[Un] : Putus?

3.4K 137 5
                                    

Arka mengacak-ngacak prustasi rambutnya. Merasa sudah pusing dengan pelajaran matematika. Untung saja setelah ini jam istirahat. Arka bisa bernapas lega sebentar, sebelum harus berkutat dengan pelajaran sejarah setelah jam istirahat.

Kringg

Bel istirahat berbunyi.

Suara sorak gembira terdengar di ruang kelas Arka. Jam istirahat adalah jam yang di nanti-nanti Arka dan teman-temannya sedari tadi akhirnya berbunyi juga.

"Abang Arka jajan yuk," Ajak Elvan menarik lengan Arka secara paksa.

"Lepas! Jijik bego!" Balas Arka melepaskan lengannya dari tangan Elvan.

"Aishh abang Arka kasar sama Hayati. Abang Bian jajan yuk ke kantin traktir Adek ya Bang?" Rengek Elvan berganti umpan mendakati Bian.

"Gue nggak homo!" Seru Bian.

Sebenarnya Elvan tidak homo yang seperti Bian katakan. Hanya saja sikap Elvan yang pecicilan membuat orang-orang mengira kalau Elvan ini setengah tidak waras. Padahal Elvan seperti itu hanya ingin membuat suasana agar tidak terkesan serius dan membosankan. Ya walaupun terkadang lawakannya garing.

Arka terkekeh kecil melihat tingkah kedua sahabatnya itu.

Sedangkan Gavin tidak memperdulikan ketiga sahabatnya itu dan memilih pergi terlebih dahulu ke kantin meninggalkan Arka, Elvan, dan Bian.

"Eh mayat idup! tungguin gue!" Teriak Arka, mencoba mengejar langkah Gavin.

"Tungguin gue Ka!" Susul Bian meninggalkan Elvan begitu saja.

"Eh sialan, Gue di tinggal."

                          ****

Anya mengambil setangkai bunga mawar yang sudah tergeletak di atas mejanya. Setelah tadi ke kantin Anya memutuskan untuk kembali ke kelas mengambil uang jajannya yang ketinggalan di dalam tasnya.

Tidak sengaja Anya menemukan setangkai bunga mawar berwarna kuning terang dan kartu ucapan di atasnya.

Happy anniversary Anya!

Anya tersenyum kecil.

Kini Anya tau dari mana bunga itu berasal. Ya, bunga itu berasal dari Devano. Kekasihnya untuk saat ini. Bahkan Anya tidak mengingat sama sekali kalau sekarang adalah anniversary ke 9 bulan Anya dengan Vano.

Anya memilih kembali ke kantin. Dan merapihkan bunga pemberian dari Devano ke dalam tas nya.

Suasana kantin sangat begitu ramai. Walaupun begitu Anya tetap bisa menemukan keberadaan teman-temannya. Anya melihat teman-temannya yang sedang asik mengobrol dan bergabung dengan teman-teman Arka.

"Aishh para Curut itu." Gumam Anya.

"Eh Babi aer! abis dari mana lo?" Tanya Arka sambil melemparkan sebungkus snack jajanan kantin.

"Eh badut mekdi ! Bisa nggak sih?! Nggak usah ada kata babi? Sehari aja!" Pinta Anya walaupun Anya tahu Arka akan menghiraukannya.

Arka terkekeh kecil dan ya benar saja Arka hanya menghiraukan ucapan Anya.

"Nya emang ada ya badut mekdi ?" Tanya Vira dengan polosnya.

"Aduh Adek Vira ini lemot nya nggak ilang-ilang ya sini Abang Elvan cium kali aja lemotnya ilang," Cibir Elvan.

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Elvan.

"Aduh sakit Adek Vira. Ya Allah apa salah hamba Mu ini? Mengapa hamba selalu di dzolimi ya Allah." Rengek Elvan membuat seisi kantin tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Elvan.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang