pat 21

3.7K 178 8
                                    

Kethrin segera membayar ongkos angkotnya, setelah kendaraan umum yang di tumpanginya sampai di tepi jalan dekat gerbang kampus, gadis itu kembali berjalan dengan kepala sedikit tertunduk, berusaha tidak memperdulikan tatapan penuh rasa heran, dari beberapa mahasiswa yang berdiri di dekat pagar gedung.

Belum jauh Kethrin melangkah, sebuah mobil mewah silver berhenti tepat di sampingnya, memunculkan seraut wajah manis dari balik kaca mobil yang terbuka separuh, gadis berpenampilan modis dengan rambut sebahu, langsung menyapa Kethrin yang masih berdiri di gerbang kampus, menunggunya keluar dari mobil.

Gadis itu tersenyum lebar sambil terus melangkah mendekati Kethrin.

"Kok tumben sih naik angkot, memang mobil kamu kemana?" tanya Riana heran.

"Mobilku lagi ada di bengkel An," jawab Kethrin sedikit canggumg, karna tidak terbiasa berbohong.

"Ya kan kamu bisa aja naik taksi atau angkutan online, daripada naik angkot," ucap Riana lagi.

"Aku ... Aku tadi kecopetan An, sepulangnya dari bengkel, dan hanya memiliki sedikit uang buat naik angkot."

"Ya Tuhan!  Terus nanti pulangnya kamu gimana?  Bareng aku aja ya kalo gitu," tawar Riana cemas.

"Terimakasih An, lagipula daddy janji bakalan jemput aku kok, sepulangnya dari kantor nanti," dusta Kethrin lagi.

"Udah yuk masuk, sepuluh menit lagi aku ada kelas," ajak Kethrin untuk mengakhiri pembahasan mereka tadi.

"Ya udah ayok," balas Riana sambil menarik lengan Kethrin, mereka kembali bercakap-cakap di sepanjang perjalanan menuju bangunan kampus.

Tanpa sepengetahuan Kethrin Dior memperhatikan interaksi gadis itu dari balik mobilnya yang terparkir di sebrang kampus dengan ekspresi tak terbaca, tidak lama setelah Kethrin pergi, Dior kembali melajukan kendaraannya meninggalkan area tersebut.

Pemuda itu melajukan kendaraannya menuju mansion, tidak sampai tiga puluh menit mobil Dior telah memasuki area tersebut, seorang penjaga gerbang dengan sigap membukakan pagar, saat di lihatnya sebuah mobil menuju ke sana.

Dior melewati gerbang begitu saja, dan langsung menghentikan laju mobilnya tepat di depan mansion yang di rampasnya dengan cara licik waktu itu.

Dior terus melangkah ke dalam bangunan hingga menaiki tangga, tanpa memperdulikan ucapan salam dari beberapa anak buahnya  tersebut.

Pemuda itu langsung memasuki kamar utama di lantai dua tersebut, menatap keseluruhan ruangan itu dengan ekspresi tak terbaca, sebelum mengeluarkan sebuah bingkai photo dari balik saku jacket-nya dan menatapnya sedih.

"Papah, Dior sudah menepati janji Dior untuk membawa papa kembali ke kediaman kita, Dior harap papah bahagia diatas sana, Dior juga berjanji akan mengembalikan nama baik keluarga kita yang telah di hancurkan dengan keji oleh mereka," ucap pemuda itu sendu.

Dior pov

Lima belas tahun yang lalu kehidupan keluarga kami sangat bahagia, ayahku adalah anak dari seorang pengusaha besar, yang lebih memilih mengabdi pada negara, hingga diangkat menjadi kepala polisi karena kejujuran dan dedikasinya, sedang ibuku adalah seorang perancang busana terkenal yang sudah melanglang buana ke berbagai negara, dengan berbagai hasil rancangannya.

Tapi semuanya berubah saat peristiwa itu terjadi, tragedi yang mengakibatkan kehidupan bahagia keluargaku berubah total, membuat kebaikan dan kejujuran papaku seolah lenyap begitu saja karna perbuatan keji seseorang. Saat itu usiaku baru menginjak delapan tahun, saat papah mendapat tugas untuk mengawal aset penting milik negara, sebuah senjata rahasia mematikan, hasil dari eksperimen para ilmuwan, yang akan sangat berbahaya jika sampai jatuh ke tangan musuh, yang memang telah mengincar alat pertahanan negara tersebut.

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang