[Cinquarante-Trois] : Malaikat penyelamat

717 41 4
                                    

Anya hanya mengaduk-ngaduk ice americano-nya sedari tadi. Sambil berkecamuk dengan pikirannya, mengenai sosok misterius yang belakangan ini kerap kali menghantui pikiran Anya.

Saat ini Anya sedang berada di cafe langganan Anya dan teman-temannya untuk berkumpul. Kali ini Anya mengajak semua teman-temannya berkumpul secara dadakan untuk membicarakan sosok misterius itu.

"Kenapa si Nya? Tumben banget lo ngajak kita kumpul gini." Tanya Aurel sambil membawa pesanan miliknya dan milik Tisya.

"Iya nih Nya tumben banget lo." Tisya ikut menimpal ucapan Aurel.

Anya menangkup dagunya dengan kedua tangannya. Sambil memutarkan cuplikan kejadian kemarin di memori otaknya.

"Kemarin gue ketemu sosok misterius."

"Hah?!" Tisya dan Aurel kompak terbelalak kaget saat mendengar ucapan Anya.

"Nggak usah kaget gitu kali, b aja si." Ucap Anya dengan santai.

"Orang misterius gimana sih Nya maksud lo?" Tanya Tisya penasaran.

"Jadi kemarin gue sempet mergokin orang misterius itu, lagi ngintipin gue di taman belakang sekolah. Pas gue samperin dia udah nggak ada. Dan kemarin, gue lagi belanja bulanan di super market, gue nggak sengaja nabrak dia pake troli gue," Anya menceritakan secara detail kejadian kemarin kepada Aurel dan Tisya.

Aurel dan Tisya nampak serius mendengarkan cerita Anya.

"Terus pas lo tabrak pake troli? Dia marah nggak?" Tanya Aurel begitu penasaran dengan kelanjutan cerita Anya.

"Boro-boro marah, balik badan aja enggak," kata Anya seraya menyedot Ice americano-nya.

"Terus setelah itu Nya?" Kali ini Tisya yang bergantian penasaran dengan cerita Anya.

"Setelah itu dia pergi gitu aja, ya gue kejar dong. Tapi sayangnya dia ngilang gitu dari hadapan gue, aneh nggak sih?"

"Aneh! Lo perlu hati-hati Nya sekarang kalo pergi tanpa kita." Ucap Aurel dengan nada suara yang cukup keras.

"Hmm.. Iyaa Rel gue juga jadi hati-hati sekarang. Delvin bilang malah orang itu pisikopat, gilak nggak tuh?" Anya memutar bola matanya dan memijat pelipisnya secara pelan.

"Yaudah nggak usah dipikirin lagi, 'kan masih ada kita-kita yang bisa jaga lo Nya." Tisya meyakinkan Anya.

"Hmm iya deh thanks ya Sya, Rel,"

"Iya sama-sama." Ucap Aurel dan Tisya secara kompak.

"Btw Elvan sama Vira kemana?" Tanya Anya, karena kebetulan Anya sama sekali belum melihat tanda-tanda kedatangan dua sejoli itu.

Baru saja Anya menanyakan Elvan dan Vira. Dua pasang sejoli itu muncul di hadapan Anya.

"Gara-gara Elvan! Kita berdua jadi telat kumpul 'kan!" Vira yang baru datang, langsung menggerutu kesal.

Vira tidak peduli dengan keadaan sekitar. Saat ini Vira sudah duduk rapih di samping Anya dan enggan untuk menyapa temannya satu per satu.

"Kok kamu jadi nyalahin aku? Bukannya kamu ya? Yang bikin alis sampe dari jaman purba nggak kelar-kelar?" Kali ini Elvan yang marah-marah tidak jelas menyusul langkah Vira yang sudah lebih dahulu duduk di samping Anya.

"Heh! Ingus dugong! Lo apain anak orang?" Anya beranjak dari tempat duduknya menghampiri Elvan yang masih diam berdiri mematung.

"Gue nggak apa-apain, Nya. Dianya aja bikin alis lama, terus tadi motor gue sempet mogok sebentar. Nah dia jadi nyalahin gue karena motor gue mogok. Padahal dia juga salah bikin alis seabad, jadi telat 'kan." Elvan meluapkan seluruh emosinya.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang