[Tentre-Deux] : Kita binasa

1.3K 66 26
                                    

Anya semakin erat menggenggam tangan Arka. Anya sangat terlihat cemas saat Pilot memberikan himbauan untuk para penumpang tetap tenang. Bukannya tenang Anya justru sebaliknya, Anya sangat cemas dan gelisah takut akan terjadi hal yang tidak Anya inginkan.

Bersyukur, setelah beberapa menit Pilot serta awak kabin lainnya mampu menormalkan kembali keadaan pesawat. Anya sedikit tenang, setidaknya Anya bisa bernapas lega saat ini.

"Nggak usah takut, kita serahkan semuanya sama sang kapten, ini udah jadi tanggung jawab dia untuk menerbangkan pesawat ini dengan selamat sampai mendarat nanti." Ucap Arka mencoba menenangkan Anya.

Anya mengangguk mengerti. Lalu Anya memilih untuk tidur agar rasa cemasnya bisa berkurang. Berharap saat Anya bangun dari tidurnya nanti Anya telah sampai di Indonesia dengan selamat.

Setelah tadi, autopilot yang mati, sempat membuat terjadi kekosongan selama 9 detik. Tidak ada input pada kemudi side stick selama 9 detik. Sehingga pesawat berguling hingga 54 derajat. Kecepatan pesawat saat berguling adalah 6 derajat per detik.

Kemudian setelah 9 detik, baru ada pergerakan dari Pilot. Tapi itu sudah terlambat, pesawat sudah mencapai sudut 40 derajat dan posisinya menukik ke atas.

Di 40 derajat ini pesawat mengalami suatu kondisi di luar batas terbangnya dan kehilangan daya angkatnya. Setelah itu, pesawat pun memasuki kondisi upset, yakni menukik dengan kecepatan naik 20.000 kaki per menit berguling di posisi 104 derajat dan kecepatannya mencapai 57 knot di ketinggian 38.000 kaki.

Sesuai himbauan para awak kabin dan Pilot. Para penumpang tetap tenang dan tidak merasa ada hal aneh yang terjadi. Begitupun dengan Anya dan Arka. Setelah merasa cemas tadi, Anya terlelap di atas pundak Arka, dan Arka merasa tidak masalah. Justru Arka berharap bahwa kini Anya bisa mengurangi rasa cemasnya.

Kondisi normal, saat hidung pesawat naik diantara plus 25 sampai minus 10 derajat. Sialnya, gulingan pesawat biasanya masih bisa diatasi di sudut 33 derajat. Karena ada 6 proteksi yang mengaturnya. Namun kali ini, kondisi pesawat berada di luar kendali Pilot.

Suara informasi, terdengar lagi. Rupanya informasi itu datang langsung dari sang kapten Pilot. Anya menggeliat kecil saat mendengar suara informasi itu terdengar di telinga kecil Anya.

Suaranya terdengar gemetar, seperti sedang menahan isak tangis yang mendalam. Para penumpang yang awalnya tenang menjadi cemas saat mendengar suara sang kapten Pilot. Seperti sedang menahan tangis.

Degh!

Pilot menangis, mengatakan para penumpang dan seluruh awak pesawat hanya memiliki waktu enam menit sebelum celaka. Tapi, pilot mengimbaukan tidak perlu panik dan tetap tenang. Namun orang-orang yang berada di dalam pesawat itu justru berteriak kencang.

Anya menjatuhkan bulir air matanya. Seperti melayang tubuhnya entah kemana. Anya merasa lemas saat mendengar informasi tadi. Hidup atau tidaknya Anya saat ini tergantung dari takdir Tuhan saja. Anya pasrah, Anya memeluk Arka dengan pelukan yang sangat erat.

Kali ini Anya tidak ingin melepaskan pelukannya lagi. Anya ingin selalu berasama dengan Arka hingga nanti maut menjemput. Anya tidak kuasa lagi menahan isak tangisnya. Rasanya sedikit kemungkinan untuk Anya tetap bisa bertahan hidup.

Arka membalas pelukan Anya. Sambil meneteskan bulir air matanya yang jatuh begitu saja. Arka tidak akan membayangkan sebelumnya akan terjadi hal seperti ini. Kisah persahabatannya yang akan berujung tragis. Arka tidak kuasa lagi membayangkannya.

Kalau saja tadi Arka mampu memaksa Anya pulang besok bersama Azka. Mungkin kejadian saat ini tidak akan terjadi. Apa boleh buat, takdir sudah berkata. Saat ini yang hanya bisa Arka lalukan adalah berdoa demi kesalamatan Anya, dirinya dan para penumpang pesawat lainnya.

"Nya? Jangan takut oke? Lo aman tenang aja, kalaupun hari ini adalah hari terkahir kita, artinya gue berhasil jadi sahabat lo sampai maut menjemput." Arka tersenyum tipis ke arah Anya. Sedangkan Anya hanya mampu menangis tersedu-sedu mendengar ucapan Arka.

Setelah itu, para penumpang dalam burung besi itu diperintahkan untuk mengenakan jaket penyelamat (life jacket) dan bersiap untuk mendarat di air.

Arka memasangkan jaket penyelamat ke tubuh mungil Anya. "Tenang, gue akan tetap ada di sisi lo."

"Gu--Gue takut Ka." Ucap Anya sedikit terbata-bata karena tertahan oleh isak tangisnya.

Pilot juga mengatakan akan melakukan pendaratan darurat di laut, dan memperingatkan penumpang mungkin akan ada ledakan. Semua orang sangat ketakutan, bahkan awak kabin. Salah satu awak terlihat sangat panik dan lainnya pucat, hanya diam.

Pilot mengumumkan informasi terkahir sebelum pesawat mendarat mendadak di atas laut. Ia hanya mengatakan. "Selamat malam, Selamat tinggal, Kita binasa, Tuhan memberkati."

Tidak lama setelah itu, pesawat mendarat dengan cepat, dan semakin tidak beraturan. Sesekali goncangan dapat di rasakan oleh para penumpang yang ada di pesawat.

Anya menangis tersedu-sedu, sangat menakutkan bagi Anya. Tidak henti-hentinya Anya berdoa di dalam hatinya, namun Anya tidak dapat mengendalikan rasa takutnya.

"Tuhan menyertai kita semua Nya, jangan takut, pejamkan mata lo, ingat hal-hal terindah yang pernah kita lakukan bersama, jangan takut. Gue sayang lo Nya." Arka mengecup kening Anya lalu memejamkan matanya secara perlahan.

                        ****

Azka bergegas mencari info tentang pesawat yang Anya dan Arka tumpangi. Saat malam tadi Azka mendapat telpon masuk dari kantornya. Bahwa pesawat yang Anya dan Arka tumpangi mendapatkan gangguan dan menyebabkan pesawat terjatuh.

Kini Azka sedang menunggu kabar selanjutnya. Perasaannya tidak bisa tenang. Azka sangat cemas memikirkan nasip Anya dan Arka. Di sisi lain juga ada Kenzie yang ikut menemani Azka. Sedari tadi Kenzie hanya bisa menangis tanpa ada hentinya.

Azka membelai rambut Kenzie dengan lembut. "Nggak usah nangis lagi ya? Aku tau kamu khawatir, tapi please kamu tenang dulu, kita berdoa saja yang terbaik untuk keselamatan Anya dan Arka." Ucap Azka menenangkan Kenzie.

Perlahan Kenzie mencoba menghentikan isak tangisnya. Lama-kelamaan tangisnya pun berhenti, berganti menjadi wajah yang murung. Setidaknya kini Kenzie tidak menangis lagi.

"Kapten! Rupanya saya menemukan jejak orang yang Anda maksud." Ucap salah satu pegawai yang bekerja di maskapai penerbangan yang sama seperti Azka.

Anton namanya, Anton berasal dari Indonesia yang sedang di tugaskan ke Perancis bersama Azka. Anton lah yang membantu Azka untuk mencari keberadaan Anya dan Arka. Dan Anton lah juga yang mengabarkan tentang jatuhnya pesawat yang Anya dan Arka tumpangi.

"Kamu menemukan keduanya?" Tanya Azka secara antusias.

Kenzie yang awalnya memurungkan wajahnya. Kini wajahnya tidak lagi murung, berganti dengan wajah yang penasaran dengan informasi yang baru saja ia dengar.

"Maaf saya hanya menemukan satu korban yang Kapten maksud."

"Bilang! Sama gue, lo nemuin Arka kan?!" Zie menarik kerah baju Anton memaksa Anton cepat-cepat memberitahu tentang kondisin Arka.

Anton mengerti dengan keadaan ini, semua keluarga korban pasti merasa terpukul atas berita ini. Anton sudah bersih keras untuk mencari informasi tentang keberadaan Anya dan Arka. Namun, sayangnya Anton hanya menemukan satu korban saja.

"Siapa korban yang kamu temukan?!" Azka semakin lemas, saat mendengar informasi yang ia terima dari Anton.

Azka merasa tidak kuasa, jika harus Adiknya yang tidak di temukan. Ataupun sebaliknya bila Anya yang tidak ditemukan. Azka akan merasa bersalah dengan keluarga Anya. Karena Azka gagal menjaga Anya dengan baik.

Azka mengacak-ngacak rambut nya secara frustrasi. "Arghhhhhhh!"

"Satu korban itu selamat dan sudah di pulangkan ke Indonesia." Ucap Anton dengan hati-hati.

Tubuh Azka terasa lemas. Seperti dihantam ribuan besi rasanya. Azka tenggelam dalam tangisannya. Kali ini Azka sudah tidak kuasa lagi untuk menahan isak tangisnya. Kalau saja kemarin Azka tidak melukai hati Anya. Mungkin hal ini tidak akan pernah terjadi. Anya tidak akan marah kepadanya dan Anya mau pulang bersama Azka pagi ini. Sungguh Azka sangat menyesal.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang