Dior sedang melangkah seorang diri menyusuri lorong apartment yang nampak sepi.
Pemuda itu terdiam sejenak saat di rasakannya ada sekelebat bayangan yang melintas.
Dior tersenyum samar dan kembali melangkah dengan tenang, berpura-pura tidak menyadari kehadiran sosok lain yang mengintainya sejak tadi.
Pada saat membuka kode akses pintunya, sebuah benda kecil berwarna perak menempel di pelipisnya. Pemuda itu masih terlihat tenang, mendorong pintu apartment-nya dengan santai walau sepucuk pistol masih menekan kuat di sana.
Pada saat menutup pintu apartment itulah tangan Dior bergerak cepat, memutar sedikit tubuhnya hingga senjata kecil itu bertukar posisi, dan kini benda tersebut telah mendarat di kening orang yang tadi menodongnya dengan senjata.
Napas orang itu menderu cepat antara perasaan takut dan terkejut, membuaat pemuda itu menyeringai kejam."Ingin membunuhku nona? Tapi sayang, kau payah dalam menggunakan senjata," bisiknya pelan di telinga gadis itu.
Terdengar suara clik dari senjata yang di pegang Dior, sebelum dia menempelkan kembali di kening Kethrin yang nampak memejam pasrah.
"Pengaman senjata ini bahkan belum kau lepas, bagaimana dirimu bisa berpikir untuk dapat membunuhku semudah itu sayang," ucap Dior tenang ditelinga Kethrin. Pemuda itu lalu menggeser senjatanya pelan hingga berada di rahang Kethrin, mengangkat dagu itu dengan senjata yang masih di genggamnya dengan seringai menakutkan.
"Kau bahkan tidak tahu bagaimana menggunakan benda ini," tatapnya sinis pada Kethrin, yang terdongak dengan kilat kemarahan di manik hijaunya.
Bunuh aku sekarang! Karna jika kau tidak menghabisiku malam ini, maka akulah yang akan mencabut nyawamu nantinya, itu adalah janjiku Dior," ucap Kethrin penuh kemarahan.
Dior tertawa lantang mendengar perkataan Kethrin, pemuda itu menarik pistolnya kembali, membuat Kethrin menatap bingung, lelaki yang kini balik Menatapnya tajam.
"Kalau begitu lakukan sekarang!" tantang Dior, sambil menyerahkan senjata itu ke telapak tangan Kethrin.
Kethrin segera mengacungkan pistol itu ke arah Dior, tangan gadis itu terlihat gemetar, dan lelaki itu hanya menatap datar dengan ketenangan yang justru terlihat menakutkan.
Pemuda itu menyeringai, saat getaran tangan gadis itu semakin menjadi, peluh bahkan sudah mulai menghiasi wajah dan tubuh Kethrin.
"Aku tidak bisa!" teriak gadis itu prustasi, sambil melemparkan senjatanya ke lantai.
Dior tersenyum sinis, dan melangkah mendekati Kethrin yang terlihat kacau dan bingung.
Mengusap kepala gadis itu pelan, sebelum mendongak-kan dagu lancip itu ke arahnya, hingga tatapan keduanya kembali bertemu.
"Kenapa kau ingin membunuhku?" tanya Dior dingin.
"Mengapa kau ingin membunuh daddy-ku?" ucap Kethrin balik bertanya.
"Tapi daddy kesayanganmu itu tidak mati bukan," jawab Dior dengan nada mencemooh.
"Bagaimana kau bisa tahu, apa kau memang sengaja melakukannya?" tanya Kethrin tak percaya.
Ya Tuhan, ternyata yang dikatakan dokter itu benar.
"Apa kau ingin tahu alasannya honey... "
"Apa?" tanya Kethrin tidak sabar.
"Aku memang tidak berniat untuk membunuhnya, lebih tepatnya bersenang-senang," ucap Dior, menekan kata-katanya di kalimat akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!