[Quarante-Deux] : Tidur nyenyak

1K 53 12
                                    

"Kak Gavin?"

Gavin tersenyum tipis ke arah Delvin. "Gue boleh masuk?"

Delvin membulatkan matanya masih terkejut dengan kedatangan Gavin yang sangat tiba-tiba.

"Eh? Iya iya Kak, boleh kok masuk aja." Ucap Delvin terbata-bata.

Gavin masuk ke ruang rawat Anya. Sayangnya Anya sudah terlelap tidur. Tapi tak apa, justru ini yang Gavin mau. Gavin tidak ingin menemui Anya saat Anya bangun, karena Gavin belum siap sepenuhnya untuk menemui Anya.

"Tapi, Kak Anya udah tidur, Kak." Ucap Delvin.

Gavin mengangguk mengerti. "Gue tau kok, kalo lo mau tidur, tidur aja biar gue yang jagain Anya."

Delvin bernapas lega, pasalnya sedari tadi, Delvin sudah menahan kantuk. Tapi, Delvin selalu mengurungkan niatnya untuk tetap menjaga Anya.

"Serius Kak? Nggak apa-apa?" Tanya Delvin memastikan.

"Iya." Jawab Gavin dengan singkat.

Delvin sudah mengerti dengan sikap Gavin yang seperti ini. Karena setiap Delvin main game bergabung bersama temen Arka, hanya Gavin yang cuek degan kehadirannya. Jangankan untuk gabung main game, menyapa kehadiran Delvin saja tidak.

Delvin membaringkan tubuhnya di atas sofa tamu yang tersedia di ruang rawat Anya. Tidak lama Delvin pun mulai terlelap tidur dan sudah tidak peduli dengan hal sekitarnya lagi.

                          ****

Gavin diam-diam menatap lekat wajah Anya yang sedang tertidur pulas. Gavin semakin merasa bersalah, entah apa yang harus ia lakukan untuk menebus kesalahannya. Padahal Arka sudah mati-matian menjaga Anya dari dulu. Tapi, dengan mudahnya Gavin membuat Anya terbaring lemah seperti ini.

"Nya, maafin gue, gue bodoh nggak bisa jaga lo." Ucap Gavin disela keheningan ruang rawat Anya.

Perlahan Anya membuka kelopak matanya. Karena mendengar samar-samar suara seseorang dari telinganya. Anya membulatkan matanya ketika, matanya bertemu dengan tatapan Gavin yang begitu tajam.

Gavin yang sadar akan hal itu langsung memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Gav? Kok lo bisa ada di sini?" Tanya Anya.

"Kenapa? Nggak boleh?" Bukannya menjawab pertanyaan Anya, justru Gavin melempar pertanyaan balik ke Anya.

Anya menarik napasnya dalam-dalam. Anya hanya berusaha sabar dan terbiasa dengan sikap Gavin yang selalu membuatnya jengkel.

"Nggak apa-apa sih, 'kan gue cuma tanya, kenapa lo bisa ada di sini?" Tanya Anya sekali lagi, kali ini Anya benar-benar mengharapkan jawaban dari Gavin.

"Kalo lo nggak suka gue di sini, gue pergi." Gavin mengambil jaketnya yang tersampir di kursi lalu ia beranjak pergi meninggalkan ruang rawat Anya.

"Gav! Mau kemana?" Anya menghentikan langkah Gavin.

"Kenapa? Bukannya lo nggak suka gue di sini?"

Ya Tuhan, memang benar-benar Gavin selalu sukses membuat Anya mengelus dada. Mengapa Gavin selalu memiliki sifat yang sangat menyebalkan seperti ini?

"Lo salah tanggap, sini." Anya melambaikan tangannya mengintruksikan agar Gavin kembali.

"Hmm." Gavin hanya membalas dengan berdehem ria.

Keheningan sempat mengisi antara Anya dan Gavin. Anya sudah sering berada disitiuasi seperti ini jika bersama Gavin. Jadi lama kelamaan Anya sudah terbiasa dengan sikap Gavin yang seperti ini.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang