Paras Kethrin memucat pasi mendengar ancaman Dior, rasa sakit yang sejak tadi menerpa kepalanya, kini semakin terasa menyengat, membuat tubuh yang sudah terlihat lemah itu tidak sanggup lagi bertahan, dan ambruk di hadapan Dior yang langsung menangkapnya secara repleks.
Dior langsung membaringkannya di atas kasur, wajah pemuda itu terlihat cemas, ekspresi yang selalu terlihat datar itu, kini menunjukkan keresahannya,
Lelaki itu mengedarkan pandangannya, ia langsung bangkit saat melihat benda yang dicarinya tadi, Dior langsung meraihnya, duduk kembali di atas dipan kecil, di samping Kethrin yang masih terbaring lemah. Dior lalu mengoleskan minyak angin berbentuk roll on itu ke tengkuk dan bahu Kethrin, setelah membuka dua kancing teratas kemeja gadis itu.
Pandangan Dior tertuju ke arah lain, tidak ingin melihat pemandangan yang akan membuatnya panas dingin, walau pada kenyataannya sentuhan itu tidak akan dapat ia hindari, apalagi saat merasakan kulit halus Kethrin di telapak tangannya.
+++
"Ada apa pak Alfred meminta saya untuk menemui bapak di tempat ini?" tanya Dior to the point, saat dirinya sudah duduk berhadapan dengan orangtua Sera.
"Kau masih saja seperti dulu, tidak pernah berbasa-basi," jawab Alfred dengan mimik masam.
"Maaf pak ... "
"Berhenti memanggilku dengan sebutan formal seperti itu, kau sudah menjadi tunangan putriku Dior, panggil aku daddy," ucapnya lagi semakin kesal.
"Saya tidak terbiasa."
"Kau harus mulai membiasakannya mulai sekarang!' perintah Alfred tegas.
Hansen yang sedang membawa hewan peliharaan Irwan berkeliling, tanpa sengaja menatap dua orang lelaki yang sedang berbicara serius itu dengan mimik terkejut.
Restoran itu dikelilingi oleh dinding kaca tembus pandang, hingga Hansen dapat melihat dengan jelas interaksi kedua orang didalamnya, yang masih tidak menyadari kehadiran Hansen yang sedang memperhatikan mereka dari jauh.
Dengan cepat Hansen bersembunyi saat tersadar, dan langsung pergi menjauh dari tempat tersebut.
Bagaimana Dior bisa mengenal lelaki itu? Apakah mungkin anak itu adalah ...
Ya Tuhan, bagaimana kalau itu memang benar.Sementara di tempat tersebut, masih terjadi pembicaraan serius antara Dior dengan Alfred.
"Kau tahu, enam bulan lagi putriku Sera akan segera berulang tahun," ucap Alfred kemudian dengan tatapan menyelidik.
"Iya," jawab Dior tenang, walau hatinya mulai diliputi tanda tanya, akan maksud dari pembicaraan ini.
Dior Sebenarnya heran, mengapa pak Alfred memanggilnya untuk bertemu secara pribadi disini, hal yang tidak pernah dilakukan lelaki itu selama Dior mengenalnya.
Apa ada sesuatu yang sangat serius, yang ingin disampaikannya padaku, tanpa diketahui orang lain?
"Aku ingin memberikan hadiah terindah pada hari kelahirannya, melalui dirimu Dior," ucapnya lagi tenang, membuat Dior tersadar dari lamunannya.
"Maksudnya?" tanya Dior bingung, ia sungguh tak mengerti apa maksud dari perkataan Alfred barusan.
"Aku ingin kau melamar Sera pada hari ulangtahunnya," jawab Alfred bernada perintah.
"Tapi... "
"Kenapa? Kau menolaknya," balas Alfred dingin.
"Bukan begitu," jawab Dior sedikit gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!