Kethrin baru saja sampai di halaman mansion orangtua-nya. Ia segera keluar dari audy putihnya, di kedua tangan Kethrin nampak sebuah kotak kue berukuran besar. Melangkah sedikit kesulitan dengan bawaan di tangannya, saat seorang pelayan bergegas datang menghampiri gadis muda itu.
"Tolong kamu simpan kue ini ke kedalam kulkas ya," perintah Kethrin santai, sambil membetulkan letak tas kecil bertali sphageti yang sedikit melorot di bahunya. Sewaktu menyerahkan kotak berisi tiramisu tadi ke tangan pelayan lelaki berseragam coklat, yang langsung menerimanya dengan sigap.
"Baik nona," ucap pelayan itu sebelum pergi.
Kethrin kembali meneruskan langkah kakinya yang sejenak tertunda, membalas sopan sapaan dari para penjaga di luar bangunan berlantai dua itu dengan seutas senyum tipis.
"pagi nona Kethrin," sapa orang kepercayaan daddy yang kini tengah duduk di meja makan sambil meneliti berkas di tangannya, sewaktu Kethrin ingin mengambil minuman dingin di kulkas yang terletak tidak jauh dari tempat Geo berada.
"pagi," jawab Kethrin heran, gadis itu menatap bingung lelaki muda yang masih sibuk dengan berkas-berkas yang berserakan di meja makan, nona muda itu masih terlihat mengenggam gelas minuman miliknya yang telah kosong, dengan pikiran berkecamuk.
Mengapa dia masih disini, tumben sekali. Apa daddy masih ada di rumah.
"Ada apa nona," sapa lelaki itu yang menatap heran nona mudanya yang masih juga belum beranjak dari tempatnya.
"Kenapa kau masih disini kak Geo, apa daddy tidak pergi bekerja, ini bahkan sudah pukul sepuluh pagi?" tanya gadis itu penuh selidik, sambil meletakkan gelas miliknya ke atas meja.
"Saya juga tidak tahu nona, tadi tuan besar meminta kami semua untuk tidak mengganggu beliau, sepertinya tuan besar sedang menerima tamu, saya bahkan sudah berada di sini sejak dua jam lalu," jawabnya sopan.
"Apa kau tidak menanyakan siapa tamu yang saat ini ditemui daddy?" tanya kethrin cemas.
"Saya tidak berani nona, tuan pasti akan... "
Kethrin bergegas pergi meninggalkan Geo yang belum menyelesaikan kalimatnya, entah mengapa perasaan Kethrin menjadi tidak enak.
Semoga tidak ada hal buruk yang terjadi.
Kethrin semakin mempercepat langkah kakinya, saat menuju lorong berkarpet tebal yang sudah semakin mendekati ruang tidur daddy-nya.
Dengan gerakan kasar kethrin membuka pintu kamar daddy-nya, yang kebetulan sekali tak terkunci.
"Daddy!" pekik Kethrin kaget, saat melihat sosok lelaki asing sedang berdiri membelakangi dirinya, sambil mencekik kuat leher daddy-nya, yang terus meronta dengan mata membeliak kesakitan.
"Lepaskan dia brengsek!" jerit Kethrin marah, sambil berlari mendekat. Ruangan yang gelap menyulikan Kethrin untuk mengenali sosok misterius itu, terlebih ia menggunakan hodie yang menutupi sebagian parasnya.
Sosok itu terkejut mendengar jeritan Kethrin, sontak dia mendorong gadis itu keras hingga terjatuh membentur meja, dan langsung kabur melewati pintu yang tadi di masuki gadis tadi.
Tidak memperdulikan kepalanya yang berdarah akibat terbentur ujung meja, kethrin segera menghampiri daddy-nya yang nampak kesulitan bernapas.
"Daddy bertahanlah daddy, bertahanlah!" ucap Kethrin panik, airmata mulai menggenangi pelupuk matanya, melihat keadaan sang daddy yang kini terlihat nampak kesakitan.
Hansen menatap putrinya lemah, mengusap wajah gadis itu pelan, sebelum akhirnya memejam dengan tubuh terkulai.
Kethrin tertegun sesaat, sampai dia tersadar dan mengguncang-guncang bahu orangtuanya panik, tanpa sengaja tangannya menyentuh dada ayahnya dan merasakan cairan lengket yang mengenai telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!