Prologue

9.2K 219 26
                                    

TokTokTok!

"ANYA!!!!! BANGUNN!! TELATTT WOYYY!!" Teriak Arka dengan kencang membuat seisi rumah Anya bisa mendengar teriakan khas Arka setiap pagi.

Teriakan Arka setiap paginya mampu membangunkan sosok gadis cantik, periang dan galak itu bangun dari tidurnya. Ya, gadis itu adalah Artanya Adeeva Afsheen. Beginilah kegiatan Arka sebelum berangkat sekolah membangunkan sahabatnya terlebih dahulu. Namun tetap saja hasilnya nol. Mereka akan tetap terlambat sampai ke sekolah. Tentu saja karena ulah Anya yang susah untuk dibangunkan.

"AISH!!! BERISIKK BADUT MEKDI!!" Teriak Anya kesal tidak ingin waktu tidur nya di ganggu.

"HEH!! BABI AER! BANGUN ATAU LO MAU TERLAMBAT BUAT KESEKIAN KALINYA?!" Kesal Arka sudah tidak terbendung karena kelakuan sahabatnya itu.

Ceklek

Pintu kamar Anya terbuka.

"Baguslah akhirnya si babi aer itu bangun juga."

Melihat pintu kamar Anya yang terbuka. Arka pun yakin bahwa sahabatnya itu telah bangun. Arka meninggalkan kamar Anya yang terbuka. Lalu bergegas pergi ke arah meja makan.

"Ka? Anya udah bangun?" Tanya seorang wanita setengah paruh baya.

"Udah Bun. Tumben banget tuh anak bangun nya cepet,"

"Coba kalau nggak ada lo Kak. Kak Anya bakalan di skors kayaknya dari sekolah karena setiap hari dateng ke sekolah terlambat," Celetuk Delvin, adik semata wayang Anya.

"Emang udah jadi takdir gue Vin buat bangunin Kakak lo setiap pagi." Ucap Arka sambil duduk di meja makan rumah Anya.

"Bunda, Ayah, Chelsea berangkat dulu ya. Ada jadwal Meeting di kantor pagi ini," Ucap Chelsea yang melainkan adalah Kakak semata wayang dari Anya.

"Loh Chel? Tumben ada meeting pagi-pagi gini." Tanya Lika sambil menata makanan di atas meja makan.

Chelsea mengambil satu buah roti yang sudah disiapkan Bundanya. Lalu ia masukan ke dalam mulut nya sedikit demi sedikit.

"Iya Bun, soalnya bos Chelsea siang ini mau berangkat ke luar negeri,"

Lika mengangguk kecil. Mengerti dengan kesibukan anak sulungnya itu.

Chelsea mengulurkan tangan nya berpamitan dengan Ayah dan Bunda nya.

"Hati-hati nak." Ucap Bram sambil menerima uluran salam anak sulung nya itu.

"KAK ECI PULANG BAWA PIDZA YA!!" Teriak Delvin.

"Iya nanti Kak Eci beliin."

"Sumpah Kak Eci yang terbaik, daripada Kak Anya udah kayak Nenek sihir," Delvin membeda-bedakan antara Anya dengan Chelasea yang sama-sama sebagai Kakaknya.

"Wah Vin siaga tiga." Arka memberi isyarat bahwa kini Delvin dalam bahaya.

Delvin tidak menyadari, bahwa kini Anya sudah bertolak pinggang dengan memberikan tatapan tajam ke arah Delvin.

"HEH!! SOMPLAK BILANG APA LO BARUSAN?!" Bentak Anya.

"Bun, Yah, Delvin berangkat dulu." Ucap Delvin buru-buru meninggalkan rumahnya sebelum dirinya menjadi sasaran empuk Anya.

Delvin bergegas pergi menghindari amukan Anya. Delvin bosan jika harus menjadi sasaran empuk Anya setiap pagi nya.

"Loh Vin makanan kamu belum ha-" belum selesai Lika bicara, Delvin telah menghilang begitu saja.

Lika menggeleng pelan.

Lika dan Bram sudah paham betul, dengan kelakuan anaknya setiap pagi. Delvin bisa-bisanya saja selalu membuat emosi Anya memuncak setiap paginya. Dan hampir setiap pagi emosi Anya selalu terpancing.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang