31. Gelisah

16.4K 2.9K 63
                                    





Chapter 31

"Gelisah"


A

dara masih mengernyitkan dahinya, sedangkan gue entah dengan alasan yang jelas justru jadi gelisah, bagaimana kalau dia tau gue pacarnya Daniel? Apa reaksinya? Bakalan jadi sinetron di depan Indomaret nggak ya? Namun beberapa menit kemudian ia menggeleng pelan.

"Tau deh gue lupa" Dan gue langsung menghela nafas lega, untuk sekarang. Agak aneh sih padahal dia sendiri yang ngelike foto gue di Instagram Daniel, tapi dia sama sekali nggak inget wajah gue gimana.

"Hahahaha yaudah gue balik ya" Tawa gue terdengar terpaksa, begitupun dengan senyum ini. Gue yang hendak berbalik tetapi tangan gue kembali ditahan olehnya. TOLONG YA MBAK, SAYA MAU MASAK INDOMIE.

"Lo gue antar pulang deh ya"

Nggak makasih. "Nggak usah rumah gue deket kok" Perlahan dengan pasti gue melepas pegangan tangannya. "Yaelah udahlah anggap aja ucapan terima kasih gue" Karena gue agak nggak nyaman dengan situasi maksa memaksa ini, juga nggak pengen ajakan ini berlajut sampai pagi, akhirnya gue setuju.

"Oke deh" Gue mengangguk. Adara tersenyum lebar lantas menarik tangan gue untuk mengikutinya dan membawa gue mendekat ke arah mobil mahal Mercedez Benz miliknya. Wangi khas perempuan campuran musk dan sweet menyeruak masuk ke hidung ketika gue duduk di samping kursi mengemudi.


"Tajir ya lo"

EMANG KEBIASAAN MULUT GUE INI. Suka nyeplos anaknya kalau lagi norak.

"Hahaha biasa aja"

Iya. Biasa aja.

Ia menyalakan mesin mobilnya dan menjalankannya menuju rumah gue. Suasana di dalam mobil sedikit canggung, kami hanya terdiam tanpa saling bicara. Gue sibuk melihat jalanan takut rumah gue kelewat, dan si Adara ini memang diam saja. Sesekali gue melirik dia yang sedang menyetir dari samping, cantik. Sudah pasti, pantas Daniel kecantol.

Kalau gue,

Ya nggak usah dibandingin lah, beda jauh juga.

"Rumah gue yang pagarnya hitam di deretan kanan" Gue menunjuk rumah bercat putih dengan pagar hitam di sisi kanan, Adara mengangguk dan menjalankan mobilnya disisi kanan agar gue turun tepat di depan rumah.

"Yang ini kan?"

"Yoi, makasih ya" Gue membuka pintu dan turun, setelah itu berbalik untuk memberikan senyum.

"Makasih colanya ya, gue balik dulu dah!" Dia melambai membuat gue mau tak mau ikutan melambai. Setelah dia hilang dibalik tikungan, helaan nafas panjang keluar begitu saja dari mulut gue. Yaampun mimpi apa semalam sampai bisa ketemu mantannya Daniel.

Ngomong-ngomong kok dia di Indonesia? Nggak di London? Kuliahnya udah selesai? Setau gue angkatan dia seharusnya 1 tahun lagi baru lulus, kecuali kalau dia otaknya cemerlang nan jenius.





Dia ketemu Daniel nggak ya?

Jagoan

_____


"Woy! Ngelamun mulu!" Gue mengerjap ketika tangan Daniel melambai di depan wajah. Kami sedang berada di kantin untuk istirahat pertama, tumben banget semeja berdua. Teman-teman gue berada di meja pojok kanan, sedangkan teman-teman Daniel nggak keliatan ada di kantin. Toh mereka buka kantin squad, demennya ngumpul di belakang sekolah sambil bakar duit.

Jagoan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang