Seminggu kemudian:
Langit sore terlihat lebih pekat tertutupi awan tebal. Angin berembus lumayan kencang, menggoyangkan tepi jubah coklat yang kini di kenakan Dior.
Setengah berlari Dior menuju toko buku berdinding kaca di sebrang parkiran mobil, menghindari rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi.
Pemuda itu bernapas lega, saat hujan barusaja tercurah deras, ketika dirinya sudah berada tepat di depan pintu masuk sebuah toko.
Mendorong pelan pintu yang juga terbuat dari kaca, dengan suara dentingan lembut ketika Dior melewatinya.
"Selamat sore, selamat datang di toko kami," ucap seorang gadis muda berpenampilan anggun tapi terlihat modern, yang kini tersenyum manis di belakang meja kasir.
Dior membalasnya tak kalah manis, lelaki itu langsung melepas jubah coklat yang, tadi di kenakannya, dan langsung menggantungnya di penggantung pakaian yang berdekatan dengan pintu masuk. Dengan masih menampakkan senyum ramahnya, Dior kembali melangkah menghampiri gadis itu.
"Kenapa dirimu yang berjaga di meja kasir?" tanya Dior heran.
Sera hanya tersenyum lembut mendengar pertanyaan Dior, gadis itu segera keluar dari meja kasir dan menghampiri Dior yang berdiri menunggu di depannya.
Gadis itu lalu mengalungkan lengannya di sekeliling leher Dior dengan tatapan manja.
"Pegawai Kakek sakit, jadi aku yang menggantikan tugasnya hari ini, apa kau cemburu sayang?" tanya Sera yang mendengar dengusan tidak suka dari pemuda tampan di hadapannya ini.
"Ya, aku cemburu. Kau tahu bukan jika aku paling tidak suka milikku ini menjadi pusat perhatian," jawab Dior.
"Kau tidak perlu semarah itu sayang, buktinya tidak ada seorang pemuda pun yang kau temui di toko ini bukan," ucapnya manja.
"Karna kebetulan saja hari ini hujan, jika tidak mereka pasti sudah datang mengerubungimu layaknya makanan lezat yang sangat menggoda," balas Dior tak acuh. Pemuda itu kini malah sibuk memperhatikan seisi ruangan yang nampak lenggang.
"Sepertinya hujan akan berhenti cukup lama, bagaimana kalau kita ke ruanganku saja untuk menikmati secangkir teh hangat beserta kudapan," ucap Sera lemah lembut, mengalihkan pembicaraan.
"Terserah kau saja," balas Dior pasrah.
Dior mengikuti langkah kaki Sera melewati beberapa rak buku dan majalah, hingga berhenti di depan sebuah pintu berwarna coklat gelap yang terletak di sudut ruangan, bersebelahan dengan pantry.
Mereka memasuki ruangan tersebut, di sana tampak meja kayu berukuran besar dengan komputer dan telpon, juga beberapa berkas yang tersimpan dalam map dan tersusun rapi.
"kau tunggu di sini sayang, aku akan buatkan minuman untukmu," ucap Sera manja, sambil mengecup bibir kekasihnya sekilas, sebelum menghilang di balik pintu yang kini telah tertutup rapat.
Cukup lama pemuda itu menunggu, sampai suara dering handphone mengalihkan perhatiannya. Terdengar helaan kasar Dior, saat melihat id penelpon yang terpampang di layar sentuh miliknya. Dengan enggan Dior menggeser gambar berwarna hijau tersebut sebelum menjawab.
"Hallo," ucap Dior datar.
"Hai sayang, kamu ada di mana sekarang," ucap suara di sebrang manja.
"Aku di rumah teman, kenapa kau menelponku?" tanya Dior terdengar malas.
"Tidak ada apa-apa, hanya kangen saja. Emm ... Nanti malam kau akan datang ke tempatku kan?" tanya gadis itu penuh harap.
"Maaf, Aku tidak bisa," jawab Dior cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!