44. Alasan

17K 2.9K 312
                                    

Chapter 44

"Alasan"

Adara menyesap Ice Americano miliknya, kemudian menaruhnya kembali di atas meja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Adara menyesap Ice Americano miliknya, kemudian menaruhnya kembali di atas meja. Gue terdiam memandanginya cukup lama, pikiran gue langsung kosong. Pernyataannya barusan bagaikan bom waktu yang baru saja meledak di pikiran gue, membuat otak gue berpikir lebih keras.

Astaga, tolong biarkan gue membenturkan kepala ini ke aspal sebentar aja.

"Gue pengen meluruskan semuanya" Ucapan Adara kembali memecahkan pikiran gue yang berjalan jauh ke lautan sana. "Oke, gue harus jelasin dari mana?" Lanjutnya bertanya.

Gue menarik nafas panjang, bunyi ketukan jari gue di atas meja terhenti. "Semuanya, dari awal lo datang kesini"

Adara mengangguk mengerti, lantas mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap gue dengan dalam. "Gue memang masih kuliah di luar negeri, Om dan Tante gue merencanakan perjodohan gue dengan orang lain. Gue nggak terima, akhirnya gue kesini meminta penjelsan langsung dari mereka"

Gue masih setia mendengarkan, Adara kembali bersuara. "Tiga hari setelah gue sampai, gue menemui Jovan temennya Daniel sekaligus sahabat lo"

Wajah gue masih terlampau datar. Masih belum bisa merubah ekpresi menjadi lebih ramah. "Gue minta pendapat dia, gimana kalau misalkan gue nemuin Daniel lagi. Dia sempat marah, karena satu-satunya penyebab Daniel jadi berandal waktu kelas 10 bahkan sampai sebelum menjalin hubungan dengan lo itu karena gue. Daniel nggak cuma ngerokok atau bolos biasa, dia minum, main cewek, tiap malam pergi ke club"

Gue menghela nafas panjang, menopang kepala di satu tangan seperti orang yang frustasi. Gue tau Daniel pergi ke club, tapi gue nggak tau kalau dia juga main perempuan. You know that difference, antara main perempuan versi sekolah dan versi club.

Adara memberikan dampak besar di hidupnya.

Gue mendongak menatap cewek itu. "Gara-gara lo" Ucap gue penuh dengan penekanan. Adara tersenyum getir, mengangguk dengan perlahan. Gue memang nggak tau seberapa baiknya Daniel ketika SMP, gue hanya tau Daniel yang sudah nakal di kala SMA dan gue nggak tau seberapa besar Adara merasa bersalah atas perubahan itu.

"Apa yang Lo lihat saat SMA berbeda jauh dengan Daniel ketika SMP. Daniel anak yang baik, pintar, ramah ke semua orang. Sama sekali nggak terlintas kalau dia bakalan jadi salah satu Bad student in high School"

Adara menyesap kembali Ice Americano nya kemudian lanjut berbicara. "Jovan bilang kalau Daniel udah punya seseorang sekarang, namanya Sena sahabat Jovan sendiri"

Ia terdiam sebentar, menatap gue lagi. "Dan gue udah tau itu" Ia menyisipkan senyum perih di sana.

Jadi benar, selama ini Adara tau kalau gue memang pacarnya Daniel. I amendekati gue bukan karean kebetulan, ia memang sudah merencanakannya.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang