37. Ternyata

15.7K 2.8K 152
                                    

Chapter 37

"Ternyata"

"Ternyata"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

______

Sudah beberapa minggu lamanya gue berteman dengan Adara. Well, dia nggak semenyebalkan yang gue kira di awal, gue pikir dia anak orang kaya yang manja, terlihat dari penampilannya. But don't judge book by cover, kalimat itu benar, semakin gue mengenal Adara, semakin yakin gue kalau dia adalah perempuan yang bertekad kuat juga pekerja keras, dia bukan perempuan-perempuan lembek. Ada satu hal yang gue sadari beberapa hari belakangan ini, sifatnya mirip dengan gue. Simpel, santai, juga cuek dengan perkataan orang lain tentang diri sendiri. Gue yakin Daniel lebih sadar kalau sifat gue dan Adara itu sebelas dua belas.

Belakangan ini, gue jarang hangout sama Daniel. Dia itu sekarang suka menjanjikan banyak hal, Sena ayo main, ayo nonton, ayo ke pantai, ayo kesana ayo kemari. Tapi di hari H ia ia suka membatalkannya, dan dia nggak memberikan alasan spesifik untuk gue mengerti. Dia hanya memberi satu alasan jika membatalkan janji. "Maaf hari ini aku ada urusan"


Udah gitu.

Gue pengen bertanya banyak hal. Tapi selalu nggak tepat waktunya. Jadinnya tiga minggu belakangan ini gue dalam tahap bersabar. Tapi siapapun tau, kalau sabar itu pasti ada batasnya, ada sewaktu-waktu gue bisa meledak layaknya bom waktu.

Waktu belajar gue juga semakin padat seiring mendekati waktu ujian. Baru saja kemarin kami juga menyelesaikan try out yang pertama. Gue udah pusing sama Matematika yang susahnya kebangetan, jadi gue nggak punya banyak waktu luang untuk memutar otak bagaimana cara membuka sesi pertanyaan dengan Daniel tanpa niat memojokkan.

Hari ini gue beserta teman yang lain sudah lengkap berpakaian olahraga, sedang duduk di tribun lapangan outdoor. Tiga minggu lagi sudah memasuki waktunya ujian praktek, oleh karena itu hari ini mau latihan sekalian pengambilan nilai.

Dari arah tribun gue bisa melihat Daniel sedang memainkan bola basket di tangannya. Ah ya, kelas kami di gabung lagi.

Dug

Bahu gue tiba-tiba terkena bola dari depan, akibat permainan Samuel dan Jovan yang bocah abis. "Sakit tau! Kalau gue tiba-tiba amnesia gimana?!"

Sonho di sebelah gue langsung mengumpat. "Maemunah! Kan yang kena bola bahu lo bukan kepala lo" Ucapnya. Gue meringis, lantas melempar bola tersebut pada Samuel dan Jovan.

"Sori ya Aliando khilaf nih" Ucapnya minta maaf yang diikuti dengan Jovan. "Sama nih Adipati juga"

"Oke! Isyana maafkan"

Sonho menggeleng-gelengkan kepalanya miris melihat percakapan kami bertiga yang agak kurang waras. Beberapa menit kemudian Bapak Jaehwan datang dengan membunyikan peluit yang sontak membuat kami yang duduk leha-leha langsung terbangun dan berlari berbaris di lapangan bersama dengan yang lainnya.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang