[Cinq] : Taruhan

2.3K 106 2
                                    

"Semurah itukah lo Nya?"

Anya tetap terdiam membiarkan Devano begitu saja.

"Kalo gue tanya ja-" Belum sampai Devano menyelesaikan ucapannya. Satu pukulan mendarat di pipi Devano.

Arka merasa tidak terima dengan perlakuan Devano kepada sahabatnya itu. Arka paling tidak suka kalau melihat sahabatnya terluka. Apalagi kalau sahabatnya itu adalah Anya. Bagi Arka, Anya bukan hanya sekedar sahabat tapi Anya sudah Arka anggap sebagai keluarganya sendiri.

Darah segar mengalir di hidung Devano. Rupanya pukulan Arka mampu membuat Devano jatuh tidak berdaya meringis kesakitan.

Devano mencoba bangun dan membalas pukulan Arka. Pukulan Devano tepat mendarat di perut Arka. Namun Arka mencoba bangkit dan membalas pukulan Devano lagi.

Angela melerai perkelahian tersebut. sedangkan Anya mencoba meredakan emosi Arka yang sedang meluap-luap.

Acara birthday party Devano menjadi berantakan. Devano merasa kesal karena Anya dan Arka pesta ulang tahunnya jadi hancur. Tidak berjalan sesuai rencananya.

Tatapan emosi masih tergambar jelas di wajah Arka. Beberapa kali Anya coba menahannya namun tetap saja hasilnya nol.

Anya menghampiri Devano dan Angela. Mewakili Arka, Anya coba meminta maaf kepada seluruh tamu undangan dan Devano pastinya.

"Gue di sini mewakili Arka minta maaf sebesar-besarnya atas kejadian barusan dan maaf juga buat Vano, gara-gara gue acara lo jadi hancur." Ucap Anya memohon maaf kepada tamu undangan dan Vano.

Arka mencegah Anya.

"Ngapain lo minta maaf?!" Bentak Arka.

Anya menatap sendu Arka. Ada rasa kecewa di hati kecil Anya. Arka berhasil membuat Anya malu di depan tamu undangan yang mayoritas adalah anak SMA Pancasila.

Anya pergi meninggalkan rumah Devano. Sedangkan Arka mengacak-ngacak frustrasi rambut nya menatap kepergian Anya.

Arka mencoba mengejar langkah Anya yang sudah tertinggal jauh. Kini Arka dapat mengejar langkah Anya. Namun Arka memilih untuk tetap ada di belakang Anya.

Anya memperlambat langkahnya. Anya menghentikan langkahnya membuang nafas nya secara kasar.

"Satu." Hitung Arka.

Anya melangkahkan kakinya lagi. Dan kedua kalinya Anya menghentikan langkahnya sambil memejamkan matanya sebentar lalu membuka kelopak matanya secara perlahan.

"Dua." Arka menghitung langkah Anya yang terhenti.

Anya melanjutkan lagi langkahnya yang sempat tertunda itu. Langkah Anya semakin melambat. Dan untuk ketiga kali nya Anya menghentikan langkahnya merasa Anya diikuti oleh seseorang.

Anya mengepalkan kedua tangannya siap-siap untuk membalikan badannya.

"Tiga."

Anya membalikan badannya. Namun nihil tidak ada siapa-siapa di belakangnya.

Sedangkan Arka kini sudah ada di belakang Anya. Saat Anya memutarkan tubuhnya kebelakang Arka secepat mungkin berpindah ke belakang tubuh Anya.

Anya membalikan lagi tubuhnya. Dan kini Arka sudah ada di hadapannya. Arka tersenyum tipis ke arah Anya. Sedangkan Anya mendengus kesal.

"Kenapa lo? Apa lo udah gila?!" Kesal Anya meluapkan emosi nya kepada Arka. Namun Arka membiarkan emosi Anya terluapkan.

"Apa lo tiba-tiba udah jadi Sinting?! Atau lo melakukannya karena ingin mempermalukan gue?!" Lanjut Anya.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang