Chapter 15
"Nggak Diundang"
Nyatanya punya perasaan sama berandal macam Daniel lebih sulit dari yang gue duga. Gue pernah bilang kan? Berurusan sama Daniel itu memang nggak ada habisnya, keinginan ingin menampol orangnya selalu ada ketika cowok itu mulai berulah lagi. Beberapa menit yang lalu Ibu Kepala Sekolah meminta gue untuk mengawasi Daniel yang sedang berada di ruang BK, sedang menulis permintaan maaf karena berantem sama adik kelas.
Akibatnya, jam istirahat yang baru gue habiskan 10 menit, sisanya terpakai di ruangan ini. Gue rasanya ingin mengumpat kasar aja, lumayan banget waktu sisa 10 menit lagi kalau gue pakai untuk ikutan heboh di kelas soalnya Mark sama Jeno lagi ngadu panco. Gue terduduk di depan Daniel yang sedang menulis kalimat Saya menyesal, saya bersalah dan tidak akan mengulanginya sebanyak dua kertas folio penuh.
Yang lebih kampret adalah, dia nulisnya lama banget, sok ngide pakai tulis sambung, nanti kalau salah di hapus lagi, belum lagi daritadi senyum-senyum terus.
"Buruan dong! Gue mau balik kelas nih!"
"Bawel banget, yaudah kalau nggak mau ngawasin balik aja sana. Gue nggak nyuruh lo ke sini"
Gue berdecak kesal sekaligus merasa dejavu adegan perpustakaan beberapa hari lalu. "Heh kriukan KFC! Nggak usah kepedean, gue itu disuruh kepsek"
Daniel berhenti menulis, dengan sengaja ia menatap gue sambil menyenderkan tubuhnya santai, pulpennya ia putar-putar menggunakan jari-jarinya. Sok cool anjeng pengen gue timpuk sepatu rasanya.
"Enak ya, kalau dihukum ditemeninnya sama ketos" Ucapnya. Dia tersenyum miring. "kalau gitu mulai besok gue bikin rusuh aja tiap hari, biar bisa ngeliat lo terus"
Kolor Jarjit! Pinter banget nyepiknya. Smooth.
"Cara lo nyepik makin lama makin pro ya" Gue mencibir pelan kemudian melirik jam dinding. 3 menit lagi bel masuk, kebetulan gue ulangan harian Bahasa Inggris. Jadi punya alasan untuk balik kelas.
"Kenapa? Udah mulai baper?"
Gue memutar bola mata malas. Hih, telat banget sadarnya. Gue udah baper mulai awal bulan ini dan memutuskan untuk suka mulai minggu ini, dan dia baru nanya kalau gue mulai baper? Sungguh terlalu.
Gue berdeham kemudian berdiri, hendak beranjak keluar kelas. "He? Mau kemana?" Tanyanya. "Balik kelas lah, ngapain gue lama-lama disini"
Ia menaikkan sebelah alisnya. "Kan elo harus ngawasin gue?"
"Ya terus? Gue musti absen ulangan harian demi lo gitu? Ogah banget!" Gue menbalasnya dengan nada sengit. Ia nampak kaget kemudian mengangguk pelan. "Hari ini lo pulang sama gue"
"Gue sama Samuel" Daniel menaikkan pundaknya tak mau tau. "Gue tunggu depan kelas" Gue hendak kembali protes namun ia membuang wajahnya dan kembali fokus menulis. Gue menghela nafas dan memutar kenop pintu dan berjalan keluar. Setelah memastikan pintu nya tertutup rapat, gue memegangi pipi yang tiba-tiba terasa panas.
Gue kembali ke dalam kelas, keributan kelas yang di sebabkan oleh big match antara Mark dan Jeno sudah berakhir. Gue melirik kertas berwarna merah muda yang berada di tangan setiap anak kelasan.
"Kenapa lagi si Kudaniel?" Tanya Sonho selepas gue mendudukkan diri di sebelahnya dengan menghadap belakang dimana meja Jovan dan Sonho berada. "Paling keciduk lagi
nyebat" Sahut Samuel."Tubir sama adek kelas" Gue menatap kertas merah muda yang di pegang oleh ketiga sahabat gue ini. "Itu apaan dah? Kok pada punya?"
"Oh ini, undangan pesta ulang tahunnya Naomi, elo dapet nggak?" Gue menggeleng pelan. Jujur sih, gue sama sekali nggak merasa menjadi korban diskriminasi disini. Sumpah, bodoamat. Gue nggak peduli juga dia mau ngundang atau enggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jagoan
Teen FictionPemuda itu bernama Daniel Alvis Romero. Ia adalah berandal yang menyebalkan. Namun orang orang menyebutnya sebagai Jagoan di sekolah. Berandal seperti dirinya identik sebagai musuh Ketua Osis. Sena Fabricia Zeline adalah Ketua Osis yang menganggap...