41. Sembunyi

16.6K 2.8K 188
                                    




Chapter 41

"Sembunyi"

Dia menyingkirkan harga diri dan keras kepalanya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia menyingkirkan harga diri dan keras kepalanya,

Memohon untuk di dengarkan.

Dengan sorot mata yang bersungguh-sungguh.

Tapi,

Sekarang kamu yang malah keras kepala.

• Happy Reading •

_____

Gue sudah kembali ke sekolah seperti biasa, tenang saja gue bukan tipe orang yang suka sakit berhari-hari. Seperti di awal, Samuel datang pagi-pagi ke rumah gue nyamper untuk sekolah, kemudian kami berangkat bersama dengan gue yang mengumpat sepanjang jalan karena Samuel ngendarain motor kayak ngajakin orang mati. Kami berdua memasuki gerbang bersamaan dengan Jovan yang kebetulan bertemu di parkiran.

Kami memasuki kelas disuguhi pemandangan Mark dan Jeno yang berdiri di ambang pintu, Darrel dan Baejin yang ngadu bacot disertai Handaru jadi tukang kompor, Sebin yang udah mojok di kelas buat bobo, Jeane dan Lisa yang asik main salon-salonan di kelas, Jeane dan Joyi yang sibuk bikin story di depan jendela memanfaatkan cahaya ilahi, Baim yang seperti biasanya belajar anteng di tempat dan Sonho yang sibuk lomba domba di ponselnya.

Well, gue merasa seperti di awal kelas 12 saja, ketika gue masih sendiri dan asik sama temen kelasan.

Hal yang berubah, gue menjadi pusat perhatian ketika berjalan di koridor menuju kelas tadi, dengan para murid yang berbisik-bisik, gosip gue putus masih anget-anget tai ayam. Jovan yang menyadari itu segera memasang earphone di telinga gue, menyetel musik keras-keras walaupun gue sempat protes karena kuping gue bisa aja budek.

Gue anaknya suka ngider keliling sekolah, entah ke perpustakaan, kamar mandi, ruang guru maupun iseng ke ruang Sekret Osis kalau lagi kangen organisasi. Tapi, sekarang gue lebih suka berdiam di dalam kelas.

Gue nggak mau ngeliat dia.

Ya, dia yang berjalan pelan melewati kelas gue saat ini. Kalau dia lewat, gue sembunyi di balik Samuel atau pura-pura tidur seperti Sebin.

Soalnya gue nggak mau Daniel melihat gue disini ketika dia sengaja menatap jendela kelas atau melihat ke gue dari luar pintu. Gue sempat sih melihat wajahnya yang bonyok nggak karuan itu, di plester sana-sini belum lagi pelipisnya di perban.

Ah ya, waktu istirahat Daniel hendak masuk ke dalam, tapi anak kelasan langsung menghalanginya di ambang pintu.

"Sena abis sakit, nggak mau diganggu, baru sembuh" Ucap Baim tegas mewakili, yang lainnya hanya ikutan mengangguk.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang