part 41

2.5K 119 5
                                    

Kethrin berlari secepat yang ia bisa, sesekali ia menoleh memastikan tidak ada siapapun yang menyadari kepergiannya, walau ia tahu saat itu akan tiba disaat mereka mendapati salah satu teman mereka terluka tanpa  keberadaannya.

Dan benar saja, tak lama Kethrin mendengar umpatan -umpatan penuh amarah dan suara derap kaki yang menuju ke arahnya.

Kethrin sudah tak memperdulikan lagi rasa sakit di telapak kaki telanjangnya saat melewati tanah berbatu cadas di area kosong yang di penuhi tanaman liar dan rumput ilalang setinggi 1 meter tersebut.

Kethrin dapat merasakan napasnya mulai tersengal, saat di paksa berlari dengan keringat yang terus mengucur deras hingga membasahi kaos putih miliknya.

Aduh...

Gadis itu terpelanting saat tanpa sengaja menyandung sebilah bambu tua yang melintang di jalan bertanah kering yang di laluinya.

Gadis itu terhempas ke samping menimpa rimbunan ilalang yang menjulang tinggi, hingga tanpa sengaja Kethrin kembali menginjak seonggok benda asing lain  berwarna hijau yang sudah tidak utuh bentuknya, dan rasa sakit di telapak kakinya semakin menjadi saat potongan kaca dari botol bekas tersebut menancap cukup dalam di sana.  Mengalirkan cairan pekat yang cukup deras. Memberi warna baru pada tanah kering yang di pijaknya.

Argh...

Gadis itu menjerit tertahan dalam posisi terduduk dengan sebelah tangan membekap mulut, saat berusaha menarik potongan kaca yang menancap di sana.

Air mata Kethrin berlinang merasakan denyutan nyeri yang semakin bertambah. Berusaha keras agar tangisannya tidak menimbulkan suara, yang bisa membuat para penjahat yang tengah mencarinya saat ini tidak dapat mengetahui letak persembunyiannya.

Kethrin ingat saat kejadian itu. Di mana ia menendang sekuat tenaga milik lelaki berperut tambun yang hendak melecehkannya. Kethrin sempat berpikir positif saat lelaki itu melepaskan ikatan tubuhnya dengan jari telunjuk berada di bibir, memberinya kode untuk diam. Tapi ternyata pria sialan itu malah menyeretnya ke pojok ruangan dan memaksanya berlutut untuk memuaskan miliknya yang menjijikkan.
Pastinya Kethrin menolak keinginan kotornya itu, yang mengakibatkan tubuh besarnya terjengkang dengan kepala membentur sudut meja hingga tak sadarkan diri. Tentu saja Kethrin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, ia segera meraih kunci yang sempat terlempar dari tangan si penculik saat ia terjatuh. Kethrin segera meraihnya dan langsung kabur dengan tatap waspada dan penuh kehati-hatian. Samar-samar Kethrin mendengar suara-suara di lantai atas, sepertinya para penculik itu sedang bermain kartu. Beruntung dirinya di sekap di lantai bawah,  hingga semakin mempermudah jalannya untuk melarikan diri. Dan keberuntungan kembali menghampiri Kethrin saat mendapati satu-satunya penjaga di ruangan tersebut tengah mabuk berat, hingga nyaris seperti orang mati.

Kethrin yang masih berada di rimbunan ilalang berusaha untuk kembali berusaha dengan menyeret tubuhnya sendiri. Kethrin  bergerak menjauh, terlebih saat mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.

Ya Tuhan tolong aku, jeritnya dalam hati.

+++

AKU SUDAH MENIKAHI SERA, SEKARANG BEBASKAN KETHRIN!

Begitu tulisan yang tertera dalam pesan notifikasi miliknya. Wanita itu hanya tersenyum sinis saat membacanya dan kembali memasukkan benda itu ke dalam tas tangannya dengan santai.

'Aku memang berjanji untuk membebaskannya, tapi bukan untuk tinggal di dunia ini'.
Ucapnya bermonolog dalam hati sambil tersenyum senang.

Wanita itu segera bangkit dari duduknya dan langsung melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut, menyisakan keramaian di belakangnya dari beberapa orang yang masih terlihat asyik mengobrol atau sibuk dengan ponsel mereka masing-masing.

+++

"Bagaimana sudah ada balasan?" Tanya Sera yang kini duduk di samping Dior yang masih menatap cemas layar ponsel di tangannya.

"Belum," jawab Dior singkat, lelaki itu langsung berdiri  dan melangkah mondar mandir tak tentu arah.

"Mengapa lama sekali, penculik itu jelas sudah membaca pesanku," ucap Dior geram saat balasan itu tak kunjung datang.

"Tenanglah Dior," ucap Alvin angkat bicara.

"Bagaimana aku bisa tenang Kak, Kethrin masih berada di tangan mereka, dan aku tidak tahu bagaimana nasib gadis itu sekarang," ucap Dior meninggi.

"Kegusaranmu tidak akan menyelesaikan masalahmu saat ini," balas Alvin datar.

"Kau bisa mengatakan begitu, karena bukan wanita yang kau cintai yang saat ini di sandera oleh mereka," jawab Dior kesal. Selesai mengatakan itu Dior langsung melangkah pergi meninggalkan kedua orang tadi dengan raut kegusaran yang tak juga hilang.

Sial! Mengapa belum juga ada balasan.

Lelaki itu sudah tidak tahan lagi, ia melampiaskan kemarahannya dengan meninju pilar rumah sakit beberapa kali hingga buku jarinya membiru.

"Dior apa yang kau lakukan!" Teriak Hansen dan Irwan yang segera menahan Dior.

Dior terus memberontak, hingga akhirnya dia menyerah. Tenaganya sudah terkuras habis. Napasnya tersengal akibat dari  pemberontakannya tadi, tidak berbeda jauh dengan Hansen dan Irwan. Hey mereka bukan lagi remaja, dan itu jelas mempengaruhi stamina mereka dalam menenangkan Dior yang tengah emosi.

"Temanku beserta anggota terlatihnya telah berada di sana, mereka sudah mengepung bangunan itu.  Percayalah, semuanya akan baik-baik saja," ucap Hansen sambil menepuk bahu Dior dengan sisa napas yang masih tersenggal.

Dior hanya dapat menghela napas pelan, entah kenapa khabar baik itu tidak juga menghilangkan rasa cemas yang saat ini di rasakannya.

TBC

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang