Chapter 9
"Perjalanan"
______Pagi ini, para murid kelas tiga sudah berkumpul di sekolah pukul setengah enam pagi. Baim, Jeffrey dan Aldio menghampiri yang sedang berkumpul bersama anak kelasan 3-2 yang memastikan kembali isi susunan acara di Pulau Pramuka nanti. Gue mengambil selebaran itu, diikuti oleh Samuel yang mengintil di belakang.
"Kalau nggak asik Osis gue bubarin ya" Samuel menyeletuk iseng, Dio menoyor kepalanya dengan kesal.
"KAYAK SEKOLAH PUNYA NENEK MOYANG LO AJA" Baim menyewot dengan nada tinggi. Jeffrey pun mengambil selebaran itu dari tangan gue agar Samuel nggak bisa ngintip lagi, tak lupa dengan tatapan tajamnya yang ia tujukkan.
"Wey senanjing" Tiba-tiba Darrel datang bersama Baejin.
"Mulut difilter ya biji"
Cowok itu hanya nyengir kuda kemudian menunjuk koper Handaru. "Liat kopernya ucup, warnanya merah tua kan ya?"
"Dih warna coklat bego" Baejin segera menyahut. "Lo nggak pernah cek buta warna ya? Itu merah tua!" Darrel menaikkan suaranya tak mau kalah.
"Coklat tolol"
"Merah tua!"
Apasih anjir nggak penting banget. Gue mendesah pelan dan memelototi mereka yang masih berdebat soal warna koper Handaru. "Demi kancut nya Muel, nggak penting banget sih kalian!" Perkataan gue membuat Samuel mendengus dan menoyor kepala gue, yaampun sumpah deh kenapa sih tuh anak demen banget noyor kepala gue dari kita masih bocah ingusan.
"Nggak usah bawa-bawa kancut gue dong! Kancut gue nggak salah apa-apa!" Pada dasarnya gue udah enek banget yang namanya debat sama Samuel, gue pun beralih pada anak Osis yang masih berdiri disini.
"Daftar kelompok sama kepsek udah dibagiin belom Yo?"
Aldio menggeleng. "Belom, nanti katanya tunggu anak-anak kumpul" Gue mengangguk pelan. "Semalem Akai nginep di rumah lo ya?'
Dari semalam tuh gue khawatir sama Akai, soalnya dia tuh tinggal sendirian. Nasibnya sama kayak gue, ditinggal bisnis keluar negeri sama orang tua. Kalau gue sih nggak apa-apa masih ada keluarga Samuel yang membantu gue mempersiapkan segala hal untuk kemping hari ini. Kalau Akai siapa yang mau ngurusin? Dia aja tinggalnya di apartemen besar, kurang sosialisasi sama tetangga.
"Iya noh bocahnya lagi nyebat sama Cakra di belakang"
NGGAK JADI KASIHAN. "Si goblok, sori ya Yo kalo ngerepotin elo, kalau ngeselin tampol aja anaknya" Dio hanya tertawa kecil.
"IDUNG WOY IDUNG!"
Samuel berteriak melihat Sonho yang baru saja datang, melihat rombongannya di belakang membuat gue mengerti kenapa ia kesiangan, iyalah orang bareng gengnya Daniel. Sonho berlari kecil menghampiri kami, suara koper yang bergesekkan dengan aspal membuat yang lain menutup kuping lantaran berisik.
"Gue kira udah pada berangkat anjir" Ucapnya dengan nafas yang ngos-ngosan. "Lo pada lama sih, makanya berangkanya jadi ngaret!" Omel gue kesal. Bukannya mikir Sonho malah berdecak dan menampilkan ekspresi aneh seperti nahan boker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagoan
JugendliteraturPemuda itu bernama Daniel Alvis Romero. Ia adalah berandal yang menyebalkan. Namun orang orang menyebutnya sebagai Jagoan di sekolah. Berandal seperti dirinya identik sebagai musuh Ketua Osis. Sena Fabricia Zeline adalah Ketua Osis yang menganggap...