[Trente et un] : 36.000 Feet

1.2K 57 11
                                    

Anya dan Arka tiba di bandara Internasional Charles de gaulle. Anya dan Arka akan take off jam 9 malam. Dan malam ini Anya dan Arka akan melalui perjalanan panjang selama 21 jam penerbangan.

Sebenarnya Arka menawarkan Anya untuk pulang besok berasama Azka. Berhubung waktu dinas Azka juga sudah selesai. Tetapi, Anya menolaknya. Arka tahu tentang alasan mengapa Anya menolaknya. Jadi Arka tidak begitu memaksa Anya.

Anya asik dengan novelnya sambil menunggu keberangkatan pesawatnya. Sedangkan Arka sedang asik mendengar musik melalui earphone-nya.

Suara informasi keberangkatan pesawat Anya dan Arka terdengar lantang di sekitar area bandara. Anya dan Arka siap-siap untuk check-in. Sambil membawa paspor dan selembar boarding-pass, serta berkas-berkas lainnya yang diperlukan pada saat proses check-in.

"Arka!" Panggil salah seorang gadis, membuat Anya dan Arka menghentikan langkahnya.

Arka menoleh, mendapati Kenzie yang sedang berlari kecil menghampirinya. Wajahnya terlihat begitu lelah, keringatnya pun sudah bercucuran di atas dahinya.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Arka dengan nada dingin.

Bukan jawaban yang Arka dapat melainkan pelukan erat dari Kenzie. Di sisi lain ada Anya yang tersontak kaget saat melihat Kenzie begitu saja memeluk erat tubuh Arka.

Kenzie mengeratkan pelukannya, tidak perduli Arka membalas pelukannya atau tidak. "Please stay here Arka!" Ucap Kenzie dengan lirih dan menatap Arka dengan tatapan sendu.

Arka mencoba melepaskan pelukan Kenzie. "Lepas Zie! Gue harus pulang ke Indonesia," Ucap Arka sedikit ketus.

Kenzie tetap mengeratkan pelukannya di tubuh Arka. "Kenapa Indonesia? Di sini rumah lo."

"Indonesia rumah gue, Paris hanya tempat singgah gue."

Suara informasi keberangkatan Anya dan Arka terus terdengar. Anya dan Arka harus cepat-cepat check-in karena sebentar lagi pesawat mereka akan take off.

Arka mencoba melepaskan pelukan Kenzie dengan kasar, namun pelukan itu terlalu sulit untuk Arka lepas.

"Zie lepas! Sebentar lagi pesawat gue take off."

Anya mengerti dengan situasi ini. Arka yang Anya lihat saat ini bukanlah Arka yang Anya kenal seperti biasanya. Sikapnya tiba-tiba menjadi dingin, kasar, dan ketus saat berhadapan dengan Kenzie.

"Ka, pelan-pelan dia cewek, lo nggak boleh kasarin dia." Ucap Anya mencoba membujuk Arka.

Arka hanya mendecak kesal. Lalu membiarkan Kenzie memeluknya, tanpa membalas sedikit pun pelukan Kenzie.

"Zie? Tolong lepas ya? Gue mau balik ke Indonesia, pesawat gue sebentar lagi terbang." Ucap Arka dengan halus, berharap kali ini caranya akan mampu membuat Kenzie melepaskan pelukannya.

Kenzie melepaskan pelukannya secara perlahan. Lalu menatap sendu ke arah Arka. Ah! Sial Arka merasa hancur saat melihat Kenzie menangis seperti ini.

Bahkan sedari tadi tangan Arka sudah gatal ingin membalasa pelukannya lalu menghapus air matanya itu. Seperti apa yang Arka lakukan terhadap Anya, jika Anya sedang menangis.

Tetapi, Arka sadar. Arka sudah tidak bisa lagi melakukan itu. Arka sadar akan statusnya yang bukan siapa-siapa lagi bagi Kenzie. Luka yang Kenzie torehkan terlalu dalam. Membuat Arka sulit untuk menerima Kenzie kembali.

Dengan berat, Arka melepaskan peljkan Kenzie begitu saja. Lalu bergegas pergi bersama Anya untuk melakukan chekc-in. Sedangkan Kenzie hanya menatap nanar kepergian Arka. Sungguh Kenzie sangat menyesal pernah meninggalkan Arka begitu saja dulu.

AmitiéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang