30. Akhirnya Bertemu

18.7K 3K 209
                                    





Chapter 30

"Akhirnya Bertemu"
_____


"Sena, kayaknya Bokap mau ngirim gue keluar negeri deh"

"Sena, kayaknya Bokap mau ngirim gue keluar negeri deh"

"Sena, kayaknya Bokap mau ngirim gue keluar negeri deh"

Anjeng.

Gue membalik-balikkan tubuh dengan gelisah di atas tempat tidur, membuat seprai jadi berantakan hingga bantal dan guling terjatuh ke lantai. Selepas bergerak dari ujung ke ujung kasur, akhirnya tubuh gue berhenti di tengah. Mata gue menatap langit-langit kamar yang berwarna putih, helaan nafas panjang keluar begitu saja dari mulut gue.

"Luar negeri? Dimana?"

"Hmm? Belum tau sih"

Gue rasanya ingin melempar tas ketika Daniel mengatakannya dengan enteng ketika kami sedang berboncengan. I mean, secara nggak langsung kan perkataannya dia menyangkut hubungan kami ke depannya seperti apa. Oke, gue pernah bilang kalau gue nggak teralu serius memikirkan hubungan kami yang masih seumur jagung ini.

Tapi tetap aja. Perasaan gue campur aduk ketika mendengarnya. Antara senang ia sedikit bisa mengerti situasi keluarganya, juga sedih bahwa fakta Daniel akan meninggalkan gue dalam waktu dekat ini.

Kita memang nggak tau kedepannya seperti apa. Nggak ada yang tau. Bisa aja gue sama Daniel udah putus ketika kami lulus, atau bisa saja hubungan kami semakin erat ketika masa kelulusan. Kita, manusia nggak ada yang tau.

Kalau memang iya, seakan gue melihat diri gue di waktu yang akan datang, mencoba tersenyum tegar menatap kepergian Daniel dan berakhir menangis di dalam kamar setelah pulang mengantarnya.


Oh my god!

I can't imagine that.

"Yaampun Sena! Hidup lo masih panjang! Ngapain mikirin hal-hal yang nggak pasti!" Gue berbicara sendiri dan memukul jidat, membiarkan diri gue sendiri sadar.

Gue mengambil bantal dan guling yang berjatuhan di bawah, lantas mengambil ponsel di atas nakas dan kembali berbaring di atas tempat tidur. Gue membuka kontak nomor telfoon, lantas terhenti di satu nama.

Mamah

Gue mengklik nama tersebut dan menunggu nada sambungan telfon untuk terhubung.

"Halo mah"

"Halo sayang, kamu udah makan?"

"Hmm udah"

"Oh iya Mamah sama Papah bulan depan pulang loh sayang, kamu mau oleh oleh apa?"

Gue tersenyum getir. Gue pikir orang tua gue akan bertanya bagaimana keadaan gue sekarang, kabar gue gimana, apa gue baik-baik aja selama 3 bulan ini, apa ada masalah yang menggangu gue selama ini. Gue ini lagi dalam tahap labil, kritis cita-cita, gue mau minta pendapat, mau tukar pikiran soal masa depan gue gimana.

Gue melirik kertas cita-cita yang diberikan guru BP di atas meja belajar masih kosong. Lagian kenapa nggak pulang sekarang aja? Apa bedanya pulang sekarang dan ulan depan?

Semua yang ingin gue katakan itu hanya terhenti di dalam tenggorokan. "Nggak usah, Mamah sama Papah pulang aja aku udah seneng"

"Sena, mamah-----yes? Now? Ok, I'll be there in five minutes"

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang