10. Kemping

28.7K 4.4K 377
                                    



Chapter 10

"Kemping"
_________

Sekitar setengah jam lagi kapal sampai di pulau, murid-murid bersiap membawa koper, tas serta barang bawaaan lainnya menuju dek sambil melihat air laut di bawah. Samuel menyeret dua koper sekaligus, yang satu punya gue yang satu miliknya sendiri. Sehingga gue hanya mengenakan tas ransel di punggung. Ketika anak kelasan pada berkumpul, gue memisahkan diri ke sisi lain membawa ponsel dan mengambil gambar lautan. Setelah selesai mengambil gambar, gue mamsukkan kembali ponsel tersebeut ke dalam saku hoodie. Diam-diam memandangi teman-teman gue yang asik bercanda dari arah sini.

Tanpa sadar gue tersenyum. Melihat mereka tertawa satu sama lain membuat hati gue menghangat dan sesekali ikutan tertawa. Kemudian gue beralih ke arah kelas sebelah yang juga sedang berkumpul. Mata gue menangkap Akai sedang dorong-dorongan bersama Bara, kemudian tertawa terbahak karena Sein terjatuh ke lantai karena ditabrak Bara yang kehilangan keseimbangan.

Mata gue beralih lagi, menatap satu geng cowok yang asik main hompimpa entah untuk apa. Semua teman-temannya memilih tangan putih, hanya Fidelis yang memilih tangan hitam. Mereka semua terbahak dan memberikan barang bawaannya pada Fidelis.

Ngomong-ngomong, gue jadi teringat peristiwa buah apel tadi. Mengingat bagaimana suara Daniel yang tenang membuat gue tertegun sesaat. Apalagi perkataan Dio yang rasanya menyadarkan gue dari realita. Gue nggak baper kan? Walaupun baper, kan gue nggak punya perasaan sama Daniel. Toh nggak semua orang baper berlanjut jadi suka.

Gue tersentak ketika cowok yang sedang gue liatin saat ini balik ngeliatin gue. Sialan, kok ketahuan sih. Gue berdeham sebentar mengalihkan pandangan ke arah lain. Melihat Daniel yang berjalan kemari dari sudut mata membuat gue merutuki diri dan membalikkan tubuh menghadap laut. Wangi mint yang kian mendekat membuat gue berdecak kecil.

"Cie ngeliatin dari jauh"

Tuh kan orangnya jadi kesenengan. Daniel berdiri di samping gue dan tertawa kecil setelahnya. Jangan liat, jangan liat dia lagi ketawa. Bahaya. Bisa menimbulkan serangan jantung.

"Eh lo pendek amat sih, cuman sedada gue"

Sombong amat anjeng. "Diem deh lo nggak usah bikin gue sensi" Nah kan, jiwa biskuat gue keluar. "Tapi cocok sih"

APAAN YANG COCOK BAMBANG?! Gue emosi lama-lama disepik gini. "Ck! nggak usah godain gue mulu deh, noh godain si Naomi noh pasti dia suka rela"

"Lah? Pengen banget gue goda lo. Dih"

Gue mendengus. Daniel itu kayak kotak pandora, banyak kejutannya. Kadang-kadang ngeselin, kadang-kadang bikin gue ambyar, kadang-kadang baik tak terduga, kadang juga minta di katain anjing. "Sana sana kumpul sama temen lo tuh" Gue mengibaskan tangan dan menunjuk teman-temannya yang sedang berkumpul.

"Sama lo lebih adem"

"Gue bukan kipas angin" Sahutan gue membuat Daniel tertawa. Nih orang receh banget dah ketawa mulu. "Nggak usah sepik gue Dan, gak tertarik"

"Lah siapa juga yang nyepik elo? Masih banyak di luar sana yang minta gue sepik" Gue berdecak menatap Daniel dengan tajam. "Lo suka gangguin gue udah kayak anak SD lagi naksir cewek, suka ngajak gue tubir, minta gue obatin lukanya segala ngomong degdegan kalo deket gue cuih! Bilang kalau gue marah-marah jadi cantik elonya pusing kepala, bilang ke abang gofood kaalau gue calon pacar, ngasih gue apel. Jadi itu semua bukan kekardusan lo yang udah pro itu?"

Capek juga ngomong panjang. Daniel terdiam matanya menatap gue dengan tertegun. Tenang gue juga nggak nyangka bisa ngomong sepanjang ini sama dia. Sedetik kemudian dia tertawa terbahak dan memegangi perutnya.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang