part 40

2.8K 125 6
                                    

Keempat lelaki itu duduk diam dengan kecemasan yang tidak dapat mereka sembunyikan.

Menunggu khabar tentang Kethrin dalam keadaan tidak pasti seperti ini, bagai vonis hukuman mati yang menyerang setiap detiknya. Tegang, cemas, bingung, amarah dan berbagai perasaan tidak nyaman lainnya mencengkram hati Dior.

Suara notifikasi masuk membuat ketiganya menoleh ke arah ponsel Dior yang tergeletak di atas meja. Dengan cepat Dior meraihnya, tatapan lelaki itu berubah geram saat melihat pesan gambar yang baru saja ia terima.

Robert yang penasaran segera merebutnya, mimik lelaki itu tak jauh berbeda dengan Dior.

"Brengsek! Penculik-penculik  sialan ini mau mencari mati rupanya," desis Robert penuh amarah, saat menyaksikan foto Kethrin yang terikat dengan lebam biru di pipi, juga sebercak darah kering yang mulai tersamar di sudut
bibirnya.

"Ini tidak bisa di biarkan, kita harus membebaskan Kethrin dan memberi pelajaran pada mereka," geram Robert dengan tangan terkepal.

"Mencari kemana? Desis Dior sinis, " kita bahkan tidak tahu di mana mereka  menyekap Kethrin."

"Tapi kita juga tidak bisa terus berdiam diri tanpa melakukan apapun, berbuatlah sesuatu Dior, jangan hanya diam saja. Bukankah semua hal buruk yang terjadi pada Kethrin hari ini  berhubungan denganmu, terbukti dari isi pesan singkat yang kau terima," balas Robert dengan suara meninggi.

"Kau pikir aku tidak cemas hah! Kau pikir hanya dirimu saja yang menghawatirkan gadis itu," bentak Dior sambil mencengkram kerah kemeja Robert, amarah lelaki itu langsung tersulut akibat kata-kata Robert yang seolah menyudutkannya.

"Kau hanya perlu menikahi Sera, dan semua masalah akan beres. Bukankah Itu yang di inginkan oleh para penculik tadi. Tapi kau malah berdiam diri dan terus menunggu, apakah kau tidak memikirkan bagaimana menderitanya Kethrin di luar sana. mereka dapat saja  berbuat lebih kejam lagi pada Kethrin, jika kita semua tidak cepat bertindak." Jawab Robert tak kalah kasar.

"Cukup!" Hardik Hansen yang mulai jengah atas perdebatan keduanya.

"Kita berkumpul di sini untuk mencari solusi, bukan malah saling berdebat dan menyalahkan yang hanya semakin memperkeruh keadaan. Aku sudah menghubungi rekan divisi ku  dulu sewaktu masih di kepolisian, dan dia bersedia membantu kita dengan para agen terlatih binaannya. Aku optimis, kita semua dapat menemukan keberadaan Kethrin secepatnya," ucap Hansen penuh keyakinan.

Selang 2 jam kemudian hand phone Hansen berdering, lelaki itu terlihat berbicara serius dengan sang penelepon sebelum kembali menutup telponnya.

"Bagaimana?" Tanya ketiganya tak sabar.

Hansen menatap Dior, Robert dan Irwan mantap sebelum mulai menjawab.

"Temanku Redward sudah mendapatkan lokasi di mana Kethrin di sekap, dari foto yang ku kirimkan padanya beberapa jam lalu. Ternyata lokasi di foto itu adalah alamat sebuah ruko tua tak terpakai yang terletak di pinggiran kota. Rencananya kita akan menyerang mereka malam ini juga. Tapi sebelum itu..." Hansen langsung menoleh pada Dior yang juga menatap lelaki itu.

"kau Dior, aku minta kau  menikahi gadis itu malam ini juga, untuk  memastikan keamanan Kethrin." Ucap Hansen datar sambil menatap tajam Dior.

"Tapi Mr Smith aku..."

"Kumohon, ini semua demi keselamatan Kethrin."

+++

Suasana di salah satu ruangan rumah sakit  terlihat lebih ramai daripada biasanya. Beberapa orang  berpakaian sedikit formil nampak  memenuhi ruang rawat inap pasien kelas VVIP tersebut.

Sera terlihat cantik malam ini, dengan makeup natural dan kebaya berpotongan sederhana, namun tidak meninggalkan kesan elegan di dalamnya. Rambut gadis itu di cepol membentuk sanggul, di hiasi dengan untaian mutiara putih yang menjuntai dari sisi tusuk rambut berwarna perak.

Dior pun tak kalah gagah dan tampan dengan jas berwarna gading yang senada dengan kebaya yang di kenakan Sera, tapi wajah lelaki itu tak secerah dengan setelan yang di kenakannya, kesan muram jelas tampak di balik kegelisahan yang berupaya di sembunyikannya.

Diantara semua orang yang hadir nampak seorang wanita yang terlihat paling bahagia menyaksikan proses pernikahan yang tengah berlangsung, senyum lebarmya bahkan tak henti tersungging di bibir tebal  yang kini berpoleskan gincu merah terang yang membuat kedua belahan itu tampak penuh dan menggoda. Karena begitu senangnya wanita itu sampai tidak menyadari ketiga pria dewasa yang terus memperhatikan gerak geriknya sejak tadi.

Di tengah prosesi pernikahan ponsel wanita itu berdering nyaring. Wanita itu segera beringsut menjauh untuk mencari tempat yang lebih privasi. Di sudut lorong sepi dia mulai  mengangkat telponnya.

"Ada apa kau menelponku."

Penelpon: Dfgghhjjujj..

"Cih, apa yang bisa kalian lakukan sebenarnya hah! Aku membayar mahal kalian untuk pekerjaan mudah ini,  tapi untuk mengurus seorang wanita lemah seperti itu saja  tidak becus."

Penelpon: ghhjjjujhyh&hgh

"Kau tahu jika aku sekarang sedang sibuk, dan kau malah mengangguku dengan laporan tidak berguna itu."

Penelpon: &&g?gh&#fgg

"Bunuh gadis itu sekarang!  Kita sudah tidak memerlukannya lagi."

TBC

Sorry pendek...

Dendam (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang