Kegelapan langsung menyambut Dior saat memasuki kamarnya, hanya nampak cahaya samar yang sedikit menyinari dari sinar surya yang menembus dinding tirai, menunjukkan keberadaanya di luar balkon kamar Dior, yang sebagian dindingnya berbahan kaca.
Dior menghampiri tempat itu, menyibak tirai memanjang setinggi dua meter tersebut, hingga ruang tidurnya menjadi sedikit lebih terang.
Tidak sampai di situ, ia malah menggeser pintu kaca di hadapannya, sehingga angin pagi langsung berhembus lumayan kencang, menggoyang lembut sulur-sulur rambutnya yang sedikit berantakan.
Wajah tampan yang biasa terlihat datar itu tampak berfikir keras sambil memainkan pelan cincin yang tersemat di jari manisnya, memutar-mutarnya dengan perlahan sambil terus berfikir, sampai ia melepaskan cincin itu dan memasukkannya ke dalam saku baju.
Suara ketukan di pintu membuat Dior menoleh, sebelum melangkahkan kakinya ke arah sumber suara. Wajah Kethrin yang tampak segar sehabis mencuci muka langsung terpampang, saat pemuda itu membuka pintunya, masih dengan kemeja putih miliknya yang menempel di tubuh gadis itu.
"Kenapa kau belum tidur?" tanya Dior dengan mimik datar.
"Kau lupa kalau aku baru saja bangun, ini bahkan sudah hampir pukul setengah enam, justru kau yang belum tidur sejak semalam," jawab Kethrin, dengan nada khawatir yang terselip di sana.
Dior hanya diam, hingga pandangannya jatuh ke arah tubuh bagian bawah Kethrin, pemuda itu langsung terkesima, saat baru menyadari kalau gadis itu hanya mengenakan atasannya saja tanpa bawahan, sehingga paha putih mulusnya terpampang jelas di mata Dior, membuat dirinya menjadi tidak fokus.
Kata-kata Kethrin selanjutnya tidak dapat di tangkap dengan baik oleh Dior karna terbius oleh penampilan gadis itu, di matanya kini, Kethrin malah terlihat seperti bidadari penggoda iman.
"Dior...!" panggil Kethrin kesal, membuat Dior mengerjapkan matanya saat tersadar dan menatap Kethrin bingung.
"Ada apa?" jawab Dior datar, menyembunyikan rasa gugupnya.
"Kamu itu dengerin ucapanku gak sih, aku udah nyiapin sarapan buat kita," jawab Kethrin semakin dongkol.
"Kau duluan, nanti aku menyusul," balas Dior singkat.
Gadis itu menatap Dior sejenak dengan alis mengernyit, sebelum memutuskan untuk pergi. Namun, baru saja Kethrin hendak berbalik untuk meninggalkan Dior, pemuda itu kembali memanggilnya.
"Kenapa?" tanya Kethrin dengan bahasa tubuh yang nampak tenang, walau degup jantungnya berdetak lebih cepat, kala pandangan matanya bersirobok langsung dengan manik tajam Dior, yang menatap dirinya dalam dan aneh.
"Ganti bajumu!" perintah lelaki itu dengan nada datar.
"Memangnya kenapa, tidak ada yang salah dengan kemeja ini, lagipula disinikan tidak ada pakaianku," jawab Kethrin kesal.
"Kemejanya memang tidak salah tapi... "
Dior terdiam karna merasa canggung untuk memberitahukan alasan sebenarnya, sampai dia memutuskan untuk mengatakan hal lain.
"Kau kan bisa ke apartment-mu dulu untuk berganti pakaian, dengan kemeja kebesaran itu kau malah terlihat seperti badut," jawab Dior datar.
Gadis itu terbelalak mendengar perkataan mencemooh Dior, kemarahannya langsung tersulut saat itu juga.
"Aku tidak mau!" teriak Kethrin kesal, membuat tatapan Dior berubah tajam.
"Terus saja mengejekku Dior, tapi aku tetap tidak akan mengganti baju ini," ucapnya lantang dengan tatapan menantang.
Kethrin yang kembali hendak beranjak pergi segera ditarik kasar oleh Dior, baru saja ia ingin protes, ciuman Dior telah mendarat lebih dulu di bibirnya, tangan lelaki itu mencengkram kuat pinggul Kethrin, membuat tubuh mereka makin merapat. Dior yang sudah kehilangan kontrol diri berbuat semakin jauh, membuka kancing kemeja Kethrin hingga terlepas, merasakan kehangatan kulit lembut kekasihnya, hingga si gadis mendesah, mengutarakan rasa nikmat lewat bibir merekahnya yang menggoda.Dior yang sudah diliputi gairah menggebu, mulai menelusupkan lidahnya untuk menggapai lidah Kethrin dengan mata terpejam. hangat, basah, lembut, itulah yang dirasakan Dior saat menggapai sisi terdalam mulut kekasihnya, menciptakan irama decapan panas diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!