part 42

2.5K 114 1
                                    

Persetan dengan semuanya,  Dior yang akan pergi  membebaskan gadis itu sendiri, tak perduli dengan Hansen yang mengatakan semuanya akan baik-baik saja dan aman terkendali. Yang jelas hatinya tidak akan pernah tenang, kalau belum melihat sendiri keadaan Kethrin.

Dior menunggu dengan sabar di balik pohon dekat kamar tempat Sera di rawat, hingga ia mendapati lelaki itu melangkah ke arahnya. Dior sempat menguping pembicaraan Hansen di taman rumah sakit, lelaki itu meminta ijin  untuk men-charge ponselnya di kamar inap Sera. saat wanita itu tengah bersama Erwin dan Alvin.  Dior memang sengaja mengikuti Hansen sejak tadi, menunggu saat yang tepat untuk mendapatkan info tentang keberadaan Kethrin. Kesempatan itu akhirnya datang juga, dan jelas ia tidak akan menyiakannya. Bergegas Dior masuk saat lelaki itu sudah berada di dalam. Ruangan itu tampak kosong membuat dahi Dior mengernyit bingung, tapi suara gemericik air di kamar mandi menyadarkan Dior,  kalau lelaki itu berada di sana.

Dior mengedarkan pandangannya ke penjuru ruangan. Pandangan Dior langsung tertuju pada ponsel milik Hansen yang  dalam keadaan ter-charge.

Dior meraih ponsel itu dan langsung membukanya, beruntung benda persegi itu tak terkunci, hingga Dior dapat leluasa membuka isi ponsel milik Hansen. Jari lelaki itu bergerak lincah,  membuka setiap pesan yang masuk.  Hingga akhirnya Dior  menemukan isi pesan yang di inginkannya.  Dior segera mentransfer ke hand phone miliknya dan buru-buru mengembalikan isi ponsel itu ke posisi semula,  setelah menghapus lebih dulu jejak yang tadi dia tinggalkan. Bertepatan dengan itu pintu kamar mandi pun terbuka,  menampilkan Hansen yang menatap heran Dior, sebelum melirik curiga ke arah ponsel miliknya.

"Oh Mr. Smith, ternyata kau yang ada di dalam sana. Aku pikir tadi Sera, jadi aku sengaja menunggu," ucap Dior dengan ekspresi yang terlihat santai.

"Sera ada di taman bersama Kakakmu dan Erwin," jawab Hansen sambil menghampiri Dior, lelaki itu langsung mengecek ponselnya dan kembali bersikap biasa  setelah tidak menemui kejanggalan di sana.

"Kalau begitu aku akan menemui mereka sekarang," ucap Dior yang langsung pergi meninggalkan Hansen begitu saja.

Dior langsung memacu langkahnya menuju parkiran mobil, di saku jaketnya telah terselip 2 pucuk pistol dan juga sebilah belati.

Tanpa membuang waktu,  Dior langsung melajukan mobilnya menuju pinggiran kota, seperti yang tertera pada alamat yang terdapat di ponselnya.

Dior mengemudikan range Rover miliknya dengan kecepatan penuh saat melintasi jalan tol, meliuk dengan cepat melewati setiap kendaraan yang menghalangi jalannya, dengan sesekali membunyikan klakson.

Dior tidak memperdulikan segala caci maki dan umpatan yang di tujukan padanya, juga bisingnya suara klakson dari para  pengendara lain yang terganggu dengan cara menyetirnya yang brutal.

+++

Kethrin merobek kaosnya di bagian lengan, gadis itu langsung mengikatkan sobekan kain tersebut pada telapak kaki kanannya yang terluka.

Gadis itu kembali bergerak menjauhi tempat tersebut hingga sampai di sisi jalan raya yang sepi. Dengan tertatih Kethrin kembali melangkah, berusaha bergerak secepat mungkin untuk mencari tempat persembunyian, sesekali kepalanya menoleh ke belakang. Memastikan tidak ada siapapun yang mengikuti dirinya.

BRUK...

Tubuhnya membentur sesuatu yang keras hingga terpelanting ke belakang, dan jatuh dengan bokong terkebih dulu menyentuh tanah. Dada gadis itu berdegup kencang, saat mendapati sepasang sepatu  yang berdiri di hadapannya.

"Tolong lepaskan aku, aku tidak akan memberi tahu siapapun, kumohon," ucap Kethrin setengah bersimpuh. Ketakutan dan rasa panik jelas tergambar di suara Kethrin yang sedikit bergetar.

"Kethrin!?" Suara tetkejut yang terdengar tak asing di telinganya membuat Kethrin terdongak.

"Dokter!" Ucap Kethrin tak percaya. "Syukurlah kau ada di sini, tolong bantu aku keluar dari tempat ini dok," ucap Kethrin memohon, sambil menggenggam telapak tangan Haikal erat.

"Tenanglah Keth, memangnya apa yang sedang terjadi." Tanya Haikal lembut.

"Nanti akan aku jelaskan dok, sekarang sebaiknya kita pergi dari sini," ucap Kethrin sambil menarik tangan Haikal pergi.

"Mobil dokter di parkir di mana?" Tanya Kethrin yang berjalan mendahului lelaki itu.

"Di sana," tunjuk Haikal pada sebuah sedan hitam yang terparkir di pinggir jalan, tidak jauh dari tempat mereka berada.

Kethrin segera membuka pintu mobil. Gadis itu kembali di buat terkejut dengan sosok yang duduk di samping bangku kemudi.

Kethrin hendak berbalik, ketika sebuah saputangan kembali menyekap mulutnya, menghilangkan kesadaran gadis itu.

+++

Sial! Kenapa dia harus mengalami kejadian seperti ini di saat dirinya tengah sangat terburu-buru.

Dior menendang ban mobilnya dengan kesal, lelaki itu memandang ke sekitar jalan raya yang nampak lenggang. tidak ada satupun orang maupun kendaraan yang melintasi daerah tersebut.

Mengapa dia sampai lupa mengisi bahan bakar, dan sialnya lagi baterai ponselnya habis. Sedang perjalanan menuju tempat penyekapan Kethrin masih berjarak 10 km lagi.

"SIAL SIAL SIAL!" Umpat Dior kesal. Dia terpaksa berjalan kaki melintasi jalanan yang sudah sangat terik karena matahari yang tepat berada di atas kepala.

Baru 3 kilo Dior berjalan, keringatnya sudah bercucuran. Lelaki itu kembali meneguk air mineral yang berada di genggamannya melepaskan dahaga yang ada.

Jalanan di depan sana nampak seperti bayangan bergerak, akibat panas yang  terlalu menyengat, membuat mata Dior sedikit berkunang.

Dior melepaskan jacket kulitnya lalu menyampirkan ke atas kepalanya, berusaha mengurangi rasa panas di otaknya yang hampir terbakar.

"Aku sudah tidak kuat lagi," putus Dior yang memutuskan untuk beristirahat di bawah pohon besar yang berdiri tegak di tepi jalan.

Dior menyandarkan tubuhnya di batang pohon, menyelonjorkan kaki di atas tanah kering yang di tumbuhi sedikit rumput.

Dior bermaksud untuk meneguk lagi sisa minumannya. Lelaki itu mengumpat keras, saat mendapati botol minumnya sudah kosong tak tersisa. Dengan kesal Dior melempar benda itu kesamping.

Botol itu terlempar dan jatuh tepat di dekat batu besar. Lelaki itu tertegun saat menatap sesuatu di sana, dia bangkit dan melangkah ke tempat botolnya tadi terlempar. Namun tujuannya bukan untuk mengambil tempat minumnya tadi, melainkan sebuah benda berkilau yang sangat di kenalnya.

Dior meraih kalung berliontin itu. Ya ini memang milik Kethrin, Dior hapal betul benda itu karena dia yang membelikannya sebagai kado ulang tahun.

Dior mengedarkan pandangannya, dan dia baru menyadari sebuah bangunan tua di kejauhan yang nampak rusak dan terbengkalai.

Dobel sial, sepertinya teman Hansen salah mendapatkan informasi tentang tempat penyekapan Kethrin.

TBC

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang