"Hai Keth apa khabar, aku nggak nyangka bisa ketemu sama kamu di sini," sapa Robert senang sambil merangkul bahu Kethrin mesra. Penampilan lelaki itu terlihat jauh berbeda, kepala plontosnya kini telah tertutupi oleh rambut. Tidak ada lagi anting tindik yang menghiasi telinga dan alis Robert, membuatnya lebih terlihat manusiawi sekaligus macho dengan rambut cepak ala tentaranya itu.
Robert mengenakan sweater lengan panjang berwarna biru gelap, busana berlengan panjang dengan kerah v necks itu nyatanya mampu menutupi sebagian besar tatoo milik Roberts, yang terlihat hanya sebentuk motif kecil di tengkuk berbentuk sepasang sayap.
Dior tertegun menatap mereka berdua, sampai sentuhan di bahu Dior membuat lelaki itu menoleh.
"Ada apa sayang, apa ada seseorang yang kau kenal di sini?" tanya Sera heran.
"Tidak ada, ayo!" ajak Dior sambil menarik pergelangan tangan Sera untuk menjauh.
"Kita makan di tempat lain saja," ujar Dior sambil menarik kembali lengan Sera menuju pintu keluar.
"Tapi..."
Ucapan Sera terhenti saat mendapati tatapan tajam Dior, dengan terpaksa gadis itu mengikuti langkah kaki Dior tanpa berani membantah lagi.
Dior hanya duduk sambil menatap datar hidangan di depannya dalam diam, fikirannya masih tertuju pada Kethrin bersama teman lelakinya itu, atau mungkin hubungan mereka lebih dari itu, melihat sikap lelaki tadi yang begitu mesra pada Kethrin. Sayangnya Dior tidak dapat melihat wajah dari pria misterius tersebut, di karenakan posisi duduknya yang membelakangi Dior.
Tapi.. Suaranya seperti pernah aku kenal, ah itu tidak mungkin. Aku bahkan sangat yakin baru pertamakali melihat lelaki itu, lelaki berpotongan cepak khas army.
Mengingat sentuhan lelaki itu pada mantan kekasihnya, kembali menimbulkan keresahan di hati Dior. Seandainya Kethrin tahu betapa tersiksanya Dior menahan semua perasaan ini, rindu, amarah dan juga rasa benci selalui menggerogoti hati dan fikiran Dior.
Rindu mendengar dan menatap wajah cantiknya, marah saat menyadari gadis itu bukan lagi miliknya, dan benci terhadap dirinya sendiri yang tidak berdaya menghadapi semua ini.
"Dior, makananmu sudah hampir dingin," ucap Sera lembut, memberanikan diri menyentuh lengan Dior yang sejak tadi diam sambil menatap kosong makanan di depannya.
Dior menghela napas pelan, menatap sejenak ke arah Sera yang memandangnya lembut, sekilas ia dapat melihat tempat bekas makan gadis itu yang telah berkurang separuh isinya. Lelaki itu langsung bangkit dari duduknya, jemari Dior bergerak untuk meraih hand phone beserta dompet di atas meja, membuat Sera mengerti apa maksud dari tindakan lelaki itu.
"Kita pulang... !" ucapnya tegas.
+++
Langkah Alvin yang sedang menyusuri anak tangga terhenti ketika mendengar suara pintu di buka, di sana muncul Dior yang berjalan sedikit tergesa dengan Sera yang menguntit di belakang lelaki itu.
Dior melempar kuncinya ke arah bufet, dan terus melangkah hingga melewati Alvin yang masih berdiri di pertengahan anak tangga tanpa menyapa lelaki itu.
Alvin yang sempat terdiam kembali melangkah menuruni tangga. Lelaki itu segera menghampiri Sera yang masih berdiri kaku di tengah ruangan dengan kepala tertunduk.
"Kau kenapa?" tanya Alvin lembut sambil mengangkat dagu Sera, lelaki itu sedikit terkejut saat mendapati manik Sera yang sedikit berkabut.
Sera menggeleng pelan sambil tersenyum tipis.
"Aku tidak tahu, sejak dari restoran sikapnya berubah aneh, dia mendiamkanku begitu saja tanpa aku tahu kesalahanku. Kak Alvin, aku sangat takut Dior marah padaku hingga berakibat pada kegagalan pernikahan kami, aku tidak ingin kalau itu sampai terjadi," ucap Sera yang kini mulai terisak.
"Kau berfikir terlalu jauh Sera," ucap Alvin sambil mengusap lembut kepala gadis itu, "semua itu tidak akan terjadi, percayalah," ucap Alvin lagi, perlahan Alvin menarik kepala Sera ke dalam rengkuhannya, terus mengucapkan kalimat-kalimat lembut untung menenangkan gadis itu.
Dior menatap semua itu dari atas dengan senyum miris.
Kau mencurahkan perhatianmu begitu besar kak, tapi apa yang kau dapat, gadis itu menganggapmu ada hanya pada saat dia bersedih, dan kembali melupakanmu setelah dia bahagia.
Dior kembali masuk kedalam kamarnya, hatinya semakin di liputi oleh rasa bersalah mendapati perasaan cinta sepihak abangya yang begitu besar pada Sera. Mengapa dirinya harus terjebak dalam situasi seperti ini, mencintai gadis lain dan terpaksa harus menikahi wanita yang begitu di puja oleh Alvin.
Ya Tuhan, tanpa sadar keputusanku ini telah melukai dua orang yang paling ku sayangi.
+++
"Robert, kau terlihat berbeda sekali," ucap Kethrin takjub.
Robert tertawa lebar sebelum menjawab.
"Ya, seseorang telah membuat aku sadar dan merubahku menjadi pribadi yang lebih baik," jawab Robert sambil tersenyum bahagia.
"Hmmmm apa dia seorang gadis? Sepertinya aku mencium aroma seseorang yang sedang jatuh cinta," goda Kethrin senang.
"Dia begitu spesial, dia membuatku sadar tentang arti hidupku di dunia ini. Betapa menyesalnya aku telah melakukan hal yang tidak berguna selama ini, daddy pasti kecewa dengan kelakuan burukku dulu," ucap Robert pelan, kabut penyesalan nampak di manik tajam lelaki itu.
Kethrin mengusap punggung tangan Robert pelan, bermaksud untuk menenangkan lelaki itu.
"Lupakan masa lalu Robert, yang penting sekarang kau menyadari kalau yang kau jalani dulu itu salah, sekarang waktumu untuk bangkit dan memperbaiki semuanya, membuktikan pada semua orang kalau kau mampu dan patut untuk di banggakan," ucap Kethrin menyemangati lelaki itu.
"Ya, sekarang aku mulai belajar tentang dunia bisnis, aku memutuskan untuk bekerja mengurus perusahaan, demi daddy, Hana, dan demi hidupku sendiri." jawab Robert penuh semangat.
"Ooooooo... Jadi namanya Hana ya... "
+++
Hera mengetuk pelan pintu kamar Sera, wanita setengah baya yang pernah menjadi kepala pelayan di tempat Dior dulu masuk sambil membawa rangkaian bunga segar, untuk menggantikan puspa yang mulai layu di dalam vase kembang di kamar Sera.
"Sera sayang kau kenapa?" tanyanya lembut sambil mengusap pelan kepala Sera yang tengkurap di atas kasur sambil termenung dengan bertopang dagu.
"Bibi Hera, sebenarnya Dior mencintaiku atau tidak?" Tanya Sera dengan tatapan kosong, membuat pupil mata Hera melebar karna rasa terkejut.
"Apa yang kau tanyakan sayang, tentu saja Tuan muda Dior mencintaimu."
"Bibi Hera yakin?"
"Sangat yakin, memangnya kenapa Nona bertanya seperti itu?" Tanya Hera ingin tahu.
"Aku juga tidak tahu Bi, Aku merasa sikap Dior berubah selama beberapa bulan ini, dia tidak sehangat dulu. Dan aku merasa Dior bersikap semakin aneh sepulangnya kami dari restoran, seperti... ada seseorang yang dia jumpai di sana, dan itu jelas menganggu fikirannya hingga terus mendiamkanku," adu Sera sedih.
"Itu hanya perasaan Nona Sera saja, sekarang Nona harus bersiap-siap karna yang lainnya sudah menunggu di bawah," ucap Hera sambil menepuk bahu gadis itu pelan.
"Dior ada di bawah jugakan?" Tanya Sera yang kembali bersemangat.
"Tentu saja, dia sedang menunggumu," bisik Hera dengan senyum menggoda.
Wajah Sera bersemu malu saat Hera menggodanya, gadis itu segera beranjak dari tempat tidur dan bergegas ke ruang ganti untuk berganti pakaian.
Sepeninggal Sera wajah lembut Hera berubah dingin.
Gadis sialan itu mencoba merusak kembali hubungan Nonaku dengan Tuan muda Dior rupanya. Awas saja kalau dia berani macam-macam, kali ini aku benar-benar akan menghabisinya dengan tanganku sendiri.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!