part 6

5.6K 231 3
                                    

Kethrin menyantap sarapannya dengan kepala tertunduk, merasa malu akan kekonyolan sikapnya tadi, hingga berpengaruh pada nafsu makannya saat ini, bisa-bisanya dia menatap sosok di hadapannya dengan ekspresi bodoh bercampur kagum.

"Kau tidak suka sarapannya?" tanya Dior, ketika melihat gadis itu hanya menganduk-aduk pelan hidangan di piringnya dengan enggan.

"Eh... " gadis itu mendongak sambil mengerjapkan matanya bingung.

"A...  Aku suka kok, hanya saja saat ini aku sedang menjalani diet," dusta Kethrin sedikit gugup.

Sedang diet? Cih! jelas sekali kalau gadis itu berbohong, apa lagi yang perlu di kuruskan dari tubuh sebesar lidi itu.

"Aku rasa kau sudah terlalu kurus nona," sindir Dior dengan senyuman sinis.

Kethrin hanya tertunduk diam, perasaan bersalah membuatnya dengan terpaksa menyantap hidangan yang di pesan Dior lewat pemesanan online.

"Aku akan mengantarmu pulang, setelah kau menyelesaikan sarapanmu," ucap Dior kembali, membuat hati Kethrin sedikit kecewa.

Bolehkah aku mengenalmu lebih jauh?" tanya Kethrin penuh harap.

"Maksudmu?" tanya Dior heran.

"Kita dapat menjadi sahabat baik," ucap Kethrin antusias, membuat kelopak itu menyipit.

"Di mulai dari saling menyebutkan nama, kenalkan namaku Kethrin, " ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya dengan mantap.

Dior menatap gadis itu tajam, hingga akhirnya diapun menyebutkan namanya juga.

"Dior, " jawab pemuda itu tak acuh, sambil meneruskan sarapannya tanpa sedikutpun membalas uluran tangan Kethrin yang masih menggantung di udara.

"Ish,  kau tidak sopan sekali," ucap Kethrin kesal, sambil menarik tangan Dior untuk menjabatnya hangat.

"Sekarang kita adalah teman, " pekik gadis itu senang.

Dior hanya menghela napas kesal, pemuda itu menarik tangannya kembali, dan melanjutkan sarapan paginya yang sempat terhenti dengan cuek, tak memperdulikan Kethrin yang terus menatapnya dengan manik berbinar.

+++

"Terimakasih Dior," ucap Kethrin riang, saat Dior mengantarnya hingga sampai di pintu apartment gadis itu.

"Iya, " jawab Dior singkat.

"Aku tidak menyangka kalau ternyata kita tinggal dalam satu gedung yang sama," ucap Kethrin riang, saat Dior akan melangkah pergi.

"Selamat malam," ucap Dior datar, tanpa menanggapi perkataan Kethrin tadi. Mengakhiri pembicaraan yang menurutnya tidak penting.

"Malam," balas Kethrin lesu, pandangan gadis itu tampak kecewa, saat menatap punggung Dior yang pergi menjauh dan menghilang di balik salah satu pintu yang hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya tinggal.

Dior menghela napas lelah setelah menutup pintu apartment-nya. Kembali menuju kamarnya sendiri yang  bersebelahan dengan kamar tamu yang sempat di tiduri oleh gadis itu.

Menatap kamarnya dengan tatapan tak terbaca, ada sebentuk kesedihan di matanya, saat pandangannya tertuju pada sebuah bingkai berukuran 10R, yang memperlihatkan senyum bahagia sebuah keluarga dengan seorang anak lelaki.

Dior merebahkan tubuhnya dengan fikiran berkecamuk, menatap langit-langit kamar dengan pandangan sendu. Tapi rasa kantuk yang perlahan datang, tak ayal membuat mata itu kini menutup rapat.

+++

Suara bel yang terus berbunyi nyaring, mau tidak mau memaksa Dior untuk bangun dari tidurnya.

Dengan mengeram kesal ia melangkah keluar dari kamar. Menghampiri pintu depan dan membukanya kasar, tanpa melihat lebih dulu siapa yang dengan berani telah menganggu tidur nyenyaknya.

"Selamat pagi," sapa Kethrin ceria, dengan satu kantong plastik putih berisi sayuran segar, bumbu dan lauk mentah yang tampak menggembung di tangannya.

"Entah mengapa aku tidak merasa kaget, saat tahu dirimu yang telah membuat keributan sepagi ini di apartemen-ku," ucapnya tak suka.

"Sekarang pergilah aku mau tidur," usir Dior kasar, sambil mendorong tubuh gadis itu menjauh dari pintunya.

Tapi dengan cepat Kethrin berkelit dan menerobos masuk ke dalam, membuat Dior mengeram marah sambil menutup pintu dan mengikuti gadis itu.

"Mau apa kau kemari?" tanya Dior bernada sinis.

"Aku akan membuatkan sarapan untuk kita," ucap Kethrin riang, sambil meletakkan barang belanjaan-nya di meja dapur.

"Mulai sekarang aku akan memasakkan sarapan untukmu, dan kita berdua akan makan bersama setiap paginya," ucap Kethrin lagi, yang kini tengah sibuk mengeluarkan isi dari kantong belanjaan, dan meletakkannya dalam mangkuk untuk di cucinya, sebelum di olah menjadi aneka masakan lezat.

Dior hanya dapat menarik napas pasrah, pemuda itu memutuskan untuk pergi. Membiarkan gadis itu berbuat sesuka hati di dalam dapurnya.

Dior melangkah menuju ruang tengah, memutuskan untuk menonton tayangan berita di layar kaca. Rasa kantuknya lenyap sudah akibat ulah gadis itu.

Suara dentingan alat masak terdengar samar di telinga Dior, saat dirinya fokus melihat tayangan televisi layar datar di hadapannya.

Menitpun berlalu, aroma masakan mulai tercium olehnya, membuat rasa lapar langsung mendera. Tak lama terdengar suara langkah kaki mendekat, di susul oleh suara seorang gadis yang kini telah berdiri di hadapannya, menghalangi pandanga Dior dari benda persegi berukuran 42 inchi tersebut.

"Ayo kita sarapan, aku sudah menyajikan semuanya di meja makan," ucapnya bangga.

"Apa masakanmu bisa di makan?" tanya Dior sakartis.

"Kau boleh melaporkanku ke polisi jika dirimu sampai masuk rumah sakit," balas Kethrin tenang.

"Aku pegang kata-katamu," ucap Dior, sambil melangkah nenuju meja makan, di susul oleh Kethrin yang berjalan di belakangnya.

Ya Tuhan masakannya enak sekali. Tidak bisa di percaya, gadis semanja dia ternyata pandai memasak.

"Bagaimana?" tanya Kethrin harap-harap cemas.

Dior melirik sekilas, memperhatikan raut muka gadis itu yang nampak menunggu dengan mimik tegang.

Pemuda itu meletakkan peralatan makannya sejenak, sedikit geli melihat mimik cemas gadis itu.

"Masakanmu enak," ucap Dior akhirnya, membuat senyuman lebar terlukis di wajah Kethrin.

"Ayo makan," ajak Dior dengan senyum tipis, membuat garis lengkung di bibir Kethrin makin melebar.

Dengan penuh semangat gadis itu mulai menuangkan lauk dan sayur ke piringnya, keduanya melanjutkan sarapan dengan suasana yang lebih santai.

TBC

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang