28. Daniel Hates Hospital

18.9K 3.2K 123
                                    



Chapter 28

"Daniel Hates Hospital"
_____

Gue menaruh tas asal di atas meja belajar kemudian merebahkan diri di atas kasur. Ethel baru saja mengantar gue sampai depan pagar, setelahnya pergi ke rumah Samuel mau jemput Sonho. Baru lima menit menempelkan tubuh di atas kasur, gue langsung terbangun ketika dering Smartphone berbunyi. Nama Daniel tertera di layar, tanpa pikir panjang gue buru-buru mengangkatnya.

"Iya Niel"

"Maaf tadi aku pulang duluan, tadi balik sama siapa?"

Gue berdeham kecil ketika Daniel membuat gue-elo menjadi aku-kamu. "Sama Ethel, tadi kamu kemana?"

"Badmood, jadi pulang duluan. Niatnya mau balik lagi jemput kamu tapi ketiduran"

Gue menaikkan alis. "Badmood kenapa? Siapa yang bikin kamu badmood?" Gue berjalan keluar kamar, menuruni anak tangga dan mendudukkan diri di atas sofa.

"Aku kerumah ya?"

"Iya, aku tunggu. Hati-hati, jangan ngebut loh"

Selepas sambungan terputus, gue buru-buru merapikan sepatu sekolah yang gue taruh asal di depan pintu. Sepatunya gue taruh di rak, kaos kakinya gue masukin di keranjang baju kotor. Gue menggeser sofa yang miring menjadi lurus kembali. Setelah semuanya rapih gue kembali berjalan ke atas. Mau mandi.

10 menit kemudian keluar dari kamar mandi. Memakai celana gombrong hitam dan kaos oblong putih. Gue sisir rambut, pakai bedak bayi, dan memoleskan sedikit liptint di bibir.

Gue memang udah wangi dari sananya, tapi karena doi mau kerumah, gue semprot parfum ke beberapa sisi baju. Biar wangi di depan doi.

Nggak lama bel rumah berbunyi. Gue buru-buru turun dan membuka pintu rumah. Gue membuka pintu pagar, langsung mengernyit melihat penampilan Daniel. Dia masih memakai baju sekolah, udah kusut karena di bawa tidur, udah mana kemejanya kotor kayak habis main di atas aspal. Nggak pakai jaket sama helm pula.

Niatnya mau ngomel, tapi nggak jadi soalnya wajahnya lesu banget, matanya memerah, tangannya lecet-lecet.

"Kamu kenapa?" Gue diabaikan, dia langsung berjalan masuk dan mendudukkan diri di sofa depan TV.

Daniel menidurkan dirinya di atas sofa, sesekali matanya terpejam. "Pusing"

"Jatoh dari motor ya?" Tanya gue lagi. Gue menghela nafas ketika rasa panas menjalar ke tangan gue ketika menyentuh dahinya. "Ck! Kamu tuh lagi sakit, harusnya nggak usah kesini. Istirahat aja dirumah"

Dia berdecak. "Ngomel mulu, makin pusing"

Gue menghela nafas pasrah, berjalan ke dapur menyiapkan air dingin dan peralatan kompres lainnya. Tapi tangan gue malah di tahan. "Mau kemana? Di sini aja temenin gue"

Tadi aku-kamu sekarang lo-gue. "Bentar mau ngambil----"

Ditahan lagi, gue jadi gemes sendiri. Gue menoleh, Daniel menggeleng kecil dan menyuruh gue duduk di dekatnya. Nih orang lagi sakit loh, tapi cengkraman tangannya masih kuat aja.

Yaudah, gue nurut aja.

"Perasaan tadi pagi nggak kenapa-kenapa" Iya, Daniel tadi pagi masih sehat walafiat, bahkan masih bisa gangguin gue di sepanjang perjalanan menuju sekolahan.

"Hari ini peringatan kematian Mamah"

Gue langsung mengatupkan mulut rapat. "Tapi Bokap malah ke luar negeri sama istrinya. Udah biasa kalau dia nggak pernah datang ke makam. Tapi seenggaknya hari ini jangan kemana-mana dulu. Gue jadi semakin benci"

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang