ruang tidur mama saya dokter, kamar anda tepat berada disebelahnya, maaf saya tidak bisa berlama-lama disini karna harus kembali ke kantor, jika anda butuh sesuatu anda bisa memberitahukannya lewat intercom di sebelah sana," tunjuk Dior pada alat kecil di sebelah tempat tidur berukuran king size yang merapat ke dinding.

"Baik, terimakasih banyak," jawab dokter Haikal ramah.

++

Kethrin sedang menyeduh kopi ketika dokter Haikal menghampirinya, lelaki itu terlihat santai dengan kaos berkerah serta celana bahan selutut.

"Selamat pagi Kethrin," sapa Haikal ramah.

Kethrin menoleh dan tersenyum manis pada Haikal, "pagi juga dok," jawab Kethrin tak kalah ramah.

"Kau sedang membuat kopi yah, bisa tolong buatkan juga untukku dengan sedikit gula," pintanya sopan, dengan masih menampakkan wajah ramahnya.

"Tantu saja dok," jawab Kethrin sopan.

"Hmm... Kopi buatanmu nikmat sekali," ucap dokter Haikal, setelah menyesap pelan kopi didalam wadah cangkir berwarna biru, saat ini mereka tengah duduk berhadapan dimeja bulat dengan dua kursi, yang masih berada di area dapur.

"Anda terlalu memuji dok, kopi buatan saya biasa saja." ucap Kethrin merendah.

"Ah tidak, saya sungguh-sungguh Keth, kopi buatanmu ini memang sangat nikmat," jawabnya serius.

"Terimakasih," balas Kethrin pelan, dengan kepala setengah menunduk.

Haikal menatap Kethrin yang tertunduk.

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang