19. Bantuin Pindahan

22.9K 3.6K 201
                                    



Chapter 19

"Bantuin Pindahan"

_____

Mata Daniel menatap gue dengan lekat seakan ia terbius oleh pantulan matahari sore yang mengenai mata gue ini. Gue mengigit bibir gue pelan lantaran gugup membuat ia tersenyum tipis dan menundukkan kepalanya menatap lantai. "Gue beneran minta maaf"

Gue pikir Daniel tipikal orang yang seenaknya---I mean awalnya gue mengira dia nggak akan minta maaf dan memunculkan dirinya di depan gue dengan tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi sepertinya enggak begitu, dia masih punya rasa penyesalan setelah tanpa izin menci--- oke lupakan. Gue berdeham sebentar dan menatap arah pintu. "Samuel mana?"

Decakan kecil keluar dari mulut Daniel, ia berdiri setelah sebelumnya menunduk mensejajarkan tubuhnya untuk menatap gue. "Ada gue, nyarinya Samuel" Ia bergumam. Gue balas mendengus. "Cariin Samuel dong"

"Males amat" Dia menyahut asal dan berjalan ke depan menarik kursi menuju sebelah ranjang UKS dimana gue berada. Kemudian ia mendudukkan dirinya santai di sana sambil menopang dagu, matanya menatap gue lagi.

Nih orang nggak sadar diri ya kalau dirinya ganteng?

"Lo keluar gih males gue liat muka lo" Nada gue ketus. Namun setelahnya gue menyesal ketika ia dengan cepat mendekatkan wajahnya ke depan wajah gue. Dejavu.

"Dimaafin nggak? Hmm?"

"AU AH ANJING!" Gue emosi jadi ngegas di depan wajah dia. Daniel terkejut dan memundurkan wajahnya ke belakang. "Muncrat bego" Keluhnya kesal sambil mengusap wajahnya cepat. Ia menendang kecil bangkunya ke belakang hingga menimbulkan bunyi karena beradu dengan ranjang UKS yang lain.

"Maafin atau gue cium lagi?" Lagi, ia mendekatkan wajahnya ke wajah gue hingga hanya terpaut 3cm antara hidung kami. Gue membeku di tempat.

Bertepatan dengan suara pintu yang terbuka.

"APA-APAAN LO CIUM-CIUM? MAU DITAMPOL LAGI?" Seruan Samuel di ambang pintu bersama dengan Jovan dan Sonho yang melotot kaget. Daniel menjauhkan dirinya dan kembali menduduki kursi yang tadi ia tendang.

Teman-teman gue berjalan menghampiri. "Barusan lo mau dicium lagi?" Tanya Jovan. Gue mengangguk kecil membuat Daniel memutar bola matanya malas. "Emang kurang ajar ya lo Dan, terusin nggak?!"

Sumpah gue ingin menenggelamkan Samuel ke kobangan sawah sekarang juga. "Musnah aja anjrit lo!"

Sonho mendudukkan dirinya di samping gue sambil mendorong tubuh gue ke arah kiri. "Geser dong! Pangeran mau duduk!"

Gue melirik Daniel yang misuh-misuh di tempat, kayaknya sih dia terganggu oleh kedatangan tiga makhluk ini. "Lo pada ngapain kemari sih? Gue kan mau minta maaf dulu"

"Bohong!" gue menyela cepat dan kembali membuat Daniel melotot. "Tadi dia ngancam bakal nyium gue lagi kalau nggak dimaafin" Disisi lain Jovan menggeleng kecil sambil menutupi telinga Sonho dengan kedua tangannya. "Jangan didengerin ya dek, ini pembicaraan orang dewasa"

"Ngapa pada bacot sih anjeng" Samuel geregetan sendiri, cowok itu menaruh tas gue di atas ranjang UKS. "Pake dulu tuh tasnya masih mending gue bawain" Gue menurut masih dengan mengerucutkan bibir kesal melihat Daniel yang bergantian menatap gue dan Samuel dengan tajam.

"Apa lo liat-liat?" Gue malah nyolot.

"Bapak lo jago silat" Sonho melanjutkan dan dibalas toyoran kecil oleh Jovan. "Perut lo masih sakit nggak?" Tanya Jovan, gue hanya menggeleng kecil dan beranjak dari ranjang UKS. "Ayo ah balik"

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang