[Trente-Cinq] : Pergi tanpa pamit

1.1K 56 2
                                    

Anya membuka matanya secara perlahan. Anya bangun dan langsung beranjak dari tempat tidurnya. Tidak ada siapa-siapa di ruang rawat inapnya.

Pagi tadi, Bram memang menyempatkan waktunya untuk membeli bubur ayam kesukaan Anya. Sedangkan Gavin dan Tisya pulang ke rumahnya masing-masing saat pagi buta tadi. Karena mereka harus bersiap-siap pergi ke sekolah.

Tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah boquet bunga yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidurnya. Indah, sungguh indah Anya jadi teringat sosok Arka. Bahkan kini Anya yakin bahwa bunga itu berasal dari Arka.

Tertulis di sana sebuah note kecil, yang terselip di antara bunga itu. Sama persis seperti bunga yang Arka kirim saat ia hendak meminta maaf kepada Anya.

Bonjour!Semoga hari ini, senyuman lo tetap merekah seperti bunga ini ya! Ingat jangan biarkan air mata lo terjatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bonjour!
Semoga hari ini, senyuman lo tetap merekah seperti bunga ini ya! Ingat jangan biarkan air mata lo terjatuh. Tetap tersenyum, berikan senyuman terbaik lo seindah mungkin.

Anya tersenyum kecil. Kali ini Anya benar-benar yakin, bahwa bunga itu berasal dari Arka.

Bram yang baru saja kembali dari membeli sarapan untuk Anya. Tiba-tiba Bram menemui Anya yang sedang tersenyum simpul sambil memegangi sebuah boquet bunga. Yang entah dari mana asalnya.

"Anya?"

Anya menoleh ke arah Bram."Eh? Ayah,"

Bram yang melihat Anya terlihat baik-baik saja itu. Sontak kaget dan langsung menghampirinya, lalu memeluk erat tubuh mungil Anya.

"Kamu baik-baik saja Nak, Ayah bersyukur kamu sudah pulih kembali," Bram mengecup pucuk kepala Anya sebagai tanda rasa syukurnya.

"Memangnya Anya kenapa Yah? Anya baik-baik aja kok," Ucap Anya membuat Bram melepaskan pelukannya lalu menatap Anya dengan tatapan bingung.

"Kamu ingat saya siapa kan? Coba saya siapa?" Tanya Bram sangat khawatir dengan kondisi Anya yang tiba-tiba tidak mengingat apapun.

"Ayah kenapa nanya Anya kayak gitu sih? Anya baik-baik aja kok."

Bram menaikkan sebelah alisnya. Kini Bram merasa tidak percaya. Anya tidak merasakan sakit sama sekali. Dan Anya tidak ingat apapun mengenai hal yang menimpa dirinya dan Arka.

"Kamu tunggu di sini ya Nya." Bram meninggalkan Anya, lalu bergegas keluar dari ruang kamar rawat Anya untuk mencari Dokter.

Kini Bram sangat benar-benar khawatir dengan kondisi Anya saat ini. Yang menurutnya, kondisi Anya kini sangat tidak masuk akal.

Tidak lama Bram datang berasama seorang Dokter dan seorang Perawat. Dokter itu memeriksa mengenai keadaan kondisi Anya saat ini.

"Bagaimana Dok? Kondisi Anak saya?" Tanya Bram kepada sang Dokter.

"Sepertinya pasien sedang mengalami shock berat, membuat pasien mengalami tidak mengingat apapun mengenai kejadian yang menimpanya kemarin. Mungkin beberapa waktu pasien akan bisa pulih kembali ingatannya. Tapi saran saya, jangan sampai membuat pasien mengingat ingatannya itu diwaktu dekat ini. Karena itu akan membuat pasien tertekan dan membuat kondisinya semakin melemah. Biar waktu yang membuat ingatannya pulih kembali. Tapi, tenang saja pasien masih mampu mengenal orang-orang yang selama ini ia kenal," Jelas sang Dokter kepada Bram.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang