Dior sampai di apartment-
miliknya, ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga sore.Ia menatap datar suasana di dalam apartment-nya yang tampak sunyi.
syukurlah, gadis Pengganggu Ketenangan itu sudah pulang.
Dengan santai Dior meletakkan kunci mobilnya di atas meja bufet berukuran rendah. Pemuda itu segera menanggalkan kaos dan jacket denim yang di kenakannya tadi, dan meletakkannya begitu saja di sandaran sofa, hingga dirinya kini terlihat bertelanjang dada, dengan beberapa kotak persegi yang menghiasi perut yang ramping dan liat miliknya, tanpa adanya timbunan lemak.
Melangkah kembali ke arah dapur untuk mengambil sekaleng bir dingin dalam kulkas, dan mereguknya hingga tersisa separuh.
Suara decitan pintu yang di buka dari dalam, repleks membuat lelaki itu menoleh ke sumber suara.
"Mengapa kau masih disini," ucapnya kesal, setelah rasa kagetnya mereda dengan tatapan menusuk, di tujukan pada Kethrin, yang kini mulai melangkah ke arahnya.
"Mengapa kau tidak suka aku disini, akukan kekasihmu. Lelaki lain pastinya akan senang jika bersama dengan orang yang di cintainya," jawab Kethrin tidak terima.
Dior seperti kaget dengan jawaban Kethrin, dia segera meletakkan kaleng minumannya di atas meja dapur, nampak berfikir sejenak sebelum menjawab perkataan gadis itu.
"Aku bukannya tidak senang kalau kau datang, tidak bisakah dirimu memilih jam yang tepat untuk datang mengunjungiku. Bertandang di saat malam menjelang pagi, yang benar saja, aku juga butuh istirahat dan meluangkan waktu untuk diriku sendiri, kau harusnya mengerti itu," ucap Dior beralasan, ia sedikit meringis ketika menyadari alasan yang di buatnya terlalu lemah dan terkesan di paksakan.
"Begitu," ucap Kethrin dengan tatapan penuh selidik.
"Ya," balas Dior terlalu cepat, hingga gadis itu mengernyit curiga.
"Atau jangan-jangan, kau sering menyusupkan wanita lain ke kamarmu pada tengah malam, dan takut jika aku memergoki perbuatan mesummu itu," ucap Kethrin sinis.
"Apa! Kau jangan sembarangan menuduhku Kethrin," jawab Dior tidak terima.
"Mengapa kau harus semarah itu, jika memang tidak ya sudah," balas Kethrin santai.
"Kata-katamu itu terlihat jelas menuduhku," protes Dior lagi.
"Oke ... oke, aku minta maaf, kau puas," balas Kethrin lagi dengan nada datar, tidak memperdulikan sisa kemarahan yang masih terlihat jelas di paras tampan kekasihnya.
"Oh iya, ada satu lagi yang ingin ku tanyakan padamu," ucap Kethrin dengan nada lebih serius.
"Apa itu," balas Dior sedikit tegang.
"Mengapa ada sepucuk pistol di kamarmu?" tanya Kethrin langsung, membuat manik kelam itu sedikit melebar.
"Beraninya kau mengacak -acak isi kamarku Kethrin," hardik pemuda itu kasar.
"Jawab pertanyaanku Dior, jangan mengalihkan pembicaraan dengan amarahmu," balas Kethrin tak suka.
"Jangan sekali-kali kau mencoba mengusik kehidupan pribadiku, aku tidak suka itu," ucap Dior kesal.
"Mengapa, apa ada satu rahasia besar yang kau sembunyikan dariku, jangan katakan kau menyimpan senjata itu hanya untuk menjaga diri," balas Kethrin lagi.
"Kau tidak perlu tahu urusanku, dan aku tak akan pernah memberitahukan alasannya padamu, " jawab Dior kesal.
"Kalau begitu aku akan mencari tahu, kau lihat saja bagaimana aku akan menyelidi kehidupan pribadimu dan membuka kedokmu saat itu juga," ucap Kethrin dengan nada mengancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam (End)
Romancehatinya sebeku es jiwanya terluka dalam hanya satu yang di inginkannya balas dendam!